Akhirnya saya bisa
mencoba mendarat dan naik pesawat di Bandara Internasional Yogyakarta. Walau
saya cukup sering berpergian ke Yogyakarta, tapi biasanya naik kereta. Atau
kalau naik pesawat, ya sebelum pandemi. Setelah masa pandemi mereda, akhirnya
saya bisa lebih merasa bebas jalan-jalan, termasuk mencoba bandara Yogyakarta
yang baru ini.
Dulu, kalau mau
jalan-jalan di Yogyakarta, keluar bandara Adi Sucipto (bandara yang lama) kita
bisa langsung ambil bus atau taksi untuk jalan-jalan ke tengah kota. Bahkan,
bandara Adi Sucipto lokasinya sangat dekat dengan candi Prambanan, sehingga
memudahkan kita untuk berwisata ke situ. Tapi sekarang, kalau posisi
menginapnya di sekitaran Yogyakarta, harus memperhitungkan jarak perjalanan
dari pusat kota ke bandara baru ini. Bandara Internasional Yogyakarta (atau
sering disebut YIA – Yogyakarta International Airport) lokasinya di ujung
kabupaten Kulon Progo, bahkan sangat dekat dengan perbatasan provinsi Jawa
Tengah.
Bandara Internasional
Yogyakarta letaknya di tepi pantai. Lokasinya cantik banget. Kalau datang
kemari, setelah turun dari mobil pengantar dan sebelum masuk ke dalam
gedungnya, coba lihat ke arah utara. Di sana terlihat perbukitan yang merupakan
bagian dari pegunungan Menoreh. Nah, sebelum masuk gedungnya nih, jalan dulu ke
ujung tempat area pengantaran sampai bisa melihat area landasan pesawat. Di
kejauhan akan terlihat garis laut. Tengok ke utara dan kita melihat pegunungan,
dan tengok ke selatan dan kita dapat melihat garis pantai.
Mulai dari area
lobby sampai masuk ke dalam gedung, pengunjung disambut dengan suasana modern
dengan sentuhan budaya Yogyakarta. Di tengah rangka bangunan yang
berjajar-jajar, dinding kaca, dan langit-langit berwarna metalik, terdapat bangun
tambahan yang memberikan sentuhan Yogyakarta, misalnya bentuk gapura, lampu
jalanan seperti yang ada di Malioboro, gambar wayang di tembok, dan hiasan pola
batik. Di areal tunggu terdapat patung dan hiasan tembok yang menunjukkan seni
serta suasana kota Yogyakarta.
Buat yang mau check
in, nggak usah bingung antre panjang-panjang. Selain bisa check in dari
aplikasi sebelum tiba di Bandara, kita juga bisa check in mandiri di mesin
check in otomatis yang tersedia di sini. Kalau mau makan dulu sebelum masuk ke
areal tunggu penumpang, di sini ada beberapa pilihan restoran.
Di dalam area
tunggu penumpang bandara ini terdapat pusat oleh-oleh yang disebut Pasar
Kotagede. Pusat oleh-oleh ini menjual berbagai barang, antara lain tas kain dan
kulit, perhiasan perak dan imitasi, berbagai jenis camilan, dan berbagai
minuman siap saji yang bisa dijadikan buah tangan untuk keluarga dan rekan di
kota tujuan. Tidak hanya menjual barang-barang kerajinan dan olahan pangan dari
provinsi Yogyakarta, tempat ini juga menjual hasil UKM dari sekitaran Purworejo
(yang memang berbatasan langsung dengan Kulon Progo).
Di area tunggu
penumpang, terdapat beberapa pilihan tempat makan dan penjual kebutuhan harian.
Paling tidak ada Indomaret, A&W, dan Starbuck. Tapi kalau ada kendala
operasional dan pesawat berangkat terlambat, semua itu tidak bisa diharapkan
karena jam operasionalnya hanya sampai jam 6 sore.
Kalau kita datang
dari luar kota dan bergerak keluar bandara, setelah mengambil bagasi kita juga
bisa makan dulu kalau jemputan masih lama datangnya. Seperti di berbagai
penghubung transportasi di Pulau Jawa, di sini ada Roti O yang siap menyajikan
camilan pembunuh waktu. Selain itu, kita juga bisa menuju ke areal UKM yang
letaknya lebih dekat ke Stasiun Bandara. Di sana ada beberapa penjual makanan
dan pernak-pernik, tapi jumlahnya memang tidak terlalu banyak. Oh ya, buat tim
penjemput yang menunggu penumpang, ada KFC juga lho.
Yang menyenangkan
dari bandara ini adalah, ada kereta api bandara yang menghubungkan bandara ini
dengan kota Yogyakarta. Ini sangat bermaanfaat, karena lalu-lintas jalanan
tidak dapat diprediksi. Kalau hujan deras, kendaraan pasti akan berjalan lebih
lambat. Kalau ada jalan rusak, atau kecelakaan misalnya, perjalanan dengan
kendaraan bisa terganggu. Tapi dengan kereta, waktu tempuh bisa dikatakan dapat
diprediksi dengan baik, yaitu sekitar 40 menit. Harga tiketnya pun murah, yaitu
Rp 20.000,- per orang.
Saya menghitung
waktu jalan kaki saya dari persis setelah turun dari pesawat sampai dengan
pintu masuk stasiun kereta bandara. Waktu tempuhnya adalah sekitar 20 menit.
Jalan santai sambil melihat-lihat pemandangan di sekitar dan sempat foto-foto
sebentar, ya. Ini dengan catatan tidak pakai menunggu bagasi.
Pas masuk ke dalam
bandara, ada antrean panjang calon penumpang yang mau beli tiket di mesin
otomatis penjual tiket. Untungnya, saya sudah beli duluan tiket kereta bandara
melalui aplikasi KAI Access, jadi saya tinggal melenggang ke gate masuk peron.
Penumpang baru boleh masuk peron setelah keretanya tiba ya. Masuk ke peron juga
antre, karena selalu ada kasus tiket tidak terbaca atau barcode dari aplikasi
KAI Access tidak terbaca.
Jadi untuk amannya,
kalau beli tiket kereta untuk ke Yogyakarta secara online, sebaiknya beri jarak
1 jam dari kedatangan pesawat (atau lebih kalau bawa bagasi). Kalau beli
tiketnya untuk menuju ke bandara, sebaiknya ya berangkatnya 2,5 jam sebelum
jadwal keberangkatan.
Nah, waktu saya
menuju ke bandara dari kota Yogyakarta, saya naik mobil. Perjalanan
menghabiskan waktu lebih dari 1,5 jam. Kebetulan hari itu tidak hujan. Saat itu
memang sedang ada perbaikan jalan di sekitaran perbatasan Kulon Progo, tapi
secara umum sih, perjalanan cukup lancar.
Bandara ini
dibangun di daerah yang rawan tsunami. Oleh sebab itu, di bagian kedatangan ada
penjelasan mengenai konstruksi bangunan ini. Di lantai juga ada petunjuk keselamatan
jika terjadi bencana, terutama bencana tsunami. Kalau datang kemari, tidak ada
salahnya kita melihat dulu penjelasan dan petunjuk keselamatan yang ada.
Sayangnya, bandara
ini masih belum operasional penuh. Lift di depan lobby area kedatangan dan
keberangkatan masih belum operasional. Jadi banyak penumpang yang datang dari
stasiun kereta dan mau naik ke atas ke lobby kedatangan harus membawa kopernya
naik tangga ke atas. Kebayang nggak repotnya. Terus tangga penghubung bagian
depan lobby rusak karena banyak yang bawa koper berat lewat sini. Terus daerah
pengembangan UKM juga relatif masih sepi, belum banyak penjualnya.
Tapi secara umum,
bandara ini sudah cukup berfungsi dengan baik dan interiornya juga cukup
menarik. Kereta bandara juga sudah berfungsi, jadi ada alternatif transportasi
selain mobil atau bus. Semoga kedepannya bandara ini semakin ramai dan semakin
berfungsi secara optimal.
0 Komentar:
Posting Komentar