Sekitar bulan November tahun lalu,
kami sekeluarga berlibur ke Surabaya, sengaja untuk melihat langsung
taman-taman kota di Surabaya yang kabarnya elok itu. Setelah drama penjemputan di stasiun Surabaya Gubeng berakhir mulus, kami sekeluarga mulai perjalanan
kami untuk melihat taman-taman kota di Surabaya. Inilah taman-taman kota di
Surabaya yang kami kunjungi.
Taman wisata yang terletak di Jalan
Raya Darmo. Taman Bungkul disebut demikian karena di sana terletak makam Ki
Ageng Bungkul atau Ki Ageng Supo, yang merupakan seorang tokoh yang sangat
berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di Surabaya dan sekitarnya. Kompleks
makamnya sendiri terletak di belakang taman dan cukup ramai dikunjungi orang.
Taman Bungkul termasuk taman yang
sangat populer bagi warga Surabaya. Taman yang cukup luas ini memiliki banyak
fasilitas umum, seperti plaza tempat panggung terbuka, jogging track,
skateboard track, dan juga tempat bermain anak-anak. Ada juga wifi gratis, tapi
saya tidak mencobanya. Taman Bungkul layak mendapatkan penghargaan karena
penataannya yang apik dan rapi. Bagian yang ditanami dijaga kebersihannya
sehingga terlihat hijau dan asri.
Waktu kami datang kemari, sekitar
jam 12 siang di hari Sabtu, area yang paling banyak dikunjungi orang adalah
area pujasera. Di area pujasera terdapat banyak pilihan makanan, namun yang
cukup banyak didatangi adalah warung rawon Kalkulator, yang tentunya menjual
makanan khas Jawa Timur rawon. Banyak turis lokal (orang dari luar Surabaya)
yang datang kemari untuk mencicipi rawon yang tersohor ini.
Main-main di taman Bungkul. |
Tak jauh dari taman Bungkul,
terdapat Perpustakaan Bank Indonesia. Perpustakaan yang beralamat di Jl.
Mayangkara no. 6 ini menempati bangunan kuno yang sudah berdiri sejak tahun
1921. Dulunya bangunan perpustakaan ini disebut sebagai Worning voof Agent van
Javasche Bank. Setelah berganti-ganti fungsi, sejak tahun 2012 bangunan ini
menjadi perpustakaan yang menyimpan buku-buku yang terkait dengan ekonomi,
moneter, dan perbankan. Di depan perpustakaan, terdapat Monumen Bahari yang
dibangun oleh TNI AL di tahun 1968.
Wajar taman Bungkul banyak
dikunjungi orang karena letaknya memang strategis dan di tengah kota. Sedikit
lagi kami berjalan kaki dari perpustakaan Bank Indonesia, kami tiba di kebun
binatang Surabaya dengan patung Sura dan Baya yang menjadi salah satu ikon kota
Surabaya. Di akhir pekan, kebun binatang ini cukup ramai dikunjungi. Sedangkan
untuk berfoto dengan latar belakang patung Sura dan Baya, orang rela antre di
bawah sinar matahari.
Taman Surabaya
Taman Surabaya terletak di daerah
Embong Kaliasin dan posisinya berada di kiri dan kanan dari taman Bambu
Runcing. Disebut taman Bambu Runcing karena di tengahnya ada patung bambu
runcing. Sedangkan taman Surabaya, mungkin dinamai demikian karena letaknya di
tengah kota Surabaya. Pada dasarnya, tidak ada apa-apa di taman kota ini.
Satu-satunya bagian yang menarik perhatian adalah patung bambu runcing. Namun
bagian lainnya kurang menarik dan terkesan biasa saja. Bahkan, kursi-kursinya
terkesan agak terbengkalai.
Kami mampir ke taman ini karena
sebelumnya kami mampir ke toko es krim Eskimo untuk membeli beberapa potong es
krim. Toko es krim yang letaknya hanya satu blok dari taman Surabaya sebenarnya
lebih dikenal sebagai penjual es krim tart dan lebih banyak menerima pesanan. Toko
ini tidak menyediakan tempat duduk, jadi semua pembelian harus take away. Tapi
tidak perlu khawatir. Cuma beli es krim tiga potong saja tetap diberi dry ice
untuk menjaga suhu es krim, jadi es krim tetap bisa dibawa pulang.
Dari penampakannya, es krim Eskimo
ini adalah es krim jadul. Bahan esnya sepertinya tanpa tambahan macam-macam,
karena begitu dikeluarkan dari kota dry ice, es krimnya langsung meleleh.
Rasanya luar biasa enak. Kami makan es krim ini sambil duduk-duduk di bangku
taman di taman Surabaya.
Arca Joko Dolog
Dari Taman Surabaya, kami berjalan
kaki ke Arca Joko Dolog. Arca Joko Dolog adalah sebuah arca perwujudan Prabu
Kertanegara yang merupakan raja terakhir Kerajaan Singhasari. Arca ini aslinya
ditemukan oleh arkeolog Belanda di daerah Trowulan. Pemerintah Belanda
berencana untuk membawa arca ini ke Belanda namun nampaknya rencana tersebut
dibatalkan dan arca ini kemudian ditinggal di tengah kota Surabaya. Kini arca
ini menjadi destinasi wisata sejarah bagi warga Surabaya dan sekitarnya. Oleh
pemerintah setempat, area ini kemudian dihiasi juga dengan patung-patung lain
yang juga ditemukan di Trowulan.
Saat saya berkunjung ke sana,
komplek arca ini sudah tutup. Memang kami tiba di sana sekitar jam 5 kurang dan
mungkin kebetulan hari itu daerah ini sepi pengunjung. Akibatnya, saya hanya
bisa melihat dari jauh arca ini.
Dari kompleks arca Joko Dolog, kami
kemudian berjalan kaki ke taman Apsari yang letaknya memang sangat dekat dengan
lokasi patung ini.
Taman Apsari
Taman Apsari adalah taman yang sudah
ada sejak jaman Belanda. Kini taman ini menjadi salah satu lokasi kegiatan
populer bagi masyarakat kota Surabaya. Di dekat taman Apsari terdapat tempat
latihan futsal. Saat kami lewat, lapangan futsal terbuka ini dipenuhi remaja
yang sedang berolah raga. Selain olah raga, taman ini juga menjadi tempat
instalasi karya seni dan tempat kegiatan bebas warga. Terdapat bangku yang bisa
menjadi tempat menghilangkan kepenatan sambil menikmati hijaunya tanaman yang
ditanam di sini.
Di tengah taman terdapat patung
gubernur pertama kota Surabaya, yaitu Gubernur Suryo. Patung Pak Suryo ini
terletak di tengah kolam dengan pancuran. Di seberang jalan terdapat gedung
Grahadi, salah satu peninggalan jaman Belanda yang masih berdiri megah hingga
sekarang. Gedung Grahadi kini adalah rumah dinas Gubernur Jawa Timur. Buat yang
lapar saat jalan-jalan di sini, bisa menemui beberapa penjual keliling yang
suka mampir di sini. Tapi kalau mau makan di rumah makan, tidak perlu khawatir.
Di sebelah taman ini ada Pizza Hut.
Taman Pelangi
Setelah makan malam, kami memutuskan
untuk pergi ke taman Pelangi. Taman Pelangi ini ternyata letaknya di tengah
jalan! Maksudnya, area taman ini dikelilingi oleh jalan yang cukup ramai. Kecuali
kita memang bawa kendaraan sendiri atau naik taksi, agak susah juga berkunjung
kemari.
Kami tiba di taman ini sebelum jam
setengah delapan malam. Waktu kami datang, air suasana sudah cukup gelap
sehingga kami tidak dapat menikmati hijaunya tanaman yang dirawat di situ. Akan
tetapi, pertunjukkan utama taman ini di malam hari bukan tanaman, melainkan
permainan lampu di pancuran yang terlihat seperti tarian pelangi di malam hari.
Saat kami tiba di taman Pelangi, air
mancurnya belum ada dan lampunya masih menyala biasa. Kami sempat kecewa
melihat pancuran yang biasa saja. Akan tetapi, tepat jam 19:30, air mulai
memancur keluar dan lampu hias kolam mulai berganti-ganti warna menyerupai
pelangi yang hidup. Saat pertunjukkan dimulai, rasa kecewa kami hilang dan
berganti dengan rasa kagum. Saat air mancur mulai menyala, beberapa pengunjung
mulai berdatangan. Mungkin mereka sudah tahu jadwal air mancurnya sehingga
datangnya ngepas.
Sayangnya waktu kami tidak cukup
untuk mengunjungi seluruh taman-taman kota yang ada di Surabaya. Jika suatu
saat ada kesempatan untuk mengunjungi kota ini lagi, kami akan dengan senang
hati melihat-lihat taman-taman kota yang lain di Surabaya.
Dari lima diatas cuma taman pelangi yang pernah aku singgahi.😄😄
BalasHapusTetapi kota surabaya panas nya melebihi jakarta nggak kaya dulu lagi.😄😄 Dan harga2 juga lebih mahal ketimbang Jakarta.
Jadi kalau menurut saya lebih enak tuh ke Jatim cari kedaerah yang lebih pedalaman dikitlah.😄😄
Kalau memang mau backpacking, ya mendingan ke Malang, lah. Tapi Surabaya emang panas banget. Walaupun banyak taman kota, tetap panas.
Hapusbelum ada satu pun yang kukunjungi.. waktu ke surabaya mainnya hanya ke mall2nya aja :D
BalasHapusaku paling pengen ke taman bungkul, karena penasaran sama rawon kalkulatornya,, kayanya enak.. :D
-Traveler Paruh Waktu
Rawon kalkulator emang enak. Katanya sambalnya enak. Tapi berhubung gue gak suka pedas, ya nggak nyobain sambalnya.
Hapuspatung bambu runcingnya sama kek yang di Pontianak tuh...
BalasHapusbtw... yang motoin di taman pelangi siapa tuh :)
Wah, saya belum pernah ke Pontianak. Hmm, yang motoin? Ssst ...
HapusWah, jadi pernah ke surabaya juga ya, saya sebagai salah satu Warga Surabaya sepertinya sudah biasa dengan panas nya yang seperti itu, memang butuh yang namanya penyesuaian suhu kalo main2 kesini, mungkin bisa juga berkunjung ke daerah seperti mangrove atau kebun bibit yang agak rimbun dedaunannya.
BalasHapusAh, gue malahan belum tahu ada daerah mangrove. Boleh juga nih, kapan-kapan.
Hapussudah sampai surabaya saja ya mba, mungkin next time kalau mampir saya bisa jadi guide yang baik mba hehe
BalasHapusOke, Kak! Catat...
Hapussiap mba hehe. dengan senang hati menjadi guide :D
HapusWahhh saya ke Surabaya juga cuma numpang lewat saja karena acara kampus dan gak sempat ekplor2. Baca artikelnya jadi pengen jalan2 di Surabaya khusus buat eksplor destinasi2 mainstream dan anti mainstream
BalasHapusDi Surabaya banyak tempat menarik, kok. Ini saya masih penasaran ama museum-museumnya.
HapusDulu singgah ke Surabaya cuman nangkring di stasiunnya saja karena mau lanjut kreta ke Banyuwangi, belum sempat keluar kota. Saya harus nyatet ini semua kalo nanti kesana.
BalasHapusMembaca destinasi diatas terkesan sekali ya Surabaya sbg kota Pahlawannya..
Iya, emang banyak Pahlawan yang sejarah kehidupannya terhubung dengan kota Surabaya.
Hapus