Akhir tahun lalu saya berkesempatan
untuk mengunjungi kuil Horyuji, di daerah Nara, Jepang. Kunjungan ini adalah
bagian dari jalan-jalan ke area Nara – Kyoto – Osaka selama 4 hari 3 malam.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Horyuji (法隆寺) sendiri artinya adalah “Kuil
Hukum Bersemi”. Umumnya, orang asing tidak tahu makna karakter “ji” (寺) di dalam
nama Horyuji, yang mana artinya adalah kuil. Jadi, orang asing sering menyebutnya
dengan Horyuji temple atau kuil Horyuji, walau untuk orang Jepang, namanya ya Horyu-ji (kuil Horyu).
Pagoda di area kuil Horyuji. |
Nama lengkap kompleks kuil ini
adalah Horyu Gakumonji (法隆学問寺), yang artinya adalah ”Kuil Tempat Pembelajaran Hukum
yang Bersemi”. Nama ini sebenarnya sangat mewakili fungsinya. Horyuji didirikan
oleh Pangeran Shotoku, yang juga merupakan salah satu tokoh awal pengembangan agama
Budha di Jepang. Kompleks kuil Horyuji sendiri didirikan sebagai biara dan
seminari dan saat ini dianggap sebagai salah satu monumen pertama perkembangan Budha
di Jepang.
Kompleks kuil Horyuji didirikan pada
sekitar abad ke-7. Catatan sejarah Jepang mencatat bahwa pada tanggal 30 April
670, ada kebakaran besar yang melanda kompleks kuil ini dan akibatnya seluruh
bangunan harus dibangun kembali setelahnya. Namun, dari pembangunannya di akhir
abad ke-7 sampai sekarang ini, ada beberapa bangunan yang masih tetap berdiri
tanpa pernah hancur – hanya pernah menjalani beberapa kali renovasi saja.
Bangunan kayu yang sudah berdiri kokoh selama 1300 tahun lebih inilah yang saat
ini diakui sebagai bangunan kayu tertua di Jepang dan juga di dunia.
Kompleks kuil Horyuji adalah situs
warisan dunia UNESCO pertama yang ada di Jepang. Beberapa bangunan dan artefak
yang disimpan di kompleks ini merupakan benda pusaka negara Jepang. Sebetulnya,
kompleks kuil ini adalah salah satu situs bersejarah yang sangat penting bagi
negara Jepang. Hanya saja, nama Horyuji masih kurang populer di kalangan
wisatawan Indonesia dibandingkan dengan kuil lain di sekitaran Nara atau Kyoto,
seperti Todaiji, Fushimi Inari Taisha, atau Kiyomizudera. Mungkin karena
letaknya yang kurang strategis (jauh dari jalur kereta ataupun jalan raya) dan
agak terpencil (letaknya di daerah perumahan penduduk pinggiran, bukan di
tengah kota).
Walaupun letaknya tidak strategis,
wisatawan tidak akan menyesal berkunjung kemari. Seluruh bangunan di kompleks ini
terasa sakral dan tradisional sekali, bahkan dari pertama kali kita memasuki
area kuil.
Chumon (中門), yang pertama dilihat saat memasuki kompleks kuil Horyuji. |
Kairo (回廊) atau koridor yang mengelilingi area barat. |
Setelah kita mulai memasuki kompleks
kuil Horyuji, kita akan tiba pada Chumon (中門) atau Central Gate yang juga merupakan bagian dari bangunan panjang yang
disebut sebagai Kairo (回廊) atau Cloister Gallery. Jangan tertipu dengan tampilannya yang cantik dan nampak indah ini,
bangunan ini sudah berdiri sejak akhir abad ke-7 dan termasuk salah satu
bangunan kayu tertua di dunia! Tidak ada kesan tua sama sekali pada bangunan
yang juga merangkap tempat penjualan tiket masuk ini.
Sebenarnya, kompleks kuil ini
terdiri dari tiga bagian, yaitu Western
Precinct atau Saiin Garan (西院伽藍), Gallery
of Temple Tresures atau Daihozoin (大宝蔵院), dan Eastern Precinct atau Toin Garan (東院伽藍). Akan tetapi, karena saya tiba di
kompleks ini pada pk 15:30 sementara saat tutupnya jam 16:30, maka ibu-ibu yang
menjaga tiket menyarankan agar saya membeli tiket terusan untuk Saiin Garan dan
Daihozoin saja. Jadi, saya memang tidak mengunjungi Toin Garan. Tapi tidak
masalah juga, karena bangunan kayu tertua kompleks ini adanya di Saiin Garan
saja.
Begitu kita masuk ke Saiin Garan,
alias areal barat kuil, kita akan langsung melihat dua bangunan yang indah,
yaitu Five-Story Pagoda atau Goju no
To (五重塔) dan Main Hall atau Kondo (金堂).
Bersama dengan gerbang yang sudah saya ceritakan sebelumnya, kedua bangunan ini
juga merupakan bangunan tertua di dunia. Saat saya tiba di area ini, pagodanya
baru ditutup oleh petugas. (Iya, saya melihatnya memasang palang di depan pintu
masuk.) Sayang sekali. Jadi, saya tidak dapat melihat dengan lebih dekat salah
satu contoh nyata arsitektur tahan gempa Asia kuno ini.
Pagoda ini memiliki pilar kayu utama
di tengahnya, yang berasal dari satu pohon utuh yang tingginya sekitar 35
meter. Konstruksi kayu yang mengelilingi pilar utama ini tidak dipaku atau
dikaitkan dengan pilar kayu utama ini, bahkan berdiri lepas dari tiang utama
ini. Jadi, ketika ada gempa, pilar utama ini akan bergoyang berlawanan dengan
goyangan bangunan yang lain dan menegasikannya. Hal ini mencegah pagoda roboh
ketika ada gempa. Penjelasan detilnya bisa dilihat di sini atau ditonton disini.
Tiga bangunan kayu tertua di dunia. |
Tempat lonceng kuil, bagian dari koridor yang mengelilingi area barat. |
Tempat penghormatan Pangeran Shotoku. Letaknya di dekat Gallery of Temple Treasures. |
Sedang waktu saya datang, Main Hall masih terbuka. Jadi, waktu
petugasnya masih sibuk memeriksa pintu-pintu pagoda, saya langsung masuk ke
dalam Main Hall. Di dalam bangunan
ini terdapat patung-patung Budha perunggu dari abad ke-7 dan abad ke-8. Menurut
saya, patung Budha jaman dulu lebih terlihat kurus dan ukirannya lebih rumit.
Selain patung Budha, ada juga patung penjaga dari kayu yang terlihat seram.
Dinding kayunya digambari dengan lukisan-lukisan yang cantik, walau terlihat tua. Sayang sekali,
tidak boleh memotret di dalam gedung, jadi saya hanya bisa cerita saja.
Karena waktunya terbatas, saya lalu
buru-buru menuju ke Gallery of Temple Tresures
atau Daihozoin. Bangunan baru ini adalah museum yang menyimpan artefak Horyuji,
termasuk benda-benda yang menjadi pusaka negara Jepang. Di sini juga tidak
boleh memotret. Jadi saya hanya bisa bercerita saja bahwa di sini disimpan
patung-patung Budha kuno asli milik kuil Horyuji. Patung Budha jaman dulu ini
tidak selalu duduk seperti umumnya penggambaran Budha di jaman sekarang,
melainkan banyak juga yang berdiri dan mengenakan hiasan-hiasan seperti yang
biasanya kita lihat di arca candi-candi kuno.
Patung-patung Budha kuno dijajar di
dalam lemari kaca besar, dan sepertinya saya menghabiskan waktu lima belas
menit mengamati detilnya sekaligus membaca penjelasannya. Seingat saya, sampai
ada petugas yang mondar-mandir dan bolak-balik senyum kepada saya, seolah-olah
tanpa suara mengingatkan bahwa jam tutup tinggal 15 menit lagi. Selain patung
Budha, ada juga miniatur pagoda, dan seingat saya ada juga pernak-pernik yang
terkait dengan pemujaan.
Untuk backpacker yang berminat
berkunjung ke kompleks kuil Horyuji, jangan lupa memperhatikan jam bukanya.
Setiap hari, kompleks ini buka jam 08:00. Di musim dingin, kompleks ini tutup
jam 16:30, tapi di luar itu tutupnya jam 17:00. Penjelasan lengkapnya terdapat
di websitenya http://www.horyuji.or.jp
Pemberhentian bus di depan Stasiun Horyuji. |
Bagaimana caranya naik kendaraan
umum ke kuil Horyuji? Waktu saya kemari, saya berangkat dari Stasiun JR Nara. Dari
situ saya naik kereta JR di Yamatoji line ke arah Osaka, dan turun di Horyuji
Station. Dari situ, tunggu saja bus di halte bus (boarding site) no. 2. Saya naik bus no. 72, Horyuji-sando Route.
Setelah 10 menit naik bus, turun di halte bus Horyuji-mae. Halte busnya tidak
persis di depan kuil, ya. Kita masih harus jalan kaki sedikit, dan belok
melewati area pertokoan.
Jangan khawatir kalau jalan-jalan ke
sini sendirian, ya. Semua petunjuk dan penjelasan ada bahasa Inggrisnya. Di
dalam bus juga ada pengumuman halte bus yang dilewati. Yang penting perhatikan layar
di bagian depan bus supaya tahu kapan busnya tiba di halte yang kita tuju.
Setelah turun bus pun, di halte ada peta yang menunjukkan letak dari kompleks
kuil Horyuji dari halte. Selama baca petanya betul dan memperhatikan petunjuk
jalan, tidak akan nyasar. Saran saya, jangan lupa buka GoogleMaps supaya lebih
aman.
Ada yang berencana jalan-jalan di
sekitaran Nara atau Osaka? Jangan lupa mengunjungi bangunan kayu tertua di dunia
ini. Betul-betul salah satu pengalaman kebudayaan Jepang yang otentik.
wah senangnya bisa jalan-jalan ke Jepang dan bisa mengunjungi kuil bersejarah. di Jepang pasti banyak banget kuil yang recommended untuk dikunjungi. tfs mba dyah :)
BalasHapusIya, Jepang memang banyak banget kuilnya.
HapusPos-nya komplit, Kak. Dilengkapi dengan huruf Kanji juga (kalau saya salah menulis, mohon maaf, hehehe). Penyebutan ini saya jadi ingat soal Jalan Diponegoro. Kalau orang nanya, "Mau ke mana?", jawabnya "Jalan Ponegoro." saja.
BalasHapusAnyhoo, sayang sekali tidak bisa memotret di dalam Daihozoin padahal pasti banyak yang menarik di sana. Terima kasih Kak, pos-nya menambah wawasan hehehe.
Yah, mungkin tidak boleh difoto untuk alasan keamanan ya. Tapi yang penting masih boleh ditonton khalayak umum.
HapusBagus sekali kuilnya, terlihat kesan tradisionilnya masih sangat dipertahankan, terlihat dari warnanya yg tidak banyak banyak corak selain warna kayu dan beberapa dinding putih.
BalasHapusAh, semoga kapan2 bisa jalan ke Jepang juga
Amin...
HapusWah senangnya bisa punya teman yang membahas tentang Jepang.
BalasHapusGara-gara sering baca tulisannya mba Fanny, saya jadi mulai sedikiiittt familier ama Jepang.
Suka banget kalau ada tulisan traveling itu dijelasin dengan detail, termasuk cara menuju ke sananya hehehe.
Tapiii..
Untuk ke Jepang sendiri, saya mah cemen.
Takut jadi kayak anak ilang hahaha
Lha, kok takut jadi anak ilang? Ya jalannya ramean lah, Mbak.
HapusBeruntung sekali bisa mengunjungi jepang y mba..sy selalu kagum dengan bangunan yang strukturnya dibangun tanpa paku dan alat-alat modern. Tapi bs tahan goncangan seperti Pagoda tsb.
BalasHapusDi Indonesia saya jadi ingat Perahu Pinisi, kalo tidak salah badan perahu tsb juga dibangun tanpa paku semua dari kayu dan manual.Wow sihh..
Iya, kadang saya bertanya-tanya, orang-orang jaman dulu ilmunya itu dapat dari mana ya. Canggih banget kan.
Hapusluar biasa ya kak, bangunan nya masih kokoh gitu meski usia nya sudah tua, ;)
BalasHapuskayu nya juga awet ya bisa sampai bertahan lama sampai tahunan ya ;)
Mungkin karena kayu, ya jadi malah awet. Atau, kualitas kayunya memang yang oke banget.
HapusWah benar benar dirancang tahan gempa ya jadinya keren sekali padahal ini bangunan jaman dulu ya, btw salah fokus ni sama tulisan kanjinya jadi ingat lagi pas les dulu hehe
BalasHapusAhaha... dulu saya ngapalin kanji susah banget.
HapusWooww!! Keren banget kuil Horyu Gakumonji... Berkesan sempit tetapi kalau dilihat sebenarnya luas juga kuilnya yaa...
BalasHapusIya... jalan keliling kompleksnya lumayan juga sih.
Hapuswaa serunya ada kesempatan mengunjungi kuil horyuji di jepang..
BalasHapuspersis yang di film-film yaa.. hehe
Ahaha... iya...
HapusJangan cuma lihat strategis atau tidaknya tempat ya, tapi pengalaman yang penuh dengan wawasan sehingga berwisata sejarah makin berkesan
BalasHapusIya, betul banget Kak!
Hapuswhoaaaa aku jadi kangen jepang huhuh
BalasHapusSama ...
HapusKeren ya bangunan kuilnya hanya terbuat dari kayu tapi bisa bertahan lama banget. Dibandingkan dengan bangunan bangunan sekarang yang kerasa ringkih
BalasHapusIya, apalagi bangunan kaca, lebih kelihatan ringkih.
HapusKapan gitu ya bisa ke sana😭😭😭
BalasHapusSemoga akan ada kesempatan ya Kak ...
Hapus