Walau bertahun-tahun saya tinggal di
kota Solo, namun saya baru menginjakkan kaki di Stasiun Solo Jebres di libur
lebaran yang lalu. Itupun karena mengantar ibu saya yang hendak membeli tiket
kereta. Stasiun Solo Jebres bukan kereta terminal, alias bukan tempat
pemberhentian akhir kereta. Jadi, memang tidak banyak orang naik turun di
stasiun ini.
Karena waktu kami datang ke sana
sistem penjualan tiketnya sedang bermasalah, kami jadinya harus menunggu
beberapa lama sampai sistem kembali normal. Waktu tunggu itu saya manfaatkan
untuk jalan-jalan melihat gedung stasiun dan juga lingkungan sekitarnya.
Stasiun Solo Jebres. |
Saya menemukan sebuah plakat yang
menunjukkan bahwa Stasiun Solo Jebres sudah menjadi bangunan cagar budaya sejak
tahun 1997. Disebutkan di dalam plakat itu bahwa Stasiun Solo Jebres adalah
stasiun yang digunakan oleh Gubernur Hinda Belanda saat bertemu dengan Sultan Pakubuwono
diKeraton Kasunanan Surakarta. Agak aneh juga ya, karena dalam hitungan jarak, untuk
menuju ke Keraton Kasunanan, lebih dekat Stasiun Solo Kota dibandingkan Stasiun
Solo Jebres.
Menurut Wikipedia, dulunya Stasiun
Solo Jebres melayani suatu jalur kereta yang ujungnya di tepi Bengawan Solo.
Akan tetapi, tidak ada catatan yang lengkap mengenai jalur kereta ini. Yang
jelas, kini Stasiun Solo Jebres lebih banyak menjadi tempat pemberhentian
kereta ekonomi yang melewati Semarang.
Gedung Stasiun Solo Jebres dibangun
di tahun 1884 sebagai salah satu stasiun kereta pada jalur milih perusahaan
kereta api Staatssprrowegen. Perusahaan ini kemudian diambil alih oleh Djawatan
Kereta Api Republik Indonesia (sekarang PT Kereta Api Indonesia) saat Indonesia
merdeka. Bangunan stasiun ini bisa dikatakan termasuk mewah, dengan lobby yang
langit-langitnya tinggi serta jendela yang besar. Menurut saya, bentuk
bangunannya mengingatkan saya pada gedung lama Stasiun Bogor.
Lobby Stasiun Solo Jebres. |
Berhubung saya bukan penumpang yang
hendak naik kereta, saya tidak masuk ke dalam area peron. (Lagian, saya masuk
lobby depan sambil foto-foto saja sudah dilihati oleh satpam. Untung tidak ada
larangan memotret seperti di Stasiun Tanjung Priok.) Jadi, saya lebih fokus
untuk mengagumi bagian depan dari stasiun ini saja.
Di bagian samping dari bangunan ini,
ada bangunan tambahan modern, yang dipakai sebagai tempat pembelian tiket
kereta. Jadi, orang-orang yang hanya bermaksud untuk membeli tiket kereta tidak
perlu mondar-mandir di sekitaran bangunan bersejarah ini. Saya saja yang iseng
tengok-tengok kemari.
Stasiun Solo Jebres terletak di
daerah Jebres, Surakarta, tepatnya di Jl. Ledoksari Utara no. 1. Saya yakin
dulunya daerah kosong di sekitar stasiun ini luas dan bisa menjadi tempat
parkir kereta kuda yang menjemput tuan-tuan dan nyonya-nyonya Belanda. Tapi,
sekarang tempat parkirnya tidak terlalu luas. Lagipula, agak susah untuk keluar
masuk area stasiun karena persis di depannya ada Pasar Jebres yang cukup besar.
Kalau pagi hari, jalanan di sini ramai sekali.
Dengan berhasilnya saya mengunjungi
Stasiun Solo Jebres, akhirnya saya berhasil memenuhi keinginan saya untuk mengunjungi seluruh
stasiun kereta api di kota Solo (Surakarta). Empat-empatnya sudah berhasil
dikunjungi. Yeay! Siapa tahu untuk selanjutnya saya bisa jalan-jalan ke stasiun
kereta di kota lainnya.
wih bangunannya masih klasik banget, bagus nich untuk foto2
BalasHapusIya... sempat kaget juga ada stasiun cantik begini di Solo.
HapusArsitektural stasiunnya klasik banget, beda sama stasiun Lempuyangan di Jogja yang pernah saya lihat hihi. Seru juga ya mba bisa mengunjungi banyak stasiun kereta, kebetulan saya cuma pernah sekali turun di Solo naik kereta yang dari Jogja itu Prambanan Express atau apa lupa namanya :D
BalasHapusAhaha... padahal di Solo ada empat stasiun kereta api dan semuanya aktif. Iya, goals jangka panjang nih: mengunjungi sebanyak mungkin stasiun kereta api di Pulau Jawa.
Hapusoh, mbak Dyah tinggal di Solo to...
BalasHapusaku paling seneng saya bangunan stasiun tua, soalnya megah gitu rasanya, walaupun kadang agak spooky. tapi arsitekturnya bagus.
Kalau stasiun kereta api, saya jarang merasa spooky. Kalau museum tuh, entah mengapa, kadang ada aja daerah yang bikin merinding.
Hapuswah keren ya? Wah kayanya harus mulai nulis bangunan stasiun nih, mulai dari stasiun bandung ah :)
BalasHapusIya, tulis Bu. Kadang banyak yang penasaran dengan stasiun kereta di berbagai kota, lho.
HapusKelebihan Sola dan jg Yogya adalah bangunan2 tua yang eksotis dan bernilai sejarah seperti ini. Bule2 pasti suka. Punya pengalaman ngantar tamu bule ke hotel kekinian, mereka malah milih hotel kuno / desain kuno yang antik
BalasHapusHahaha ... turis sukanya kan yang eksotik.
HapusTermasuk mereka cari istri gitu juga mba hehehe
HapusHahaha ... yang beda gitu ya.
HapusWaw stasiunnya bagus banget. Masih desain jaman dulu..
BalasHapus*desain jaman dulu*
Seandainya semua stasiun punya desain mirip2 unik begini.
Kan mayan buat poto2.
Sebetulnya stasiun utama di kota-kota kecil pasti masih ada sisa bangunan yang plus minus sama dengan bentuknya waktu jaman Belanda, lho. Tapi memang cuma beberapa saja yang bentuknya sedikit lebih mewah.
HapusBangunanya keren ya, walaupun sudah bangunan lama. Makannya mbk dyan sampai selfi-selfi😁
BalasHapusAhaha ... bener banget.
HapusBangunan-bangunan yang kayak begini yang menggoda buat dijadikan tempat photo photo, lebih gimana gituuuu....
BalasHapusIya ... stasiun jaman dulu kayaknya keren-keren ya.
HapusDulu pertama kali pak suami bilang ada nama stasiun Solo Jebres saya nggak percaya, kok namanya aneh gitu hihihi.
BalasHapusTernyata emang beneran ada dan keren ya :)
Iya. Nggak tahu juga sih, Jebres itu artinya apa.
HapusSaya udah pernah turun di sini waktu dari Purwokerto. Karena saya mau main ke rumah nenek saya di Wonogiri. Tinggal jalan bentar ke arah jalan besar, udah banyak bus yang ke arah Wonogiri bersliweran.
BalasHapusKe Wonogiri juga seru tuh. Banyak kacang mete.
HapusBetul nuansanya ngingetin sama Stasiun Bogor. Kebetulan rumah eyangnya istri deket banget sama Stasiun Jebres.
BalasHapusWah, rumahnya di tengah kota ya.
Hapus