Saya memang hobi menulis. Menulis di
sini maksudnya bukan aktivitas menggerakkan tangan untuk membentuk huruf dengan
sarana alat tertentu, ya. Menulis di sini maksudnya adalah membuat karangan,
baik fiksi maupun non fiksi, yang dapat dibaca. Kesukaan saya menulis ini
mungkin juga terkait dengan dua hobi lain, yaitu membaca dan mempelajari
bahasa.
Jaman dulu banget, saya pernah
menulis di buku harian alias buku diary.
Nah, ini beneran menulis pakai bolpoin. Waktu kuliah saya mulai menulis cerpen,
dan setelah punya blog saya mulai menulis artikel perjalanan. Belakangan saya
juga menulis artikel opini di blog. Sekarang saya juga kadang-kadang ikutan
menulis bersama di buku-buku antologi.
Ternyata menulis berguna, lho.
Paling tidak, berdasarkan pengalaman pribadi saya, menulis memberi manfaat yang
tidak sedikit. Berikut manfaat menulis bagi saya
Menyimpan kenangan dengan lebih detil
Pernah pergi ke berbagai penjuru
Indonesia, bahkan mungkin pernah melanglang buana? Kalau kejadiannya sudah 10
tahun yang lalu, apa yang masih diingat dari perjalanan itu? Selain hal yang
berkesan, mungkin otak kita sudah memendam ingatan kita di dalam tumpukan
memori yang lebih baru. Dengan menuliskannya, kita bisa mencatat detil yang
penting maupun tidak penting dari suatu pengalaman, sehingga bisa dibaca lagi
di waktu yang akan datang.
Tujuan saya membuat blog ini pun
begitu, lho. Saya menuliskan perjalanan saya supaya suatu saat nanti saya bisa
kembali membaca-baca pengalaman saya dan mengingat kembali detil-detil yang
mungkin sudah dipinggirkan oleh otak kita.
Selain untuk menyimpan kenangan pengalaman,
bisa juga kita ingin menyimpan kenangan tentang sesuatu yang akan hilang.
Misalnya, menulis tentang bangunan yang sebentar lagi akan hilang atau hancur.
Paling tidak, tulisan kita akan dibaca orang lain yang mungkin suatu saat
memerlukan informasi yang mungkin terkait dengan sejarah suatu area atau
bangunan.
Berbagi informasi dengan orang lain
Menulis di dalam buku diary yang disimpan di dalam laci
mungkin belum bisa disebut berbagi informasi. Akan tetapi, tidak jarang buku diary kemudian diterbitkan dan menjadi
sumber informasi yang berharga mengenai suka-duka kehidupan di dalam periode
tertentu. Contohnya diarynya Anne
Frank yang terkenal itu.
Menulis postingan di media sosial,
misalnya Facebook, Instagram, atau Twitter, jelas-jelas dimaksudkan untuk
berbagi dengan orang-orang. Tak jarang kita menuliskan opini atau komentar yang
panjang supaya apa yang kita maksudkan bisa diterima orang lain.
Gunanya berbagi informasi dengan
orang lain, tentunya karena kita berharap bisa mendapatkan respon dari orang
lain. Like atau Reply, misalnya. Bisa juga kita berbagi karena berharap dapat
membantu orang lain. Contohnya, orang yang berbagi resep masakan di Instagram
atau artikel tentang pengalaman tersengat ubur-ubur di blognya.
Khusus untuk masa-masa dimana kita
tidak mudah untuk bertemu muka dengan orang lain, misalnya di masa PSBB,
menulis di media sosial ataupun platform elektronik menjadi pilihan banyak
orang untuk berbagi informasi dan pendapat. Yang biasanya disampaikan secara
langsung waktu kumpul-kumpul, jadinya ditulis supaya semua teman bisa baca di timeline.
Katarsis atau Terapi
Katarsis artinya menghilangkan beban
mental dengan cara bercerita. Pernah merasa sebal banget akan sesuatu, terus
pengin curhat? Nah, itu adalah bentuk katarsis. Kita mengeluarkan uneg-uneg
supaya lebih lega. Tapi tidak semua orang berani berbicara langsung, lho.
Makanya untuk salah satu terapi kesehatan jiwa, ada saran untuk menggunakan
media tulisan, karena kita bisa bercerita tanpa melihat langsung ekspresi dari
penerima pesan alias para pembaca.
Umumnya kalau saya sebal akan
sesuatu, mengumbarnya di Twitter, ya. Soalnya tulisannya pasti singkat dan
tidak disertai oleh analisa yang dalam. Yang namanya juga twit penuh amarah.
Tapi menurut teman-teman lain yang memang pernah mengalami masalah yang sangat
berat, menuliskan pengalamannya ternyata berguna untuk melepaskan beban mereka.
Apalagi kalau mereka lalu menerbitkannya dan mendapatkan komentar dari pembaca
yang juga pernah mengalami hal yang sama. Rasanya lebih lega karena merasa ada
teman senasib.
Melatih alur berpikir agar lebih terstruktur dan logis
Saat kita berbicara, jika informasi
yang sama diulang-ulang atau ada informasi yang tidak berurutan, hal ini tidak
terlalu menjadi masalah. Lawan bicara kita akan memotong kita dengan
pertanyaan, “Tadi kan udah cerita,” atau “Lha, terus siapa yang naruh di situ?”
atau “Coba ulangi, kok bisa elu mengira tasnya si Keke itu tas elu?” Dan kita
cukup memberikan penjelasan tambahan agar pendengar mengerti.
Saat menulis suatu cerita atau
artikel, tidak akan ada pertanyaan langsung dari pembaca. Masukan baru bisa
datang setelah tulisan selesai. Jadi, kita akan berusaha memasukkan banyak
detil ke dalam penjelasan kita supaya pembaca paham dan tidak banyak
bertanya-tanya. Semakin sering menulis dan mendapatkan feedback dari pembaca, lama-kelamaan kita akan tahu apa saja yang
diharapkan oleh pembaca. Dengan bertambahnya pengalaman, dan masukan dari orang
lain, kita akan menyusun tulisan dengan lebih terstruktur sehingga pembaca
lebih mudah paham. (Saya menuliskan pentingnya masukan dari orang lain, ya.
Soalnya orang yang hanya menulis tapi tidak pernah mendapatkan feedback biasanya tidak akan belajar
untuk memperbaiki tulisannya.)
Mendapatkan penawaran penghasilan dari menulis
Menulis itu suatu keterampilan yang
banyak dibutuhkan, lho. Salah seorang teman saya dulunya suka menulis singkat
di Facebook tentang pengalamannya jalan-jalan. Terus dia menuliskannya dengan
lebih panjang dan berjilid-jilid. (Maksudnya, beberapa postingan yang berurutan
untuk satu perjalanan.) Lama kelamaan tulisannya menarik perhatian orang lain
yang menawarkannya untuk menulis artikel di majalah in flight di salah satu maskapai penerbangan Indonesia. Keren, kan!
Dengan berkembangnya budaya digital,
semakin banyak perusahaan yang memilih untuk beriklan melalui internet.
Pekerjaan copywriter sekarang mulai
banyak dilirik, lho. Penawaran untuk menulis artikel dan dibayar juga banyak.
Tidak perlu jadi wartawan resmi di suatu media massa, kita juga bisa dibayar
untuk menulis.
Itulah manfaat menulis yang memang sudah saya alami, ya. Mungkin ada yang merasa mendapatkan manfaat lain dari menulis? Boleh isi di komentar di bawah ya.
kurang lebih manfaat yg saya rasakan juga sama sih..
BalasHapuskalau saya awalnya malah ngga suka menulis lho,, lalu karena sering baca, lama2 timbul hasrat untuk menulis, dan keterusan :D
-traveler paruh waktu
Bener banget! Dari biasa baca, lama-kelamaan tumbuh minat menulis. Kayaknya nggak ada deh, yang suka menulis tapi nggak suka membaca.
HapusIya sih, dengan menulis maka kita bisa menyimpan kenangan, seperti perjalanan atau kejadian yang kita alami.
BalasHapusSelain itu dengan menulis juga bisa membagikan informasi yang bermanfaat kepada orang lain.
Kalo aku juga suka menulis sih, tapi kebanyakan cerpen atau mungkin tutorial android yang aku tahu. Itu bermanfaat juga kali ya. :D
Tutorial android jelas bermanfaat, lah. Saya juga suka ngintip-ngintip blognya Mas Agus, lho.
HapusAsik banget mbak bsa ikutan nulis antologi, saya juga tertarik, tapi ga tau mau join ke mana.
BalasHapusMenulis itu ternyata memang banyak manfaatnya. Saya setuju dengan menyimpan kenangan di website, hal itu juga saya lakukan di blog saya, ditambah lagi dengan re-call atau retrieve memories dan knowledge biar ga lupa :)
Bener banget, blog jadi seperti buku catatan sejarah aja. Hahaha ...
HapusBtw, banyak lho, grup menulis antologi. Saya sih ikutan Nubar-NulisBareng. Walau proses bukunya agak lama (bisa 6 bulan baru jadi), tapi sistemnya kayak komunitas gitu, jadi seru.
aku memang suka curhat dari dulu di diary, hahahah... sekarang lebih sering ngeblog pastinya. Dan betul, writing is sort of a therapy juga :)
BalasHapusIya ... terus curhatnya di blog. Hahaha.
HapusMenarik. Keempat poin diatas relatable sekali sih, mbak dee. Tapi untuk yang kelima (diterbitkan di majalah) saya pribadi belum ngarasain karena masih belum pede wkw. kecuali dulu waktu jamannya kuliah jamannya kepepet, pernah jadi penulis konten web orang dan dibayar. Kalau sekarang sih, lebih senang mengisi tulisan lewat blog pribadi dulu. :D
BalasHapusEntah kenapa nulis panjang dan ngetwit singkat itu feel nya beda banget.
Manfaat menulis (khususnya lewat blog) lebih ke kebahagiaan berbagi, sih, bener, apalagi kalau nemu yang senasib wkw. Ditambah kalau dikasih feedback kalau tulisan kita informatif, wuih, senang rasanya.
Bener banget. Nulis panjang dan nge-twit itu beda. Ngetwit bisa ngasal karena kan singkat. Kalau tulisan panjang, harus memperhatikan alurnya karena kalau nggak asyik dibaca, orang nggak akan baca sampai selesai.
HapusWhaaaa, saya banget ini, menulis untuk menyimpan kenangan yang berharga ehehe. sejauh ini sudah menyimpan kenang dalam sebuah tulisan, lagu, dan foto wgwgw berharga banget memang :D
BalasHapusLagu? Wah, keren tuh. Saya belum pernah mengarang lagu.
HapusBener banget tuh Mbak, menulis emang punya banyak manfaat.
BalasHapusSaya dulu pun awalnya menulis kisah perjalanan karena ngerasa percuma kalo foto-foto perjalanan itu cuma nangkring di laptop tak berguna. Mending ditulis kisahnya, bisa sekalian biar nggak lupa detail-detail kecil yang terjadi pada perjalanan tersebut.
Iya. Jadi harddisk eksternalnya otak.
HapusSepakat bgt sm poin2 di atas. Bener bgt, buatku manfaat menulis terasa bgt saat ini. Bersyukur memiliki hobi yg dpt menghasilkan sekaligus dpt melatih mindset untuk selalu berpikir logis dan terstruktur.. Hehe
BalasHapusBener banget. Menghasilkan itu juga penting. Hehehe.
Hapussaya senang berbagi, inilah yang menjadi semnangat utama menulis
BalasHapusBener banget. Bisa membantu orang lain.
HapusSaya kadang sebagai terapi itu mbk, kalau ada masalah yang bikin sebel banget tapi nggak bisa cerita sama orang pasti bakal saya tulis di buku. Bikin lega banget....
BalasHapus