Hampir dua tahun yang lalu saya
jalan-jalan ke sebuah museum yang menarik di Tokyo, Jepang. Edo-Tokyo Museum,
demikian namanya, adalah museum yang menggambarkan kehidupan masyarakat Tokyo
di jaman Edo. Berhubung ternyata saya belum pernah menulis tentang museum yang
saya kunjungi bersama dengan teman saya ini, kayaknya bisa juga nih buat mengisi
blog sementara saya nggak bisa pergi kemana-mana untuk mencari bahan isian blog
yang lebih baru.
Ke museumnya sudah dua tahun yang lalu. Tapi baru sekarang nulis artikelnya. Males banget ya? |
Edo adalah nama kota Tokyo sebelum
tahun 1868. Edo sendiri artinya adalah “muara”. Tidak salah juga, karena kota
Edo memang letaknya di tepi teluk. Pusat kota Edo adalah kastil Edo yang
dibangun di tahun 1457. Kastil ini dikuasai oleh klan Tokugawa di tahun 1603
dan menjadi kiblat politik selama bertahun-tahun sampai dengan restorasi Meiji
di tahun 1868. Kini kastil Edo menjadi istana Kaisar Jepang.
Nah, karena kota Edo adalah pusat
politik di era kekuasaan klan Tokugawa, maka jaman tersebut juga sering disebut
sebagai jaman Edo. Jadi, Edo adalah nama Tokyo di jaman Edo. (Eh, jelas kan
ya?) Kehidupan masyarakat kota Edo (sekarang Tokyo) di jaman Edo tentunya
berbeda jauh dengan kehidupan masyarakat kota Tokyo sekarang. Selain adanya
pergeseran budaya, tentunya juga ada perbedaan teknologi dan kemajuan jaman.
Edo-Tokyo Museum adalah museum
dimana pengunjung bisa mempelajari budaya masyarakat jaman Edo, sejarah Jepang
di jaman Edo, dan juga mencoba merasakan kehidupan masyarakat di kaman itu.
Tidak hanya memamerkan barang-barang jaman dulu, museum ini juga memiliki
diorama kehidupan jaman Edo yang bisa dimasuki oleh pengunjung.
Miniatur yang menggambarkan Tokyo di jaman Edo. |
Pertama kali masuk, kita akan
melewati jembatan yang mewakili jembatan Nihonbashi yang merupakan titik 0 di
kota Tokyo. Di bawah replika jembatan, kita bisa melihat diorama gedung teater tradisional
Jepang. Dari jembatan ini kita akan dibawa ke tempat pameran yang terkait
dengan kastil Edo. Selain terdapat miniatur kastil Edo, ada juga lukisan yang
menggambarkan keadaan kastil Edo.
Setelah itu kita dibawa turun ke
lantai berikutnya dan kita dapat melihat seperti apa kehidupan masyarakat di
jaman Edo. Ada diorama rumah-rumah di jaman Edo yang disebut Nagaya. Menurut
saya bentuknya lebih mirip dengan rumah petak di Jakarta. Bedanya, rumah petak
jaman dulu terbuat dari kayu. Rumah petak adalah rumah orang kebanyakan karena
dari jaman Edo harga tanah di sekitar Tokyo sudah mahal. Rumah petak ini umumnya
disewakan oleh tuan tanah dan setiap unitnya terdiri dari ruang utama dengan bagian
tepinya untuk tidur atau aktivitas lainnya. Sumur, toilet, dan tempat sampah
terdapat di area bersama dan dipakai oleh seluruh penghuni di kompleks
tersebut.
Karena orang masak, makan, dan tidur
di rumah yang terbuat dari kayu dan rumah-rumah itu berdempet-dempet, maka
sering terjadi kebakaran. Ada satu sesi di dalam museum yang membahas tentang
kebakaran di jaman itu. Selain ada peta yang menggambarkan tentang kebakaran-kebakaran
besar di jaman Edo, ada juga penggambaran tentang tim pemadam kebakaran yang
konon selalu bekerja setiap hari karena kebakaran adalah bagian yang rutin di
dalam kehidupan masyarakat Edo.
Sampai-sampai ada peta salah satu kebakaran hebat di Tokyo jaman itu. |
Di bagian lain, digambarkan juga
publikasi di jaman Edo, termasuk replika cetakan-cetakan di jaman itu. Penulis
novel dan buku adalah jabatan yang cukup terpandang di masyarakat Edo, dan
novel yang diterbitkan sangatlah beragam – dari kisah sejarah, satire politik,
sampai kisah erotis – sebelum kemudian secara bertahap pemerintah jaman Edo
melakukan sensor untuk karya-karya itu. Toko buku adalah toko yang menjadi
favorit banyak orang pada waktu itu. Untuk yang kurang mampu membeli buku, ada
juga persewaan buku.
Selain bagian yang menggambarkan
kehidupan sehari-hari, ada juga bagian dari museum yang menceritakan tentang
perekonomian di jaman Edo. Selain menjelaskan tentang distribusi makanan dari
daerah pertanian (dari sekitar Osaka) ke pusat kota di Tokyo, museum ini juga
menjelaskan tentang konsep pertokoan di jaman Edo. Di jaman itu, cikal-bakal
toserba sudah ada di pusat kota.
Bagian terakhir dari Edo-Tokyo
Museum adalah bagian yang menggambarkan kehidupan seni di jaman Edo. Distrik
hiburan adalah salah satu bagian yang penting dalam budaya masyarakat Jepang. Di
bagian ini, museum menampilkan replika kereta yang dipakai di dalam perayaan dan
kuil yang bisa dipindahkan dan dibawa untuk arak-arakan.
Museum ini juga memiliki replika
gedung teater kabuki. Kabuki adalah drama klasik Jepang. Di jaman Edo, kabuki
hanya boleh dimainkan oleh pria, jadi seluruh tokohnya, baik pria maupun wanita
harus diperankan oleh pemain pria. Padahal sebelumnya teater kabuki justru
diprakarsai oleh seorang penari wanita. Walaupun tidak ada wanita yang naik
panggung di teater kabuki, pertunjukkan ini tetap populer hingga saat ini.
Berfoto di depan diorama teater kabuki. |
Area replika distrik hiburan cukup
besar di museum ini, karena di jaman Edo, dan sampai sekarang, daerah hiburan
memiliki pengaruh besar bagi masyarakat. Peningkatan perputaran ekonomi, kasak-kusuk
politik, dan juga metode penyebaran informasi bagi masyarakat tetap paling
afdol melalui arena hiburan rakyat. Terakhir para pengunjung bisa berfoto-foto
di depan diorama gedung teater tradisional Jepang yang tadinya dilihat oleh pengunjung dari
atas jembatan saat pertama kali masuk museum.
Edo-Tokyo Museum terletak di stasiun
Ryogoku, sebuah stasiun kereta Metro di jalur Oedo Line. Alamat lengkapnya
adalah 1-4-1 Yokoami, Sumida-ku, Tokyo 130-0015. Letaknya masih di tengah kota,
tidak terlalu jauh dari Akihabara, Asakusa, dan Tokyo SkyTree. Gedung museumnya
sendiri unik karena bentuknya lebih mirip gudang dan museumnya terletak di
lantai 5 dan 6. Pintu masuk museum di lantai 6. Jadinya, untuk ke museum ini
kita harus naik eskalator yang cukup panjang.
Salah satu hal yang menyenangkan
dari mengunjungi museum adalah kita bisa mempelajari budaya dan kebiasaan
ataupun pengetahuan yang tidak umum kita jumpai di kehidupan sehari-hari.
Itulah sebabnya saya suka jalan-jalan ke museum. Museum di Jakarta juga banyak
yang juga menarik, lho. Hmm ... jadi ingin bongkar-bongkar foto-foto dulu,
siapa tahu ada kunjungan ke museum lain yang belum sempat ditulis di blog.
Sementara belum bisa jalan-jalan, yah sudah, lihat-lihat kenangan jalan-jalan
yang ada dulu saja. Stay safe!
Menarik banget nih museumnya, bisa mengetahui gimana kehidupan masyarakat Jepang di zaman Edo.
BalasHapusSelama ini sih aku taunya sejarah Jepang cuma dari anime doang, tapi itukan udah banyak tercampur ama fiksi, tapi kalo ngunjungi museum ini jadi bisa tau sejarah aslinya.
Udah gitu banyak hal menarik juga yang bisa diketahui dari museum ini, kayak kebakaran yang udah kayak agenda rutin sampe novel erotis pun ada di zaman setua itu.
Edo jaman dulu sudah menjadi kota metropolitan, lho. Walau metropolitan kuno, tetap saja penduduknya banyak dan relatif maju untuk jamannya. Cuma, kebakarannya itu yang menyeramkan yah.
Hapuskarena tiket aku udah bisa direschedule, sekarang kalau baca tentang jepang jadi semangat nyusun itin lagi hehehhe must visit museumnya,mbak! akan kumasukkan ke itin aku <3
BalasHapusSemoga wabah ini segara berlalu, ya.
HapusEnaknya liburan ke museum emang dari sisi rasanya, kayak kagum ngelihat gimana masyarakat zaman dulu hidup... Saya juga pengen banget maen ke museum....
BalasHapusKapan ya?
Wah... tunggu corona reda dulu, Kak. Museum-museum juga lagi pada tutup.
Hapuskenapa ya museum di jepang itu bagus2, ga ngebosenin dan interaktif banget... kayaknya ga ada deh museum di sana yg konsepnya ngasal... makanya tiap aku balik ke jepang pasti selaluuuu aja nyari museum baru untuk didatangin mba..
BalasHapusthn depan kalo wabah udh mereda, aku plan mau ke jepang lg, lebih lama, dan pgn datangin sebanyak mungkin museum dari selatan ampe utara :). kalo sempet mau masukin museum edo ini deh... museum yg pgn bgt aku datangin itu museum kamikaze di kagoshima , yg isinya ttg pesawat2 pilot bunuh diri pas masa perang.. daridulu kalo ada museum yg berbau dark history gini aku slalu suka...
Waduh, Mbak. Kalau museum yang serem-serem yang temanya peperangan atau bunuh-bunuhan, biasanya sih saya nggak berani masuk.
HapusTapi bener juga, museum di Jepang biasanya ditata rapi. Mungkin juga karena di sana museum diperhatikan secara serius ya.
asik banget ya jadi orang pinter ... bisa keliling dunia liat liat museum yang bersejarah pengalaman luar biasa
BalasHapusMemang dari kecil sudah suka jalan-jalan di museum, Kak.
Hapus