Males kerja di kantor? Ingin kerja
freelance, biar bisa bebas mengatur waktu untuk jalan-jalan? Enak, yah. Kerja dan
jalan-jalan sesuka hati. Tapi kalau sakit bagaimana? Kena malaria waktu
jalan-jalan di Wamena, tertabrak motor waktu jalan-jalan di Martapura, kena
demam berdarah waktu jalan-jalan di Bengkulu? Waduh, ya jangan sampai, dong ...
Banyak orang yang bilang, kalau
penjual asuransi kerjanya menakuti-nakuti orang dengan penyakit. Penyakit ini,
penyakit itu ... terus biaya kesehatan mahal ... Itu ada benarnya juga sih. Makanya
saya juga sering menghindari teman-teman penjual asuransi karena hobi mereka
yang satu ini. Hahaha!
Tapi saya punya asuransi kesehatan
pribadi, lho. Tanpa perlu berlama-lama mendengarkan celotehan penjual asuransi,
saya dengan sukarela membeli asuransi kesehatan. Walaupun saya bukan pekerja
freelance dan kantor tempat saya bekerja saat ini menyediakan asuransi
kesehatan plus BPJS kesehatan, saya tetap punya asuransi kesehatan sendiri.
Masa depan itu tidak pasti: warna-warni yang cerah itu bisa tertutup tirai kelabu juga. |
Alasan saya membeli asuransi kesehatan
adalah untuk kebebasan dari ketidakpastian. Semuanya adalah kemungkinan, yang
mana apapun itu bisa saja terjadi dan bisa saja tidak terjadi. Nah, buat
teman-teman yang pernah belajar tentang resiko atau probabilitas di kampus,
mungkin sudah biasa dengan ketidakpastian. Berapa besar kemungkinan keluar satu
gambar Garuda kalau kita melemparkan lima koin Rp 500,-? Sama saja dengan
pertanyaan ini: berapa besar kemungkinan kita harus menjalani rawat inap di
usia 25 tahun? Nah, berapa coba ... (Catatan: saya sudah lewat usia 30 dan
belum pernah dirawat di rumah sakit.)
Terbebas dari pembengkakan biaya rumah sakit
Alasan utama saya memiliki asuransi
kesehatan sendiri adalah untuk mencegah pembengkakan biaya kalau tiba-tiba
harus rawat inap di rumah sakit. Kan kita tidak pernah tahu, kapan kita
tiba-tiba sakit atau kecelakaan. Ketika dibutuhkan, paling tidak biaya yang
dikeluarkan bisa berkurang karena ada tanggungan dari asuransi. Lumayan kan,
terbebas dari pembengkakan biaya rumah sakit. Sejauh ini sih, saya belum pernah
memanfaatkan asuransi kesehatan pribadi saya. Dan kebetulan, saya belum pernah
dirawat di rumah sakit juga. Tapi harapan saya sih, seluruh pegawai perusahaan
asuransi yang jumlahnya ratusan itu, turut mendoakan saya supaya sehat selalu
dan tidak perlu klaim asuransi. Hehehe ...
Tapi kan kita harus membayar setiap
tahun atau setiap bulan untuk premi, sementara benefit-nya belum tentu digunakan? Oh, itu pasti. Namanya juga
jaga-jaga, bisa dipakai bisa tidak. Tapi yang namanya asuransi itu bukan kopi
susu yang kalau kita beli terus langsung kita minum sampai habis. Mengeluarkan
uang untuk asuransi itu sama seperti alasan kenapa kita memilih untuk makan salad
organik yang lebih mahal: karena saat ini kita sehat, tapi belum tentu bisa
bertahan sehat untuk selanjutnya.
Mengurangi resiko biaya kesehatan meskipun pindah-pindah
pekerjaan
Dulu, alasan saya beli asuransi
kesehatan adalah karena saya menginginkan kebebasan untuk pindah kerja. Kalau
setiap kali saya pindah kerja saya hanya mau di perusahaan yang ada asuransi
kesehatannya, saya tidak akan berani bekerja di tempat-tempat yang lebih
menantang seperti agensi internasional, LSM yang proyeknya di Waingapu, start-up company yang benar-benar baru
buka, atau jadi freelance travel blogger. Dan ... dengan memiliki asuransi
kesehatan sendiri, saya memang lebih berani untuk menantang diri bekerja di
sebuah agensi internasional (sebagai konsultan), LSM yang punya banyak proyek
di Indonesia Timur, dan di start-up
company yang mengelola jasa pengiriman uang. Kebetulan, saat ini saya
kembali bekerja di perusahaan konvensional. Tapi kan, siapa yang tahu masa
depan nanti bagaimana?
Saat ini, saya juga mempertimbangkan
untuk jadi wiraswasta. Siapa tahu bisa buka usaha travel sendiri, atau buka
kafe sendiri. Nah, kalau nanti waktu sudah siap jadi pengusaha kita, apa iya
kita lalu takut melangkah karena takut resiko kesehatan?
Biaya asuransi lebih murah kalau dimulai waktu masih
berusia muda
Nah, alasan saya membeli asuransi
kesehatan pribadi juga karena mumpung masih muda. Kalau saya baru mulai beli
asuransi kesehatan waktu sudah punya modal untuk menjadi wiraswasta, mungkin
saat itu premi asuransinya sudah jauh lebih mahal. Berhubung saya cukup
disiplin dalam mengatur uang, jadi waktu masih di awal-awal masa kerja saya
sudah punya alokasi dana untuk asuransi kesehatan. Asumsinya, waktu saya sudah
jadi pengusaha (ea...) premi asuransinya tidak terlalu mahal karena saya sudah
mulai dari usia muda. Dan kalau misalnya waktu sudah jadi pengusaha mandiri
saya terpaksa harus masuk rumah sakit, saya masih lebih bebas menggunakan uang saya
untuk modal kerja karena ada asuransi kesehatan.
Atas dasar hal-hal di
atas, makanya saya punya asuransi kesehatan pribadi. Nah, memilih asuransi
kesehatan juga harus penuh perhitungan, lho. Jangan pernah beli asuransi
kesehatan tanpa melihat seluruh terms and
condition yang ada. Rajin baca seluruh persyaratan yang ada. Jangan mau
tanda tangan apapun sebelum membaca semua pasalnya sampai selesai. Kenapa?
Karena setiap produk asuransi selalu memiliki persyaratan, kondisi, dan
pengecualian masing-masing. Kita membeli asuransi karena mencegah resiko di
masa yang akan datang, dan membaca seluruh pasal adalah untuk mencegah resiko
tidak dibayarkannya klaim di masa yang akan datang.
Saya juga memiliki beberapa
pertimbangan saat memilih asuransi kesehatan. Ada hal-hal yang mendasar yang
perlu diperhatikan, antara lain adalah kondisi umum pada asuransi kesehatan. Asuransi
kesehatan pribadi umumnya hanya mengganti klaim terhadap rawat inap. Kenapa?
Karena penyakit yang tidak perlu rawat inap umumnya masih bisa kita tangani
sendiri biayanya. Lagipula, kita masih bisa pakai BPJS Kesehatan kalau perlu.
Selain itu, umumnya asuransi
kesehatan tidak membayar klaim yang terkait dengan hal-hal yang memang beresiko
tinggi, misalnya penerbangan tidak terjadwal. Contoh penerbangan tidak
terjadwal adalah kalau kita sewa pesawat untuk melihat puncak Himalaya. Kenapa?
Karena kalau kita mengikuti kegiatan yang jelas resikonya tinggi, kita tentunya
sudah tahu konsekuensinya. Lagipula, seharusnya kita sudah diikutkan asuransi
tersendiri oleh penyedia jasanya.
Sequis adalah salah satu penyedia
jasa asuransi kesehatan. Selain asuransi kesehatan, perusahaan ini juga
menyediakan asuransi jiwa dan asuransi berbasis investasi. Namun di antara
semua produk asuransi, asuransi yang benefit-nya
sudah pasti kita gunakan adalah asuransi kesehatan. Kan klaim bisa dilakukan
kalau kita memang sakit, dan tidak perlu menunggu sampai kita meninggal.
Menurut saya, nggak ada ruginya punya asuransi kesehatan, meskipun hasil medical check-up selalu menunjukkan
kesehatan yang prima.
Untuk yang penasaran dengan asuransi
kesehatan dari Sequis, bisa buka saja websitenya di www.sequis.co.id. Ada
beberapa produk yang ditawarkan. Yang mana yang paling baik? Ya itu tergantung
masing-masing orang ya. Masing-masing orang memilih asuransi kesehatan sesuai
dengan kebutuhannya.
Umumnya pertimbangan saya memilih
asuransi kesehatan adalah faktor resiko yang ditanggung. Ambil contoh Sequis Q Health Platinum Plus Rider, yang memberikan manfaat rawat inap dengan minimum
perawatan 6 jam. Bisa untuk operasi kecil (dengan persyaratan tertentu).
Apalagi pakai tambahan Rider, alias bisa menanggung pembayaran premi jika kita
tiba-tiba tidak mampu membayar premi sama sekali. Akan tetapi, harga preminya
juga lumayan sih. Kalau suatu saat nanti jadi pengusaha (ea...) dan mau bebas
dari ikatan perusahaan, kita bisa tetap melanjutkan asuransi ini sampai tua.
Tipe asuransi seperti ini cocok kalau kita memang sudah mampu memperhitungkan
resiko sampai usia tua.
Kalau ingin yang preminya bisa
kembali, bisa cek Q Health Easy Insurance. Ada pengembalian 50% premi di akhir
periode perlindungan asuransi. Biayanya lebih murah, tapi memang perlindungan
yang ditawarkan tidak sebanyak produk yang lain. Kalau baru mau mulai belajar
tentang asuransi boleh cek Q Health Easy Insurance. Kalau kita masih baru mulai
bekerja, dan bekerja di sebuah instansi atau agensi internasional yang
mewajbkan kita untuk membeli sendiri asuransi kesehatan dan mereka hanya
membayar sejumlah uang untuk premi, mungkin produk ini lebih cocok.
Selain produk asuransi di atas, masih
banyak produk asuransi lain yang sifatnya tambahan. Contohnya adalah My Critical Protection yang memberikan perlindungan terhadap penyakit kanker, serangan
jantung, ataupun stroke. Tapi pada dasarnya, dalam melakukan pembelian produk asuransi
tambahan, kita harus memperhitungkan kemampuan kita saat ini dan juga ekspektansi
kita jika suatu saat nanti penyakit itu datang. Ekspektansi kita itu terkait
dengan berbagai faktor, ya. Contohnya, antara suami tulang punggung keluarga
terkena stroke dan istri terkena stroke, dampaknya terhadap keluarga bisa
sangat berbeda.
Itulah alasan saya memiliki asuransi
kesehatan pribadi. Tujuan utamanya adalah: menjamin kebebasan saya untuk
mengatur masa depan saya. Masa depan ya, termasuk pilihan karir dan pekerjaan,
pengelolaan keuangan, dan juga tantangan resiko jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Karena mau tidak mau saya harus mengakui, kesehatan adalah modal
yang sangat penting untuk menjalani hidup ini menuju ke masa depan.
Setuju mba, asuransi itu penting, penting banget malaaaah~ hehehe, apalagi asuransi kesehatan, dan beberapa asuransi lainnya. Termasuk asuransi perjalanan hehe, soalnya nggak seru kalau lagi jalan-jalan terus sakit, masih mending kalau sakitnya di negeri sendiri, coba kalau di luar negeri, pasti biaya rumah sakitnya bisa membuat kantong jebol~ :D
BalasHapusSayangnya masih banyak yang nggak mau pakai asuransi karena berpikir kalau nggak butuh-butuh bangets, semoga suatu hari nanti orang-orang lebih banyak pakai asuransi asal tepat sesuai kebutuhan, pastinya akan membantu kita saat ketidakpastian datang :D
Thanks untuk tulisannya mba, sangat bermanfaat! <3
Iya... banyak yang nggak sadar manfaat asuransi. Sayang, ya.
Hapuskeren nih pandangannya :)
BalasHapusAhaha... terima kasih.
HapusAsuransi pendidikan dan kesehatan itu biasanyany yang utama, menjadi pilihan keluarga ya mbak :) Cari yang preminya bisa disesuaikan dengan anggaran rumah tangga. Ada pilihan sekian tahun dan keuntungan positif lainnya.
BalasHapusIya, Mbak. Asuransi memang harus disesuaikan dengan kemampuan.
Hapusasuransi itu wajib mbak di jaman sekarang ini, karena memang ujung-ujungnya adalah menanggulangid ari biaya perawatan selama di rumah sakit. bagian terpentingnya adalah memilih asuransi yang tepat dan sesuai kebutuhan saja mbak.
BalasHapussaya sendiri juga pakai asuransi kesehatan
Iya, sekarang semakin banyak orang yang sadar pentingnya punya asuransi kesehatan.
Hapusaku termasuk yg pakai asuransi sendiri walopun dari kantor ada dan aku jg punya bpjs. Bpjs ga diernah dipake sih.. kalo kantor selalu. tp utk jaga2, aku beli lg asuransi kesehatan utk penyakit2 kritis :). penting krn kita g tau kan bakal seperti apa kedepannya.
BalasHapusbuatku sih, asuransi itu utk perlindungan banget.walopun dlm setahun kita ga sakit, tp proteksinya itu yg bikin aku nyaman dn g kuatir. so ga masalah walo ga kepake. yg ptg aku tau, ada proteksi kalo suatu saat aku sakit
Bener banget, Kak. Yang penting merasa aman kalau suatu saat sakit dan harus masuk rumah sakit.
Hapus