Surabaya bukan sekedar kota bisnis
biasa. Surabaya memiliki posisi tersendiri dalam sejarah Indonesia, terutama
pada masa perjuangan. Setiap kali kita membaca riwayat pahlawan dan kisah-kisah
perjuangan, kita akan selalu menemukan nama Surabaya di situ. Salah satu tempat
yang menyimpan banyak sejarah di Surabaya adalah kampung Peneleh.
Salah satu sudut di kampung Peneleh. |
Kampung Peneleh adalah salah satu
kampung kuno di Surabaya, yang sudah ada sejak sebelum jaman Majapahit. Nama
Peneleh konon diambil dari nama penguasa Surabaya dari Kerajaan Singhasari yang
bernama pangeran Pinilih. Kampung ini dikenal karena pernah menjadi tempat
persinggahan Sunan Ampel di perjalanannya. Namun tempat wisata yang paling
populer di sini adalah rumah HOS Tjokroaminoto yang pernah menjadi kos-kosan
beberapa nama penting di peta politik Indonesia, antara lain Ir. Soekarno.
Bukti kunonya kampung ini adalah: ada banyak makam yang bertebaran di kampung ini. Bertebaran, artinya bisa
ditemukan di mana saja, tanpa disatukan di areal pekuburan. Di jalan tempat
rumah HIS Tjokroaminoto berada juga terdapat beberapa makam yang letaknya
sporadis. Selain itu ada beberapa rumah yang bentuknya masih bernuansa
kolonial.
Kami bertiga berkunjung kemari tanpa
ada rencana sebelumnya. Tadinya kami hanya ingin mengunjungi taman-taman kota di Surabaya saja. Hanya gara-gara ada majalah di lobby hotel yang membahas
tentang kampung ini, kamipun memutuskan untuk mengenali lebih dekat kampung
Peneleh. Berikut tempat-tempat yang kami kunjungi di kampung Peneleh.
Rumah HOS Tjokroaminoto
Siapa yang tak pernah mendengar nama
HOS Tjokroaminoto di buku pelajaran di sekolah? HOS Tjokroaminoto adalah
pendiri organisasi pertama di Indonesia, yaitu Sarekat Islam. Pemikir besar dan
salah satu penggerak awal perjuangan kemerdekaan Indonesia ini menjadi guru
untuk banyak tokoh-tokoh politik Indonesia, termasuk Ir. Soekarno, Tan Malaka,
dan SM Kartosoewirjo. Rumahnya dijadikan kos-kosan untuk pelajar dan seringkali
dijadikan tempat diskusi para pemikir muda di jaman itu.
Bagian depan rumah HOS Tjokroaminoto. |
Membaca sejarah perjuangan HOS Tjokroaminoto dan pendirian Sarekat Islam. |
Ruang tamunya dihiasi dengan meja
dan kursi yang merupakan replika kursi dan meja jaman Belanda. Ruang tidurnya
juga berisi tempat tidur dan meja rias yang bentuknya kuno. Di sini juga
terdapat beberapa buku tentang sejarah perjuangan yang dapat dibaca di tempat.
Toko Buku Peneleh
Toko buku Peneleh sudah ada sejak
tahun 1800-an. Toko buku ini adalah salah satu tempat favorit Ir Soekarno saat
masih bersekolah. Letaknya berdekatan dengan rumah HOS Tjokroaminoto. Salah
satu toko buku tertua di Surabaya yang masih beroperasi hingga hari ini, toko
tersebut masih menggunakan beberapa perabotan yang sudah ada sejak pertama
beroperasi.
Toko ini menjual buku-buku sejarah
dan keagamaan, termasuk yang terkait dengan Sarekat Islam. Bangunan toko buku
ini masih asli seperti dahulu dengan nuansa arsitektur kolonial.
Masjid Jami Peneleh
Masjid Jami Peneleh adalah salah
satu masjid tertua di Surabaya, peninggalan Sunan Ampel. Konon kabarnya masjid
ini sudah berdiri sejak abad ke-15, namun bangunan yang ada sekarang ini
merupakan hasil renovasi masyarakat setempat. Bangunan ini dikelola secara
swadaya oleh masyarakat dan bukan merupakan cagar budaya.
Masjid Jami Peneleh. |
Rumah tempat kelahiran Roeslan Abdulgani. |
Masjid ini letaknya selisih dua gang
dari rumah HOS Tjokroaminoto, tepatnya di Jl. Peneleh V, tepat di ujungnya.
Rumah Roeslan Abdulgani
Pak Roeslan Abdulgani adalah salah
satu tokoh politik Indonesia yang pernah menjadi Menteri Luar Negeri di tahun
50-an dan Duta Besar Republik Indonesia untuk PBB di tahun 60-an.
Berbeda dengan rumah Pak HOS
Tjokroaminoto yang sudah diserahkan oleh ahli warisnya kepada pemerintah
Surabaya, rumah Roeslan Abdulgani ini masih ditempati oleh keluarganya. Jadi
kami cuma bisa foto-foto dari depannya saja.
Makam Belanda Peneleh
Letaknya masih di Kampung Peneleh,
tapi pintu masuk ke dalam kompleks makam ini lumayan jauh dari titik tolak
perjalanan kami. Kami harus berjalan memutari kompleks makam, melewati pasar,
dan masuk lewat Jl. Makam Peneleh, dekat puskesmas Peneleh. (Kalau mau ke sini
dengan patokan GoogleMaps, cari saja Puskesmas Peneleh di Jl. Makam Peneleh.
Pintu masuk kompleks pemakaman di dekat situ.)
Areal makam belanda Peneleh yang sudah tak terurus lagi. |
Kelompok tur yang sedang mendengarkan penjelasan di makam Peneleh. |
Makam Peneleh adalah salah
satu pemakaman modern pertama di dunia yang sudah ada sejak tahun 1814. (Ini
hasil nguping penjelasan dari rombongan tur yang kebetulan saat itu juga
berkunjung.) Di komplek pemakaman ini dulunya dicatat juga sisilah jenazah yang
dimakamkan.
Di areal yang makamnya sudah rusak
terbakar, saya melihat di bawah makam banyak terlihat rongga yang terbuka.
Mungkin ada yang iseng menggali untuk mencari harta, mungkin juga sisa dari
pembongkaran makam untuk memindahkan sisa jenazah ke tempat yang lain. Yang
jelas, daerah yang rusak ini kini menjadi tempat kambing merumput dan
sepertinya ada beberapa orang yang tidur di sini.
Katanya ada orang yang foto-foto
prewed di sini, tapi biasanya lokasinya di areal makam yang masih bagus. Di
areal kuburan ini, tidak ada pemisahan antar agama jenazah. Selama ada tempat,
berbeda agama juga bisa bersebelahan atau di areal yang sama. Di sini terdapat makam
biarawati, pastur, pejabat negara Belanda, dan juga rakyat Eropa kebanyakan
yang tinggal di sekitar Surabaya.
Seru juga ya, jalan-jalan di kampung
Peneleh. (Panas juga karena arealnya tidak rindang.) Tapi yang jelas, berada di
kampung ini membuat saya mempelajari beberapa hal. Di rumah HOS Tjokroaminoto
saya belajar bahwa yang namanya politik itu tidak mengenal kawan dan lawan.
Yang ada hanya kepentingan. Berada di Makam Belanda Peneleh membuat saya sadar
bahwa hidup itu hanya sementara. Setelah kita tiada, keturunan kita juga
perlahan akan tiada, dan tempat kita akan digantikan oleh orang lain yang
mungkin tidak tahu sama sekali tentang keberadaan kita sebelumnya. Apapun yang
kita punya saat ini, nantinya juga hanya berpindah tangan kepada orang yang
tidak kita kenal. Belajar sejarah memang seru, tapi yang lebih seru lagi adalah
belajar tentang kehidupan.
Yuk, wisata sejarah di kampung
Peneleh!
wah belajar banyak kayaknya di daerah peneleh, saya sendiri kalo lewat peneleh juga hanya sekedar lewat saja, tanpa ada niatan masuk makam2 nya
BalasHapusKalau di Jakarta, memang ada beberapa kelompok penggemar sejarah dan kuburan yang memang suka mempelajari makam kuno. Nggak berdoa ya, mempelajari sejarah saja.
Hapusdan kampus its pada masa dulu juga dikenal dgn hos tjokroaminoto mba, karena letaknya dulu dekat sana hehe
BalasHapus