Kali ini saya hendak bercerita
tentang pengalaman saya memasuki Gedung Kesenian Jakarta sekaligus jalur bus
Transjakarta yang bisa mengantar kita kemari.
Sebetulnya, saya sudah beberapa kali
mengunjungi Gedung Kesenian Jakarta untuk menonton pertunjukkan seni. Umumnya,
pertunjukkan yang saya datangi adalah pertunjukkan gratisan. (Huehehe ...
memang mental gratisan.) Banyak kegiatan seni yang diselenggarakan kedutaan
asing dan pusat kebudayaan diselenggarakan di sini tanpa memungut biaya dari
penonton. Beberapa pertunjukkan yang pernah saya tonton di sini, antara lain,
pertunjukkan tarian Spanyol, pertunjukkan shamisen Jepang, paduan suara dari
beberapa grup Indonesia, dan tarian kolaborasi Belanda – Indonesia.
Gedung Kesenian Jakarta di waktu malam. |
Bagian utama dari bangunan ini
adalah ruang pertunjukkan utama. Pintu masuknya dibuka setelah gong ditabuhkan
dua kali. Kenapa begitu? Tak tahu; tapi setiap kali saya datang selalu begitu.
Ruang pertunjukan utama memiliki panggung yang sebenarnya tidak terlalu besar,
namun atapnya tinggi. Tempat duduk penonton ada yang berderet di tengah, dan
ada yang di balkon di kiri-kanan ruangan. Balkon disusun bertingkat, sehingga
penonton juga bisa duduk di bagian atas.
Bangunan ini memiliki halaman yang
cukup luas, tapi tetap saja tidak bisa menampung banyak mobil pribadi
pengunjung, apalagi kalau sebagian besar membawa kendaraan. Kalau berencana
menonton di sini, saran saya, naik kendaraan umum atau sewa kendaraan online
saja. Selain praktis karena tidak perlu parkir, juga tidak perlu pusing karena
jalan ke sini di sore hari biasanya macet banget. (Kan umumnya pertunjukkan
seni baru diselenggarakan sore atau malam hari.)
Ruang pertunjukkan utama. |
Sebelum bangunan ini berdiri, di
sini sempat dibangun teater bambu yang memang dibuat dari anyaman bambu di
jaman pemerintahan Inggris. Namun setelah Inggris harus menyerahkan Hindia
Belanda kembali ke tahta oranye, para seniman Belanda membongkar gedung semi
permanen itu dan menggantikannya dengan gedung yang kita kenal sekarang.
Di masa kejayaannya, Gedung Kesenian
Jakarta menampilkan artis dan seniman internasional yang didatangkan dari
Eropa, misalnya grup sandiwara pimpinan Louis Bouwmeester. (Jujur sih, saya
baru dengar nama ini saat mencari artikel tentang Gedung Kesenian Jakarta.
Waktu browsing mengenai dia, baru tahu ternyata dia dulu terkenal banget. Tapi
waktu dia terkenal, orang tua saya juga belum lahir.)
Bangunan ini pernah beberapa kali
berganti fungsi seiring dengan perubahan peta politik di Indonesia. Konggres
Pemuda yang pertama di tahun 1926 diselenggarakan di sini. Di jaman penjajahan
Jepang, gedung ini pernah menjadi markas tentara. Tepat setelah merdeka, tempat
ini beberapa kali menjadi tempat sidang Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
KNIP adalah cikal bakal dari DPR yang disebut-sebut sebagai wakil rakyat itu. Selanjutnya,
gedung ini pernah menjadi ruang kelas untuk Fakultas Ekonomi dan Hukum
Universitas Indonesia di tahun 1951. Di tahun 1968, gedung ini disulap menjadi
bioskop. Baru di tahun 1984, fungsinya dikembalikan ke fitrah aslinya, yaitu
gedung pertunjukkan.
Transportasi menggunakan
bus Transjakarta
Bagaimana caranya ke Gedung Kesenian
Jakarta dengan kendaraan umum? Sangat mudah, karena gedung ini letaknya persis
di seberang halte busway Pasar Baru.
Halte busway Pasar Baru dilewati bus Transjakarta berikut:
- Koridor 3 (Kalideres – Pasar Baru), pemberhentian terakhir
- Koridor 11V (Pulo Gebang – Pasar Baru), pemberhentian terakhir
- Koridor 5C (Harmoni – PGC), hanya yang ke arah PGC
- Koridor 5H (Harmoni – Ancol), hanya yang ke arah Ancol
Gampang kan, naik bus Transjakarta
ke Gedung Kesenian Jakarta.
Bahan tulisan diambil dari:
Ada rencana liburan keluarga nih tahun depan ke Jakarta, catat dulu ah jadiin wish list semoga bisa kesampaian melihat pertunjukan seni di sana ^^
BalasHapusSelamat merancang liburan, ya Kak.
HapusKemarin pernah lewat sini sih, karena nginap di sekitaran Pasar Baru, tapi belum sempat singgah karena nggak tau ada pertunjukan atau nggak.
BalasHapusIya... masalahnya pertunjukkan yang gratis biasanya nggak ada spanduknya.
Hapusmenarik juga nih tempat.
BalasHapusgak pernah saya tau kalau bisa kita datangi secra free. hhiihih
Hahaha... harus pas lagi beruntung sih, Kak.
HapusWah, harus ke sana kapan-kapan.
BalasHapusAda jadwal rutinnya nggak untuk pertunjukan gratisannya? Hehe..
Sayangnya pertunjukkan gratisan itu tergantung sponsor, ya. Harus rajin-rajin cari info pertunjukkan budaya buat tahu acara-acara gratis di sekitaran Jakarta, termasuk yang di Gedung Kesenian Jakarta.
Hapussaya pernah melintas saja pas dulu ada kerjaan di jakarta
BalasHapusYa memang, kalau lagi nggak ada acara agak susah juga sih masuknya.
Hapusbelum pernah ke sana, bisa jadi alternatif wisata nih kak
BalasHapusIya... apalagi kalau pas ada pertunjukkan gratis. Huehehe...
HapusGedung kesenian Jakarta memang bersejarah ya, pernah berganti fungsi juga. Lokasinya jauh juga dari stasiun Gambir...
BalasHapusSebetulnya sih... masih bisa jalan kaki sih. Tapi lumayan juga. 20 menit lah ya.
HapusPengen ke jakarta lagi.. kemarin belum sempat mampir ke gedung kesenian ini, semoga ada kesempatan kembali ke jakarta
BalasHapusSipp, Kak!
HapusJakarta banyak banget tempat-tempat yang nyeni gitu yaaaa.
BalasHapusSeneng sayaaaaa.
GKJ ini kayaknya sering banget buat dipake show-show standup gitu :D
Ah, saya malah tak tahu tentang show standup di GKJ.
HapusLu mah paling jago deh mbak ngasih tau rute-rute busway. Besok-besok gw kalo mau ke suatu tempat naik busway gw nanya lu aja yak, hahahaha.
BalasHapusBtw, gw belom pernah tau ke GKJ. Cara tau jadwal pertunjukkannya gimana sih mbak?
Gue kan kerja sambilan jadi petugas Transjakarta. Wakakakak ... Btw, gimana tahu jadwal kegiatan di GKJ? Ya tahu, lah.... gaul dong. Update kalau soal acara gratisan.
HapusSombong kali anda, wkwkwkwk
HapusSombong tanda mampu.
HapusKiranya gedung ini untuk persembahan seni, begitu ya?
BalasHapusIya. Ini gedung teater untuk drama dan operette.
Hapus