Bagian depan Museum Kapal Samudraraksa, kayaknya kecil ya. |
Di area Taman
Wisata Candi Borobudur, terdapat satu museum yang sepertinya tidak ada
hubungannya dengan candi Borobudur. Museum Kapal Samudraraksa adalah museum
yang lebih banyak bercerita tentang kehebatan orang-orang Nusantara jaman dulu
yang sudah menyeberangi lautan, bahkan sampai ke Madagaskar. Museum ini
menyimpan kapal Samudra Raksa yang di tahun 2003 berlayar menuju Ghana, Afrika.
Kapal ini dibuat dengan metode tradisional, sehingga tidak menggunakan paku
untuk menghubungkan bagian-bagiannya. Kapal ini dibuat berdasarkan gambar kapal
yang ada di relief Candi Borobudur, sehingga perjalanan kapal ini sering
disebut juga dengan Ekspedisi Borobudur.
Museum ini dapat
dikunjungi setelah pengunjung melewati candi Borobudur dan berjalan keluar
menuju ke area parkir. Dari luar bentuknya seperti pos penjaga karena nampaknya
kecil. Tapi sebetulnya bangunannya memanjang ke belakang, dan bagian terpenting
dari museum ini adalah bangunan yang lebih besar di bagian belakangnya.
Museum Kapal Samudraraksa
terdiri dari dua bangunan. Bangunan di bagian depan dapat dimasuki secara
gratis. Isinya penjelasan mengenai sejarah singkat perkapalan Nusantara
sekaligus garis penghubung antara isi utama museum dengan Candi Borobudur.
Melihat foto relief kapal di Borobudur. |
Begitu masuk,
pengunjung langsung dapat melihat foto-foto relief Candi Borobudur yang
menampilkan gambar kapal. Candi Borobudur tidak hanya menggambarkan kisah-kisah
keagamaan, namun juga menampilkan kondisi keseharian di saat candi itu
didirikan. Gambar kapal yang ada di relief candi merupakan gambaran kapal yang
memang digunakan masyarakat pada saat itu. Dan gambar-gambar ini lah yang
nantinya menjadi sumber inspirasi pembuatan kapal Samudra Raksa.
Melewati foto-foto relief,
pengunjung akan tiba di area diorama sejarah perkapalan Indonesia. Kita bisa
melihat bahwa nenek moyang kita sudah menyeberangi lautan sampai ke Madagaskar.
Ada juga artefak dari kapal karam yang menunjukkan bukti perdagangan nenek
moyang kita dengan mancanegara. Dipamerkan juga beberapa ikatan dan sambungan
yang digunakan di kapal-kapal jaman dulu, dimana paku tidak digunakan untuk
menggabungkan kayu dan bambu pada kapal. Oh ya, ada satu barang pameran yang
menarik hati saya, yaitu replika gambar kapal prasejarah yang ditemukan di
Papua Barat dan Sulawei Tenggara. Kapal yang digambarkan itu memiliki layar,
yang mana hal ini menunjukkan kemajuan teknologi, lho.
Kalau pengunjung cuma
mau gratisan saja, disinilah perjalanan di museum Kapal Samudraraksa berakhir.
Tapi kalau mau lanjut ke bagian berikutnya, Sinema Interaktif Samudra Raksa,
maka harus bayar tiket tambahan sebesar Rp 25.000,- per orang. Tentunya, sayang
kalau sudah kesini namun tidak masuk ke bagian Sinema Interaktif ini, karena di
sinilah Kapal Samudra Raksa disimpan.
Kapal Samudra Raksa. |
Sebelum masuk ke
dalam, kita dapat menyimpan barang-barang yang berat dan juga sepatu di dalam
loker. Ya, pengunjung yang masuk ke area sinema interaktif tidak boleh memakai
sepatu atau sandal, dan harus menggunakan kaos kaki. Untuk yang tidak membawa
kaos kaki, bisa pinjam dari pihak museum (gratis) atau membeli kaos kaki baru
(bayar Rp 10.000,-).
Jumlah pengunjung
dalam ruangan dibatasi, jadi kalau ramai memang harus antre. Kalau lagi sepi (seperti
waktu saya datang), malah harus menunggu sampai jumlah pengunjungnya cukup
banyak untuk bisa masuk. Soalnya begitu filmnya diputar, kan orang nggak mungkin
masuk di tengah-tengah.
Tapi hal paling
menarik hati pengujung di dalam bagian museum interaktif adalah layar di lantai
yang menampilkan gambar ikan-ikan yang bergerak berenang-renang kesana kemari.
Pengunjung dapat mengejar ikan-ikan itu, dan kalau menjejakkan kakinya ke
seekor ikan, maka ikan itu akan lari dari kita. Untuk anak-anak, kegiatan
mengejar-ngejar ikan ini akan menjadi pengalaman yang seru. Untuk orang tua
saja kegiatan interaktif ini juga menyenangkan. Tentunya inilah alasan
pengunjung harus pakai kaos kaki di sini, karena kita harus menjaga supaya
layar di lantai tidak tergores atau rusak.
Layar interaktif di lantai. |
Padahal bintang
utama dari museum ini adalah kapal Samudra Raksa yang berdiri tepat di depan
pintu masuk. Ketika pertama kali pengunjung memasuki bagian sinema interaktif,
tour guide akan menjelaskan sejarah kapal Samudra Raksa tersebut. Tentunya
sebenarnya penjelasan ini bisa ditemukan di internet juga. Tapi mendengarkan
penjelasan tentang kapal sambil menyaksikan sendiri barangnya adalah pengalaman
yang seru juga. Perjalanan kapal ini dimuat di dalam buku komik yang berjudul
Ekspedisi Kapal Borobudur Jalur Kayu Manis yang terbit tahun 2007.
Pengalaman
interaktif ditutup dengan film interaktif yang diputar di dinding ruangan, yang
mengisahkan kehebatan maritim Nusantara di jaman kuno. Filmnya dibuat sederhana
agar menarik untuk ditonton oleh anak-anak. (Kalau pengunjung dewasa ingin tahu
sejarah maritim kita, mendingan buka Wikipedia saja. Hahaha!)
Menurut saya museum
ini menarik, baik dari sisi penataan barang koleksi dan juga perawatannya. Apalagi
ada museum interaktif yang menjadi pengalaman seru juga. Saya sarankan, kalau
pembaca berkunjung ke Candi Borobudur, jangan lewatkan museum Kapal Samudra Raksa
ini. Apalagi kalau membawa anak-anak. Biar mereka juga tahu kalau nenek moyang
mereka orang pelaut yang hebat.
Buku komik Ekspedisi Kapal Borobudur Jalur Kayu Manis terbitan Banana tahun 2007. |
Gak kebayang dulu dengan teknologi navigasi sederhana mereka dapat melintasi jarak yg sangat jauh tanpa takut tersesat. Belum lagi penunjang keselamatan yang minim. Ruar biasa tentunya
BalasHapusBelum lagi jaman dulu masih banyak bajak laut di mana-mana. Nggak hanya pemberani, mereka juga harus tangguh untuk membela diri di laut.
Hapus