Sebagai orang yang hobinya travelling,
wabah COVID-19 benar-benar mengubah gaya hidup saya. Karena sekarang trendnya
#dirumahaja, makanya saya nggak bisa pergi ke mana-mana. Gimana bisa travel
blogger nggak travelling? Ya bisa aja. Jalan-jalan dari kamar tidur ke kamar
mandi, terus balik lagi ke kamar tidur, terus ke dapur, terus ke kamar tidur
lagi ... itu sudah jalan-jalan juga kan. Ahahaha ...
Barang-barang yang menghiasi rumah. |
Sebagai orang yang aslinya kerja
kantoran, biasa pulang malam (emang ada kerjaan di kantor, ya, bukan kelayapan),
libur cuma di hari Sabtu dan Minggu, jatah cuti terbatas, dan suka jalan-jalan,
wabah COVID-19, dan aturan Pemerintah yang muncul, antara lain implementasi
pembatasan sosial berskala besar (PSBB), memaksa saya untuk mengubah pola hidup
saya. Nah, daripada membahas perubahan gaya hidup orang lain, mendingan saya
cerita perubahan apa saja yang sekarang terjadi pada diri saya.
Semakin rajin bersih-bersih dan
cuci-cuci
Ini yang paling jelas. Kalau saya
hitung-hitung, di rumah saja bisa cuci tangan tiap jam. Kalau pas giliran piket
kantor, bisa bolak-balik ke toilet untuk cuci tangan. Setiap pulang ke rumah,
dari kantor ataupun dari belanja, pasti mandi dan cuci rambut. Baju langsung
direndam dan dicuci. Semua keran dan pengangan pintu di kamar mandi akan ikutan
disabun juga.
Selesai mandi, langsung ambil kain
pel. Lantai rumah dipel. Tas yang tadi dibawa? Disemprot pakai desinfektan atau
alkohol 70%. Kalau ada belanjaan, semuanya akan kena giliran dicuci atau dilap
dengan kain bersabun. Komputer dan handphone juga ikutan dilap dengan kain
bersabun. Makanya sekarang laptop kantor, yang dibawa pulang kalau pas work from home (WFH), jadi bersih dan
bebas debu.
Karena ritual sepulang ke rumah
banyak banget, terus terang saya lebih suka waktu dapat giliran WFH
dibandingkan waktu harus masuk kantor. Bisa satu jam sendiri buat bersih-bersih
setibanya di rumah. Oh ya, belum lagi harus mencuci masker kain yang habis dipakai setiap pulang dari luar rumah.
Karena di rumah terus
(kecuali pas harus ke kantor) dan keluarga masak sendiri, sekarang semakin
sering cuci piring juga. Dulunya kan makan pagi-siang-malam di sekitaran
kantor, jadi piring cukup ditinggal di atas meja untuk dibersihkan penjaga warung
atau restoran.
Semakin menjaga asupan gizi
Dulunya saya paling males makan
jeruk. Repot untuk mengupasnya karena butuh kuku yang cukup panjang (kan harus
merobek kulitnya yang tebal itu). Sekarang, karena vitamin C cukup jarang di
pasaran dan mahal, saya jadi sering makan jeruk. Beli jeruk di supermarket,
terus dimakan di rumah. Lama-kelamaan jadi terbiasa mengupas jeruk dan
memakannya. Enak juga. Kalau tidak ada jeruk, ya saya akan membeli buah-buah
lain yang vitamin C-nya cukup tinggi. Yang jelas, setiap hari ada buah.
Selain jeruk, saya juga semakin
rajin minum susu, baik susu sapi maupun susu kedelai. Gantian, lah, antara susu
nabati dan susu hewani. Biar asupan gizinya beragam. Apakah mengkonsumsi
suplemen? Wah, saya memilih minum madu saja. Kayaknya, vitamin dosis tinggi dan
suplemen makanan lebih dibutuhkan untuk orang-orang yang sakit dan petugas
kesehatan.
Soal makanan? Yah, kami sekeluarga
masak sendiri. Nasi dan satu macam lauk yang terdiri dari campuran sayur dan
daging atau telur sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan protein dan mineral
sehari-hari. Yang jelas, setiap hari lauknya selalu terbuat dari sayur segar,
walaupun itu adalah terong atau wortel (bukan daun hijau). Padahal dulunya,
makan malam pas pulang kantor di KFC. Hahaha! Beda banget, ya.
Semakin sering berjemur
Kebetulan, jendela kamar menghadap
ke timur. Jadi leyeh-leyeh pagi-pagi di tempat tidur juga bisa sambil berjemur.
Gara-gara sekarang lebih sering work from home, pagi-pagi nggak usah lari-lari
mengejar bus Transjakarta. Bangun pagi, mandi, cuci baju, terus menjemur baju.
Nah ... menjemur baju kan bisa sekalian berjemur juga.
Dari dulu saya termasuk orang yang
senang kena sinar matahari. Jam makan siang di kantor, saya lebih suka pergi ke
warung di luar kompleks perkantoran untuk makan. Padahal teman-teman yang
perempuan lebih suka nitip beli makanan lewat OB kantor, karena nggak mau make up-nya meleleh kena sinar matahari.
Kena sinar matahari sebentar membuat tubuh lebih hangat dan lebih bersemangat.
(Tapi kalau kelamaan jadi kepanasan dan nggak nyaman.)
Lebih jarang gerak
Nah, ini yang bahaya. Biasanya, berangkat
kantor saya jalan kaki 5 menit ke halte busway terdekat dari rumah. Dari halte
dekat kantor jalan kaki 10 menit ke kantor. Pulangnya, ambil jalur yang agak
jauh, jalan kaki 30 menit ke halte busway yang lain. Tambah 5 menit jalan kaki
pas pulang ke rumah. Ditambah jalan kaki ke warung pas makan siang, perkiraan
saya jalan kaki santai sebanyak 1 jam di ruang terbuka. Sekarang, nggak bisa
pergi ke mana-mana, mau nggak mau badan lebih jarang bergerak. Hmm ... harus
mulai mencari olah raga yang nggak memerlukan tempat luas.
Begitulah perubahan hidup yang sekarang saya alami karena pandemi saat ini. Ada yang mau cerita, perubahan gaya
hidup apa saja yang terjadi selama masa wabah COVID-19?
Selama WFH aku jadi lebih sering masak. Soalnya mau jajan juga khawatir sih. Tapi kalau malas banget ya beli aja deh yg deket2 aja ��
BalasHapusKalau saya sih, sekeluarga jadi rajin masak karena nggak mau sering² keluar rumah. Pesen delivery juga nggak berani, jadi mendingan masak deh.
HapusHahahaa ..
BalasHapusBetul tuuh, kak jalan-jalan mondar mandir ngubek rumah nglemesin kaki buat nggantiin travelling 😅
Ahaha... sama-sama olah raga. Cuma pemandangannya itu-itu aja.
HapusIya juga, sih 😄
HapusTapi mo gimana lagi ..., gegara virus menjengkelkan itu kita-kita jadi ngga bebas bergerak 😣
kalau saya, yang paling pasti adalah jam tidur yang menjadi berantakan sekali ahaha..
BalasHapus-Traveler Paruh Waktu
Wah... antara kebanyakan tidur atau malah jadi lebih rajin bergadang?
HapusKok terjadi di saya semua mba... khususnya bagian akhir, jadi jarang gerak.
BalasHapusSore biasanya jogging dan seminggu sekali badminton jadi gak bisa dilakukan
Iya... saya kalau di rumah memilih untuk tiduran aja. Hahaha.
HapusAhahaha... Travel blogger tapi travelingnya di dalam rumah ya Mbak. 😁
BalasHapusAmbil sisi positifnya aja Mbak, biar perubahan yang baik aja yang diambil.
Yang jelas, jadi lebih menjaga kebersihan. Ya, sisi positif lah ya.
HapusBaru tau saya ada orang yg malas makan jeruk Gegara kulit nya tebal.
BalasHapuswkwkwk
Btw moga Si covid cepat selesai di Indonesia biar bisa normal lagi kek dulu.
Amin...
HapusBtw, kan kulitnya emang tebel. Kalau kukunya pendek, suka susah mengupasnya.
Iya nih biasa kegiatan yang sering dilakukan diluar, sekarang jadi dirumah aja.. Nyuci sendiri, masak sendiri, sendiri sendiri, udah sendiri tambah sendiri. Kapan selesainya yahhh, bisa lupa cara berdiskusi sama orang kalo kelamaan sendiri dirumah :(
BalasHapusWakakakak....
HapusBener banget, tuh.
Banyak yang berubah ya sejak ada virus Corona, tapi apa boleh buat memang harus begitu.
BalasHapusAku juga sekarang rajin cuci tangan, minimal sehari 5x, sebelumnya cuma 2x, kalo berjemur juga kadang pagi hari dan rajin cuci masker, siapa tahu maskernya ada virus.��
Idem, saya juga selalu cuci masker habis dipakai.
Hapusbaru baca ini, dan jalan kaki sampai 30 menit lumayan jauh juga loh mba.. kebal dari sakit deh hehe
BalasHapusKalau sudah biasa, 30 menit terasa dekat lho. Lagipula, jalan kaki 30 menit juga cukup membantu kesehatan jantung.
Hapusopeningnya relatable sekali, mbak. haha. ngomong2 film Contagion jadi film yang akhir2 ini jadi trensetter ya. Belum nonton.
BalasHapusgaya hidup baru yang saya rasakan akhir-akhir ini selama dirumahsaja salah satunya adl banyak membaca dan mengoleksi buku2.
Ah, baca buku memang pengisi waktu luang yang bermanfaat.
Hapus