Bangunan utama di kompleks kuil Todaiji. |
Bangunan yang paling terkenal di
kota Nara, Jepang, sudah pasti kuil Todaiji (東大寺). Arti
dari nama ini adalah kuil besar timur, karena letaknya di sebelah timur ibu
kota saat itu. Kuil yang dibangun di sekitar abad ke-8 ini merupakan tempat
patung Budha Vairocana perunggu terbesar di dunia. Tidak heran, bisa dikatakan
setiap wisatawan yang datang ke Nara pasti akan mengunjungi kuil ini. Bahkan, kuil ini termasuk situs warisan dunia menurut UNESCO. Waktu
saya berkunjung ke Narapun, kompleks kuil ini merupakan kompleks pertama yang
saya kunjungi.
Umumnya, orang yang datang ke Nara
dengan kereta akan datang ke kuil Todaiji dengan menggunakan bus dari stasiun
kereta. Nggak perlu bingung memilih bus yang mana, karena ada petunjuknya dalam
bahasa Inggris. Yang penting ambil bus yang tertulis menuju ke Todaiji. Ada
beberapa pilihan bus, jadi tidak perlu menungu terlalu lama.
Turun dari bus, kita akan berjalan
melewati hamparan rumput dan rusa-rusa yang berkeliaran dengan bebas.
Selanjutnya kita akan berjalan melewati toko-toko penjual souvenir dan nantinya
akan tiba di gerbang utama kompleks Todaiji, yang disebut dengan Nandaimon (南大門), yaitu gerbang besar selatan. Gerbang ini termasuk
dalam harta warisan nasional Jepang. Bangunan yang berdiri sekarang didirikan
pada tahun 1199.
Nandaimon, gerbang utama menuju ke kompleks kuil Todaiji. |
Dari Nandaimon, kita bisa langsung
jalan lurus menuju ke bangunan utama kompleks, yang disebut Kondo (金堂) atau Daibutsuden (大仏殿). Akan
tetapi, saya memilih berbelok dan masuk dulu ke Museum Todaiji. Berhubung saya
pecinta museum, memang saya memilih untuk mempelajari dulu sejarah dan
penjelasan tentang kuil Todaiji sebelum melihat langsung barangnya.
Kompleks kuil Todaiji dibangun di
sekitar abad ke-8 atas permintaan Emperor Shomu. Kuil ini dibangun dengan megah
karena memang dimaksudkan sebagai kuil utama dari jaringan nasional kuil di
masa itu.
Alkisah, pada abad ke-8, putera
pertama Emperor Shomu meninggal saat berumur sekitar satu tahun. Di waktu yang
kurang lebih bersamaan, ada juga pemberontakan besar, wabah cacar air, dan
gagal panen. Untuk menghindari bencana yang berkelanjutan, Emperor Shomu
meminta agar dibangun patung Budha raksasa yang disebut dengan Daibutsu (大仏). Kemudian, dibangun juga tempat bernaung patung Budha
tersebut yang dinamai Daibutsuden. Nah, bangunan ini dan seluruh bangunan lain
yang ada di sekitarnya menjadi kompleks kuil Todaiji.
Di dalam museum, selain kita bisa
menonton film animasi mengenai sejarah pembangunan kuil Todaiji, kita juga bisa
melihat koleksi patung-patung milik kuil, termasuk patung Budha dalam berbagai
posisi dan tampilan, juga patung dewa-dewa lain yang juga diasosiasikan dengan
agama Budha oleh masyarakat Jepang. Jujur saja, saya menghabiskan setengah jam
lebih memperhatikan detil-detil patung yang dipamerkan di museum ini.
Patung-patung yang dipamerkan ada yang sudah dibuat dari masa-masa awal
pendirian kuil Todaiji, lho!
Daibutsuden. Bangunan utama di kompleks kuil Todaiji. |
Patung Budha Vairocana perunggu terbesar di dunia. |
Setelah puas menikmati museum,
barulah saya pergi ke Daibutsuden, yang merupakan bangunan utama kuil Todaiji.
Bangunan kayu ini disebut sebagai bangunan kayu terbesar di Jepang. Saya cukup
takjub karena pengunjung boleh foto-foto di dalam bangunan utama ini. Apalagi
kan patung Budha yang di sini termasuk dihormati orang banyak. Tapi buat
memotret patung Budha raksasanya, agak susah, soalnya tempatnya sempit. Susah
cari sudutnya.
Sebetulnya, bangunan Daibutsuden yang
ada sekarang adalah hasil renovasi di abad ke-18 karena sebelumnya sempat
hancur. Bangunan kayu “baru” ini tingginya 48,7 meter, dan menaungi patung
Budha buatan abad ke-8 yang tingginya 14,98 meter. Patung Budha ini duduk di
atas ukiran bunga teratai yang tingginya 3,05 meter. Telapak tangannya yang
mengarah ke pengunjung pun ukurannya lebih besar dari manusia, lho.
Di dalam Daibutsuden, selain patung
Budha raksasa (Daibutsu) ada juga beberapa patung Budha lain dan patung lain,
serta maket kompleks kuil Todaiji di masa awal pendiriannya.
Keluar dari Daibutsuden, saya
berjalan ke arah timur, menuju ke arah bangunan-bangunan lain yang juga
termasuk dalam kompleks kuil Todaiji. Oh ya, sebetulnya ada banyak bangunan
lain yang bisa didatangi. Akan tetapi, karena saya mengejar waktu untuk bisa ke
kompleks kuil yang lain, jadi saya cuma foto-foto dari luar saja.
Salah satu bangunan tertua yang sudah ada di sini dari pertama kali kompleks ini dibangun. Tapi saya tidak masuk, ya. Menurut informasi, Hokkedo Hall (法華堂) menyimpan patung Kannon yang indah. |
Honbokyoko (本坊経庫) yang juga termasuk bangunan tertua di kompleks ini. |
Sebetulnya, kalau memang minatnya
untuk mempelajari seluruh kuil yang ada di kompleks ini, bakalan butuh satu
hari penuh untuk mendatangi seluruh bangunan. Belum lagi mempelajari penjelasan
yang ada di dekatnya (dan cari terjemahannya di Google Translate, karena penjelasannya pakai bahasa Jepang semua).
Karena kompleks ini masih dipakai sebagai tempat pemujaan hingga saat ini,
penjelasan memang ditujukan kepada penduduk Jepang yang serius hendak
mempelajari informasi mengenai kompleks ini.
Umumnya, turis mancanegara cuma
lewat saja karena, seperti saya, mengejar waktu ke tujuan lainnya. Mayoritas
turis hanya datang ke Nandaion dan Daibutsuden saja. Jadi, penjelasan dalam
bahasa Inggris untuk bangunan lain yang lebih kecil juga nggak banyak terpakai
sih. Seingat saya, penjelasan bilingual hanya ada di sekitar Museum Todaiji dan
sekitar Daibutsuden alias bangunan utama kuil.
Setelah mengintip sebentar bangunan
apa saja yang ada di daerah timur kompleks, saya langsung melanjutkan
perjalanan melewati Taman Nara (Nara Park)
dimana terdapat padang rumput yang super luas dan rusa-rusa liar yang
berseliweran. Berhubung saya kurang berminat foto-foto dengan rusa, jadi saya
cukup melihat mereka dari kejauhan. Karena keterbatasan waktu, saya langsung
jalan kaki ke kompleks kuil selanjutnya.
Buat yang mau jalan-jalan ke Nara,
sangat direkomendasikan untuk berkunjung ke kuil Todaiji ini. Jangan lupa
sebelumnya mempersiapkan fisik dengan baik karena kuil ini letaknya di tengah Nara Park dan jalannya lumayan jauh. Nah,
yang paling penting, tetap berlaku sopan karena keseluruhan kompleks kuil ini
adalah tempat beribadah.
Ada yang sudah berencana ke Nara,
Jepang?
Sugoi itu Nandaimonnya pasti tahan gempa banget ya sampe sekarang masih bertahan aja, btw itu Honbokyoko isinya kuil atau rumah ya mba?
BalasHapusItu aslinya tempat penyimpanan, Kak. Kayaknya sampai sekarang juga masih dipakai untuk menyimpan barang-barang kuil.
HapusJadi inget rumahnya oshin ada gudang buat nyimpan cangkul dan bahan pangannya hehe
HapusMungkin memang tipikal kompleks rumah/kuil jaman dulu ya. Btw, masih ingat saja ada gudang di filmnya Oshin. Saya sudah nggak ingat detilnya lagi.
HapusSalut deh gimana Jepang bisa memelihara peninggalan budayanya dengan sangat baik, termasuk kuil ini
BalasHapusIya, memang rakyatnya menghargai sejarah.
HapusMantap infonya. Ada nilai kearifan lokal di bangunan tsb, mulai dari penggunaan bahan kayu, termasuk penggunaan bhs Jepang yg hrs dikuasai tamu yg berkunjung dan meminimalisir penggunaan bahasa asing. Tamu spt dipaksa utk mematuhi adat istiadat setempat dan tidak sompral. Wisata sejarah, budaya, dan agama di negara lain seharian jg ga akan beres hehe.. Thx
BalasHapusSama-sama...
Hapusbelum pernah liat langsung kuil di jepang. moga kapan2 bisa travel ke sana :)
BalasHapusAmin ...
HapusO wooowwww megah ya... kagum saya. Masih terawat banget ya :D
BalasHapusMungkin karena masih dipakai setiap hari ya, jadi terawat dan ada donasi dari umatnya.
Hapussemoga kita bisa ya mencontoh untuk merawat benda sejarah dengan baik, serta setuju sih kalau ada yang sangat bernilai yah wisatawan nggak masuk yah nggak apa-apa toh, demi tetap terawat dengan baik
BalasHapusBener, sih. Tapi sebagai turis kepo, kadang-kadang penasaran kalau nggak boleh masuk.
HapusDua kali ke Jepang belom pernah ke Nara. Mungkin harus ke jepang lagi dan ke kuil ini :) Salam kenal mbak
BalasHapusAmin ... iya, Mbak. Nara cantik, kok.
Hapuswah bagus juga ya kak bangunan nya full terbuat dari bahan kayu, sehingga bikin bangunan terkesan jadi unik karena sekarang umum nya bangunann sudah banyak yang pakai tembok ya ;)
BalasHapusIya... tapi bangunan kayu memang relatif lebih tanah gempa, sih.
Hapusbetul kak, bangunan kayu juga bisa dipindah-pindah ya misal nya mau pindah rumah gara2 lahan nya terkena pembangunan jalan tol :D
HapusItu bener lho. Kalau nonton film action Amerika yang tentang tornado atau angin topan, pasti ada adegan rumah kayu terbang. Ternyata karena di dunia nyata, hal itu mungkin terjadi.
HapusSuka kagum sama orang dulu yang bisa membuat bangunan dengan arsitektur yang unik. Padahal saat itu tentu saja alat-2 arsitek belum secanggih sekarang
BalasHapusIya ... saya juga kadang bertanya-tanya, bagaimana orang jaman dulu membangun bangunan yang awet sampai sekarang.
HapusMenariknya di museum bisa menonton filem animasi tentang sejarah pembangunan Kuil Todaiji. Jadi kalau tidak ada guide pun setidaknya bisa paham sejarah pembangunannya ya, Kak.
BalasHapusIya ... tapi jarang sih, turis yang mau masuk ke museumnya.
HapusKenapa kebanyakan orang lebih memilih naik bus daripada naik kereta untuk ke kuil cantik ini ya, kak ?.
BalasHapusBukankah kereta lebih cepat sampainya ..
Naik kereta ... terus jalan kaki sih. Tetap mendingan naik bus.
HapusKuilnya cantik dan artistik
BalasHapusIya, Kak.
HapusAku baca tentang Kuil Todaiji ini, jadi inget... ternyata nggak cuma di Indonesia yang memiliki bangunan sejarah, tapi juga di Negara Jepang. Keren... aku nggak bisa ngomong apa-apa sih selain "wah... ada juga tempat bersejarah di Negara lain2..."
BalasHapusKerennya di sini, bisa menonton film animasi sejarahnya. Nah, ini menjadi salah satu alternatif agar pengunjung bisa memahami kuil ini tanpa mencari guide...
Wisata Sejarah menyenangkan di Jepang Kak.
Terima kasih.
Terima kasih sudah berkunjung.
Hapussalutnya saya sama orang Jepang ini mampu menjaga budayanya dan peninggalan dengan baik, merawatnya hingga sekarang, terlihat dari umur bangunan yang sudah cukup tau namun masih bagus juga
BalasHapusIya ... mungkin karena masih aktif dipakai ya. Jadi dirawat umatnya.
Hapusluar biasa ya, bangunan kayu segede itu tapi masih awet sampai sekarang. nggak digrogoti rayap macam di rumahku. hiks
BalasHapusWah... kalau soal rayap, itu mungkin kurang obat anti rayap, Kak.
HapusHonbokyokoo pengen ke sana ih 😁😂
BalasHapusSemoga akan ada kesempatan ...
HapusNext time harus usahakan ke Nara nih, sedangkan satu kota di Jepang aja masih belum puas untuk dijelajahi..
BalasHapusKayaknya nggak akan puas menjelajahi kota-kota di Jepang, deh.
Hapus