Gapura di bagian depan Ereveld Menteng Pulo |
Sudah lama saya
mendengar tentang makam Belanda di daerah sekitar Tebet, Jakarta Selatan, namun
baru kali ini saya berkesempatan untuk mengunjunginya. Ya, di dekat TPU Menteng
Pulo, yang lokasinya tidak jauh dari terowongan Casablanca, ada satu areal kuburan
Belanda. Kawasan ini dikelola oleh yayasan makam kehormatan Belanda yang nama
aslinya adalah Oorlogsgravenstichting (OGS). Kompleks pemakaman ini menjadi
tempat peristirahatan terakhir korban perang yang gugur semasa Perang Dunia II
dan masa revolusi setelahnya. Makam kehormatan Belanda semacam ini dikenal
dengan nama Ereveld.
Di Indonesia,
terdapat tujuh Ereveld, dimana dua di antaranya ada di Jakarta. Salah satu
ereveld tersebut adalah Ereveld Menteng Pulo. Ereveld lainnya ada di daerah
Ancol. Tidak semua orang yang dimakamkan di Ereveld adalah tentara Belanda,
banyak juga orang Indonesia, wanita, anak-anak, sipil – yang semuanya adalah
korban perang. Beberapa yang dimakamkan di sini adalah pindahan dari beberapa Ereveld
luar pulau Jawa, yang di sekitar tahun 1960-an secara bertahap ditutup.
Kalau kita datang
ke Ereveld Menteng Pulo, setelah memasuki area parkiran, kita akan disambut
dengan gapura yang bertuliskan Ereveld Menteng Pulo. Gapura sederhana ini
berada di atas undakan dan di tengahnya terdapat pot tanaman yang landasannya
menampilkan logo dari OGS.
Setelah memasuki
area pemakaman, di sebelah kiri terdapat papan yang memberikan penjelasan
singkat mengenai Ereveld Menteng Pulo. Di belakang papan tersebut terdapat
sebuah gazebo tempat kita bisa duduk-duduk. Di sini ada brosur mengenai
Ereveld, namun saya kurang tahu apakah brosur ini gratis atau ada harganya.
Dari gazebo kita bisa langsung mengagumi area pemakaman ini. Oh ya, WC umum ada
di dekat gazebo ini.
Satu hal yang
selalu disebutkan di semua blog ataupun komentar mengenai Ereveld Menteng Pulo
adalah kata “rapi”. Memang, hal yang paling menonjol dari kompleks kuburan ini
adalah kerapian dan kebersihannya. Seluruh kuburan ditata dengan baik sehingga
tidak ada yang lebih istimewa dari yang lain. Tidak ada yang lebih mewah, tidak
ada yang lebih kotor, semua sama. Rumput yang tumbuh di antara nisan penanda
juga terawat. Tidak ada sampah sama sekali di sini.
Penanda kuburan
semuanya berwarna putih. Bentuknya bisa berbeda-beda, disesuaikan dengan
kepercayaan orang yang dikuburkan di situ. Ukuran petak untuk masing-masing
orang juga sama. Memang, di Ereveld, semua orang diperlakukan sama dan setara.
Ada bangunan
seperti gereja di sini, yang disebut sebagai Gereja Simultaan. Bangunan ini
tidak digunakan sebagai gereja, melainkan sebagai tempat acara peringatan dan
upacara semua agama. Di dalamnya terdapat sebuah salib yang dibuat dari kayu
bantalan rel kereta api di Burma. Di jaman perang dunia dua, banyak orang
Belanda dari Indonesia yang dikirim untuk kerja paksa di Burma.
Bangunan gereja ini
bentuknya unik. Fasad depannya kotak, dan di atasnya terdapat bagian yang
meninggi untuk tempat lonceng. Pintu utamanya dari kayu dengan teralis yang
bentuknya unik. Di bagian belakangnya terdapat menara yang atapnya berbentuk
melengkung. Di bagian dalamnya, terdapat ruangan yang cukup besar dengan
jendela yang besar dan terbuka. Lebih maju lagi, terdapat ruangan altar kosong,
yang dihiasi dengan jendela kaca patri warna-warni.
Gereja Simultaan dan sebagian areal pemakaman. |
Menempel pada
gereja, terdapat Columbarium yang menyimpan 754 guci abu militer Belanda yang
gugur sebagai tawanan perang di kamp kerja paksa Jepang selama perang dunia
kedua. Saya tidak masuk ke Columbarium, namun dari Gereja Simultaan, saya bisa
mengintip bagian dalam dari Columbarium. Di tengahnya ada kolam, dan di dinding
terdapat ceruk yang membentuk lemari tempat menaruh guci-guci. Di pojokan terdapat
bangunan yang atapnya berbentuk membulat.
Di dekat Ereveld,
ada kompleks pemakaman Inggris yang dipagari secara terpisah. Pemakaman ini
memang pengelolanya berbeda, yaitu dari persemakmuran Inggris. Makam di sini
penandanya berbeda. Bentuknya lebih menyerupai plakat mendatar yang ditata di
bawah pohon palem merah.
Kalau kita berjalan
mengikuti jalan setapak, kita akan melewati beberapa kursi di pagar di
kiri-kanan pemakaman, dimana kita bisa duduk di sini dan memandangi deretan penanda
kuburan berwarna putih yang berbaris dengan rapi. Jalan setapak tersebut akan
memutari kompleks pemakaman dan nantinya akan sampai ke terowongan yang
temboknya adalah tanaman. Di sini ada bangku-bangku tempat kita bisa berteduh
kalau kebetulan cuaca sedang panas.
Ereveld Menteng
Pulo buka untuk umum setiap hari dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Ada yang
jaga, cuma biasanya gerbangnya ditutup. Untuk yang mau datang ke Ereveld Taman Pulo
naik kendaraan pribadi, tidak perlu khawatir. Jalan kemari bisa dilewati mobil
dan ada tempat parkir. Jalan paling dekat adalah dari Casablanca lewat TPU
Makam Pulo, keluar lewat belakang. Kalau sudah lewat SMA Negeri 79, siap-siap
masuk ke kanan. Lokasinya persis di sebelah apartemen Puri Casablanca. Jangat
keterusan. Kalau sudah melewati Kantor Lurah Menteng Atas, berarti Anda sudah
kelewatan gerbang masuk Ereveld.
Kalau naik
kendaraan umum, jangan khawatir. Anda tidak perlu jalan kaki melewati kuburan
TPU Menteng Pulo. Ada jalur alternatif, khusus untuk pejalan kaki. Saya datang
kemari naik bus Transjakarta koridor 6 dan turun di halte busway (BRT) GOR
Sumantri. Saya jalan kaki dari halte busway, melewati jalan di antara Plaza
Festival dan Rumah Sakit MMC. Jalan kaki terus, melewati sungai, sampai di kompleks
apartemen Taman Rasuna. Tetap jalan terus sampai melewati masjid Al-Bakrie dan
juga pos Pemadam Kebakaran. Di dekat pemadam kebakaran, temboknya sudah
dilubangi seukuran pintu. Bisa dilewati orang. Itu akan menembus ke
perkampungan di belakang kompleks apartemen.
Nah, lewati saja
lubang di tembok itu, terus belok kanan (ke arah selatan). Jalan kaki terus,
sampai kita melewati tempat penampungan sampah sementara di sebelah kanan dan
kemudian pasar di sebelah kiri. Ketika kita sampai di persimpangan, kita lurus
saja. (Jangan jalan yang ke kiri ataupun yang ke kanan.) Kalau kita segera
melewati Kantor Lurah Menteng Atas, maka kita berada di jalan yang benar. Nah,
di seberang kantor lurah, ada tembok. Itulah tembok kompleks Ereveld. Ikuti
saja sampai melihat pintu pagar. Kita bisa masuk dari pintu pagar tersebut.
Total waktu yang dibutuhkan untuk jalan kaki sekitar 15 menit.
Kalau mau balik ke
halte busway GOR Sumantri, tinggal ikuti jalan yang tadi saja. Tapi ingat,
begitu melihat warung-warung yang menempel di tembok di kiri jalan, mata harus jeli
melihat lubang di tembok. Lubang di tembok berada di antara warung-warung itu.
Kalau datang ke
Ereveld, ingat baik-baik untuk jaga kebersihan dan tidak merusak apapun atau
memetik bunga/daun. Ini tempat peristirahatan terakhir orang, jadi kita perlu
sopan juga kepada mereka. Kalau mau ambil foto, pastikan tidak menunjukkan
nama-nama yang tertera di situ. Apalagi sampai upload foto yang menunjukkan
nama. Ini masalah privasi keluarga dari yang dikuburkan di situ. Sebaiknya foto
penanda kuburan dari belakang saja, dan bukan hanya untuk selfie gaya-gayaan.
Ereveld menjadi
pengingat generasi masa kini bahwa perang selalu menimbulkan korban. Semua yang
terbaring di sini adalah korban. Seluruh monumen perang, apaun bentuknya, baik
gedung, obelisk, menara, ataupun pemakaman, mengingatkan manusia bahwa perang
selalu memakan korban dari berbagai pihak.
0 Komentar:
Posting Komentar