Sejak tanggal 6
Juli 2020 yang lalu, pihak Transjakarta melakukan uji coba bus berbahan bakar
listrik di jalanan Jakarta. Trayek yang dilayani adalah Blok M – Balai Kota,
melewati Jl Jend. Sudirman dan Jl MH Thamrin. Dengan perkembangan teknologi
saat ini, wajar sih kalau Jakarta mulai punya bus listrik. Selain ramah
lingkungan, bus ini juga menjadi pembuka jalan untuk penggunaan mobil hybrid
dan mobil listrik di kota-kota lain di masa mendatang.
Bus Listrik Transjakarta |
Bus listrik yang dioperasikan oleh Transjakarta saat ini ada dua, yaitu bus ukuran besar dan ukuran sedang. Bus yang besar ukurannya seperti bus Transjakarta biasa (bukan gandeng) dengan dua pintu. Sedangkan yang bus ukuran sedang hanya punya satu pintu, tapi ukurannya sepertinya tetap lebih besar dari bus Transjakarta ex-Kopaja. Bus ukuran besar dapat memuat 25 penumpang, sedangkan yang ukuran sedang 11 orang.
Bus Listrik
memiliki baterai yang dapat dipakai untuk menjalankan bus sejauh 200 km per
pengisian daya. Untuk sekali mengisi daya (charging) dibutuhkan waktu sekitar 4
jam. Bus listrik ramah lingkungan, dengan emisi 0% dan baterainya 100% dapat
didaur ulang. Oke banget kan, untuk kota yang tingkat polusinya termasuk tinggi
seperti Jakarta.
Selama tiga bulan
masa uji coba, penumpang yang naik bus listrik tidak dikenai biaya. Hanya saja,
penumpang tetap harus tap in dan tap out di card
reader alis mesin pembaca kartu. Kartu apa saja bisa. Saya pakai BCA Flazz.
Penumpang lain yang juga naik, ada yang pakai Mandiri e-money dan kartu JakLingko.
Saya sendiri
sebelumnya sudah beberapa kali melihat bus listrik lewat di sekitaran Sudirman
– Thamrin, tapi selalu pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk naik.
Misalnya, saya sudah terlanjut berada di dalam halte BRT atau memang sedang
buru-buru masuk kantor. Tapi untung sekali, tanggal 19 Agustus 2020 yang lalu saya
berkesempatan untuk naik bus ini. Bus yang saya naiki adalah bus yang berukuran
besar. Kode koridornya adalah EV-1. Saya naik dari depan Ratu Plaza dan turun
di Bundaran HI.
Selfie dulu di dalam bus listrik. Mumpung masih sepi. |
Sesuai dengan protokol kesehatan, sebelum naik bus, penumpang akan diperiksa suhu tubuhnya oleh petugas. Setelah masuk, penumpang wajib tap in di card reader. Sempat ada ketidaksepakatan antara petugas dan sopir, ketika ada sepasang muda mudi yang mau tap dua kali dengan kartu yang sama. Menurut petugas, satu kartu bisa tap dua kali, tapi menurut sopir tidak bisa karena nanti ‘kan harus tap out. Karena pasangan ini cuma punya satu kartu uang elektronik, dan busnya juga masih uji coba, akhirnya pasangan ini cuma tap in sekali meskipun yang masuk dua orang.
Sempat juga ada
satu penumpang yang, setelah masuk, kebingungan karena dia tidak punya kartu.
Petugas akhirnya bilang bahwa karena masih gratis, penumpang ini masih boleh
masuk tanpa tap in. Sebenarnya sudah ada bus Transjakarta non-BRT yang
mewajibkan penumpang untuk tap in di saat masuk dan tap out di saat keluar bus.
Hanya saja, karena belum semua orang memiliki kartu uang elektronik, masih ada
petugas yang membawa kartu dan bisa bayar pakai tunai. Harusnya sih ada edukasi
masyarakat mengenai penggunaan kartu uang elektronik. Tetapi karena masa
pandemi ini banyak bus non-BRT yang tidak beroperasi, bus yang mewajibkan tap
in dan tap out jadinya jarang. Mungkin masa edukasi masyarakat mengenai
penggunaan kartu uang elektronik akan lebih lama dari yang sebelumnya
diperkirakan.
Setelah tap in,
penumpang dapat duduk di kursi yang ada. Sesuai dengan protokol kesehatan,
penumpang tidak dapat duduk bersebelahan. Ada kursi yang diberi tanda silang
dan tidak dapat diduduki. Hal ini sama dengan bus-bus Transjakarta lain selama
masa pandemi Covid-19 ini. Bus melaju dengan kecepatan yang sama seperti bus gratis yang sebelum masa pandemi biasa beroperasi di sekitaran Sudirman –
Thamrin. Di setiap halte non-BRT bus ini berhenti untuk menaikkan ataupun
menurunkan penumpang.
Bagaimana rasanya
duduk di bus listrik? Ya biasa saja, sih. Bagian interior bus listrik kurang
lebih juga sama dengan bus Transjakarta lainnya. Warna kursinya saja yang beda.
Pada pegangan tangan untuk penumpang berdiri terdapat tulisan-tulisan yang
terkait dengan fakta bus listrik ini. Menarik juga. Fungsional sekaligus
edukatif.
Tampak samping bus listrik Transjakarta |
Sama seperti bus Transjakarta lainnya, ada juga kursi prioritas di sini. Tempatnya di tengah bus, dekat pintu belakang. Ada juga tombol untuk bel berhenti, seperti bus non-BRT lain yang baru. Tapi tombol ini nggak umum dipakai (atau mungkin dimatikan suaranya) karena bus ini kan berhenti di setiap halte yang dilalui.
Ketika petugas
mengumumkan bahwa bus akan mendekati halte Bundaran HI, saya dan beberapa
penumpang mulai berdiri dan bersiap. Petugas mempersilahkan penumpang mulai tap
out saat bus akan berhenti, supaya ketika bus benar-benar berhenti penumpang
dapat langsung keluar. Setelah tap out dan bus benar-benar berhenti, para
penumpang satu-persatu turun dari bus.
Setiap berhenti di
halte bus, selalu ada orang yang mendatangi petugas dan bertanya trayek bus
ini. Karena memang baru dua bus yang beroperasi, nggak heran bus trayek ini
jarang terlihat. Beberapa orang mengurungkan niatnya karena trayek bus ini
tidak sesuai dengan tujuan mereka. Tetapi ada juga yang naik karena memang
penasaran. Hehehe ... Saya salah satunya.
Secara umum, saya
mendukung penggunaan bus listrik di Jakarta. Tentunya pemerintah harus
memperhatikan ketersediaan tempat pengisian bahan bakar dan kondisi-kondisi
darurat yang mungkin terjadi, misalnya kalau ada banjir dan kemacetan parah
yang akan menghambat perjalanan bus. Perlu juga dipertimbangkan hal-hal lain
seperti suhu ideal mesin beroperasi dan juga kelembaban udara kalau musim
hujan. Tapi bahwa sekarang sudah kita sudah mulai menggunakan kendaraan
listrik, itu adalah langkah yang baik.
Jadi, sudah
terobati rasa penasaran saya terhadap bus listrik ini. Semoga saja semakin
banyak armadanya.
kelebihan bas listrik ini tidak ada pencemaran alam..
BalasHapuskereta pun ada cuma lagi popular..
jika tidak...industri Oil & gas akan jatuh merundum
Sekarang pun perusahaan minyak dan gas juga sudah mengalami penurunan bisnis karena harganya jatuh. Memang bagian dari siklus bisnis, selalu ada suatu yang baru dan harus ada perubahan.
HapusKelebihan dari bis listrik ini memang tidak ada polusi ya mbak, mana tidak berisik lagi. Lumayan lama juga ya pengisian baterai nya sampai empat jam.
BalasHapusMasih ada yang harus dibenahi ya, seperti antara petugas dan sopir tidak sepakat masalah tap kartu untuk naik bis, belum lagi penumpang yang tidak punya kartu. Tapi insya Allah nanti lancar.
Menurut saya sih, semakin lama orang akan semakin paham caranya naik bus listrik ini. Harusnya sih, lama-kelamaan semakin banyak bus yang pakai bahan bakar listrik. Terus PR-nya Pemerintah adalah: ketergantungan pembangkit tenaga listrik terhadap batu bara harus semakin dikurangi.
HapusMba Dyah itu keliatan sepi emg karena masih pagi ya?
BalasHapusYang pasangan itu beruntung ya, tap sekali masuk 2 orang hehe
Itu sepi karena kan di Jakarta semua kantor wajib menjalankan WFH dengan maksimal pegawai masuk 50%, jadi memang tidak terlalu banyak orang di jalan. Selain itu, karena bus ini relatif baru, banyak orang yang tidak mau naik karena tidak tahu trayeknya ke mana.
Hapusmengapa orang suka naik bus? padahal saya disebelah bus aja udah pusing
BalasHapusKenapa? Ya karena nggak punya kendaraan pribadi, lah. Nggak mungkin naik ojek tiap hari. Boros.
Hapuspenasaran di suara mesinnya,, apakah bener2 sunyi senyap atau masih ada deru yaa??
BalasHapusuntuk ke depannya semoga semakin banyak armada bus listriknya.
Kalau di dalam bus sih, suaranya biasa aja. Tapi kalau dari luar, emang suaranya tidak sekeras kendaraan berbahan bakar BBM.
HapusWah enak banget nih bisa nyobain bus gratis. Saya udah lama gak ke Jakarta sejak Mei 2020. Di Depok bae, hahaha... Karena pandemi. Ternyata masih banyak masyarakat yang kurang pengetahuan soal kartu elektronik ini ya. Harus nambah edukasi nih.
BalasHapusSemoga ke depannya semakin bertambah bus listrik ini, biar mengurangi polusi di Jakarta
Ahaha... padahal Depok tinggal selangkah menuju Jakarta ya. Tapi naik KRL masih riskan sekarang. Semoga sehat selalu ya.
Hapus