Sepiring mangut beong. |
Waktu saya jalan-jalan
ke Borobudur bersama keluarga, kami menyempatkan diri untuk makan siang salah
satu hidangan khas daerah sekitar Magelang, yaitu mangut beong. Jujur saja,
sebelumnya saya tidak pernah mendengar nama ikan beong. Jadi makan siang itu
juga sekaligus untuk memenuhi rasa penasaran kami.
Ikan beong ini
memang santapan khas penduduk di tepian sungai Progo karena memang ya ikan ini
hidup liar dan banyak ditemui di sungai Progo. Ikan beong, yang nama latinnya
adalah Hemibagrus nemurus ini, adalah
hewan endemik di Indonesia, antara lain hidup di sungai Progo. Ikan ini tidak
tinggal di tepian sungai, dan umumnya masyarakat menangkap ikan ini di area
yang kedalaman sungainya sekitar 2 meter atau lebih.
Populasi ikan yang
juga disebut sebagai Asian redtail catfish ini sempat semakin menyusut karena
banyak ditangkap dan dimakan orang, namun sulit dibudidayakan. Sampai dengan
baru-baru ini, ikan beong dianggap hanya dapat hidup liar di sungai. Namun kini
telah ada yang berhasil membudidayakan ikan beong ini sehingga dapat lebih
bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat.
Sesuai dengan nama
bahasa Inggrisnya, yang mencantumkan kata “catfish”, orang lokal akan
menjelaskan kepada turis dan pendatang bahwa ikan beong itu seperti ikan lele.
Katanya, rasanya juga seperti lele. Waktu saya mendengar penjelasan itu dari
penduduk lokal, saya pikir hidangan mangut beong akan serupa dengan hidangan
mangut lele.
Akan tetapi, pada
saat saya melihat sendiri hidangannya, heranlah saya karena satu piring hanya
bisa ditempati sepotong ikan saja. Kalau ikan lele, kan satu ekor ikan utuh bisa
ditaruh di atas piring. Ternyata, ikan beong ini lebih mirip dengan ikan lele
raksasa! Soalnya beratnya ikan beong bisa mencapai 2 kg.
Mangut adalah cara
memasak ikan yang umum dijumpai di Indonesia, dimana ikan dimasak dengan santan
dengan bumbu-bumbu khas seperti kunyit, lengkuas, sere, salam, dan lain-lain.
Saya sudah pernah mencoba jenis ikan lain yang dimasak mangut, tapi memang baru
kali ini saya makan mangut beong.
Menurut saya, ikan beong
tidak ada samanya dengan ikan lele. Dari ukurannya saja jelas beda. Walaupun
sama-sama punya sungut ya, tapi bentuknya sebetulnya nggak sama juga. Tekstur
dagingnya juga beda. Daging ikan lele lembut. Kalau ikan beong, menurut saya,
teksturnya lebih seperti ikan gabus. (Kalau saya baca di internet, ada yang
bilang seperti ikan gurame.) Umumnya mangut beong disajikan pedas.
Kami makan mangut
beong di salah satu rumah makan di pinggir jalan utama menuju Borobudur, di dekat
Candi Mendut, yaitu di Warung Makan Mbak Tri 2 (Spesial Mangut Beong). Rumah
makan ini bisa dicapai hanya dengan jalan kaki 7 menit dari Candi Mendut ke
arah Candi Borobudur (menyusuri jalan ke arah barat). Restoran ini sederhana,
tapi bolehlah mampir ke sini mencoba mencicipi mangut beong. Kebetulan yang di
sini rasanya tidak terlalu pedas (menurut saya), jadi cocoklah dengan perut
saya. Oh ya, tempat parkir terbatas.
Buat yang penasaran
dengan menu khas Magelang ini, yuk langsung ke daerah Magelang. Sekalian
peninggalan nenek moyang berupa candi Borobudur dan candi-candi lainnya, hidangan
mangut beong juga bisa menjadi tujuan wisata di daerah sekitaran tepi sungai
Progo ini. Jadi nggak cuma wisata mata, namun juga wisata perut.
pertama kali tahu ada kata "mangut beong" :O
BalasHapusSaya juga baru dengar waktu ke Borobudur itu. Padahal katanya itu makanan khas sana dan terkenal lho.
Hapus