Ini pengalaman saya transit di
Bandara Narita, Jepang. Alkisah, di bulan Desember yang lalu, saya mau
jalan-jalan ke kota Matsuyama di Ehime, pulau Shikoku, Jepang. Nah, berhubung
tidak ada penerbangan langsung dari Indonesia ke Matsuyama, saya harus lewat
bandara Narita dulu. Jadi, pesawat saya dari Denpasar tiba di bandara Narita
pada jam 08:40 pagi, dan pesawat domestik yang menuju ke Matsuyama berangkat
dari bandara Narita pada jam 16:20 di hari yang sama. Lumayan tuh, ada waktu
hampir 8 jam nganggur di bandara Narita. Nah, daripada bengong, saya memutuskan
untuk jalan-jalan.
Area Omotesando di kota Narita. |
Harap dicatat, saat saya transit di
Narita ini, saya bisa jalan-jalan keluar bandara karena memang saya pegang visa
Jepang. Kalau transit di Narita dalam perjalanan ke negara lain, saya kurang
paham bagaimana ya.
Mungkin ada yang tanya, kenapa tidak
mampir ke Tokyo? Alasannya jelas: Tokyo itu jauh. Kalau dilihat di GoogleMaps,
jarak antara bandara Narita ke stasiun kereta Tokyo hampir 70 km. Kalau naik
kereta, menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam. Lha cuma bolak-balik aja, sudah
habis 3 jam. Sementara dari turun pesawat penerbangan internasional sampai
melewati imigrasi saja bisa habis satu jam lebih. Plus, saya harus check in
untuk pesawat domestik satu jam sebelum keberangkatan. Berarti dari 8 jam, 5
jamnya sudah hangus. Belum balada cari tempat makan siangnya, nunggu jadwal
kereta, dan nyasar pas jalan-jalan. Waduh, malah banyak khawatirnya selama
perjalanan.
Makanya saya memilih jalan-jalan di
kota Narita, yang jaraknya hanya sekitar 8 km dari bandara Narita. Kalau naik
kereta Keisei line, langsung turun di stasiun pertama yang ditemui, yaitu
stasiun Narita (Narita eki). Perjalanan naik kereta cukup 14 menit. Dekat, kan?
Stasiun Narita. |
Untuk yang berminat jalan-jalan di kota
Narita, harap ingat bahwa ini adalah kota kecil dan sebenarnya bukan tujuan
wisata utama. Jadi, pilihan tempat makan ataupun tujuan wisata ya tidak banyak.
Tapi, kalau cuma mau jalan-jalan di sebuah kota khas Jepang yang tidak terlalu
metropolis, dan menikmati salah satu kuil tua yang cukup dikenal oleh
masyarakat Jepang, kota ini boleh banget dikunjungi. Kalau punya cukup waktu
untuk jalan-jalan di kota Narita, cobalah ikuti GoogleMaps, jalan kaki dari
stasiun kereta api sampai ke kuil Naritasan Shinshoji. Anda akan berjalan
melewati Omotesando, dimana berjajar toko-toko yang berjualan pernak-pernik,
makanan, dan oleh-oleh. Dan juga, terdapat rumah makan yang menjual menu unagi
(belut air tawar).
Waktu saya sengaja mampir ke kota
Narita, saya turun di stasiun kereta Narita (Keisei line) dan sengaja jalan
kaki menuju ke kuil Naritasan Shinshoji. Sayangnya, karena waktu itu saya malas
menitipkan koper, jadi saya geret-geret koper di sepanjang jalan.
Tangga untuk menuju ke kompleks kuil Naritasan Shinshoji. |
Masalah baru muncul pada saat saya
tiba di kuilnya. Kompleks kuilnya ada di atas bukit, dan kalau mau ke sana
harus naik tangga yang lumayan terjal dan curam. Nggak mungkin, lah, saya naik
tangga sambil angkat-angkat koper. Jadi ... saya ya cuma bisa foto-foto di
depan gerbang kuil saja. Sayang sekali ya. Ini akibat kurang riset sebelum
berangkat. (Tuh, jangan pernah lupa riset sebelum jalan-jalan, ya. Apalagi
kalau solo backpacking macam saya.)
Jadinya, saya malahan jalan-jalan
terus ke arah areal perumahannya. Jalan-jalan saja. Orang-orang juga cenderung
cuek, karena turis yang mengunjungi kuil sambil geret-geret koper nggak cuma
satu-dua orang. Terus, di areal situ memang ada beberapa hostel dimana orang
pasti keluar masuk sambil bawa koper. Menyesal aja sih, jadinya nggak melihat
bagian dalam kompleks kuil Naritasan Shinshoji yang berdiri di sekitar tahun
940 ini.
Tapi jalan-jalan di sekitaran
Naritasan juga asyik kok. Soalnya kondisi perumahan suburban di Jepang kan beda
jauh dengan di sekitaran Jakarta. Karena ini kota kecil, perumahannya tidak
padat. Terus, rumah-rumah di sini kan nggak terlalu rapat satu sama lain.
Jalan-jalan di sini sepi, dan jarang mobil. Nggak seperti di sekitaran Jakarta,
yang penuh dengan sepeda motor. Kalau dibandingkan dengan area perkampungan di
tengah kota Jakarta, areal perumahan di Narita terasa sepi banget!
Nah, kalau nggak bisa keliling kuil Naritasan
Shinshoji, terus ngapain? Ya sudah pasti makan siang. Kebetulan itu sudah
waktunya makan siang. Dan makan siang di Narita sudah pasti makan ... unagi!
Area sekitaran Narita dikenal sebagai penghasil belut air tawar alias unagi.
Jadi tidak heran kalau di sekitaran Omotesando ada banyak rumah makan yang
menyediakan masakan dari unagi.
Satu set nasi dan unagi. |
Selesai makan siang, saya berjalan santai
kembali ke stasiun kereta api. Melewati lagi Omotesando, saya jadi semakin
menyukai tempat ini. Nuansanya kota kecil, masih bisa dibilang cenderung
tradisional. Kota Narita memang disebut-sebut sebagai salah satu kota pewaris
budaya Edo, yang merupakan era pemerintahan samurai di Jepang.
Sekitar jam 3 siang saya sudah
kembali ke bandara Narita dan siap-siap check in untuk penerbangan ke
Matsuyama. Lumayan juga, masih cukup waktu untuk ke WC, ngemil, dan cek ulang
tas/koper.
Nggak bosan, kan, transit di bandara
Narita. Buat yang kebetulan harus transit di bandara Narita, saya sangat
menyarankan untuk berwisata ke kota Narita. Apalagi makan siang unagi di sana.
Kayaknya wajib banget, deh. Nggak bakalan nyesel jalan-jalan di kota Narita. Dijamin
bakalan kangen dengan kota kecil satu ini.
Sepertinya jalanan di Narita sepi ya mbak?
BalasHapusBtw, saya harus belajar lho mbak untuk makan unagi, diicip-icip dulu kabayaki sauce nya, terus cobain ikannya dikit...susah bener...padahal enak gitu apalagi kalau atasnya di kasih teriyaki sauce dan green onion..
Belajar untuk makan unagi? Mungkin karena dagingnya kurang berserat, ya? Kalau saya sih, suka banget, Mbak.
HapusKota Narita ini nampaknya kota kecil yang tenang banget ya, bukan destinasi utama di Jepang, tp itu justru jadi nilai plus buat saya krn nuansa kotanya justru tradisional banget..
BalasHapusSemoga deh nanti bisa ke jepang dan ke kota narita. hehe
Kota ini sepi, Kak. Kayaknya banyakan turis dibandingkan penduduk. Tapi mungkin karena saya ke sana siang hari di hari kerja ya. Kalau jam pulang kantor, harusnya sih banyak yang pulang kerja dari Tokyo.
HapusHeuuu seru nih ke Jepang. Kapan yaaa aku bisa kesana? Wkek
BalasHapusSemangat!
Hapuswahhhh boleh dicoba nih kapan-kapan mbak.
BalasHapusSiip...
HapusWah... Seru banget. Bisa mampir di Kota dekat tempat transit.
BalasHapusJadi ketemu tempat baru yang juga nggak kalah keren sama tempat wisata yang sudah terkenal.
Eh, tapi kok kasihan ya geret2 koper. Kalau aku pasti memilih menitipkan koper biar bisa lebih leluasa jalan-jalannya.
Iya... itu kesalahan hamba. Lain kali nggak bakalan ragu untuk naruh koper di tempat penitipan.
HapusLama juga ya waktu transitnya mba, emang bosen banget kalau nunggunya di dalam bandara saja, kalau saya mungkin mampirnya ke mall omotesando hihi, eh jauh ya?
BalasHapusEh, Omotesando yang di Shibuya? Jauh Bu.... Huhuhu... yang dekat bandara Narita ya toko unagi.
HapusWalah.. kalau menunggu sampai 8 jam untuk penerbangan selanjutnya memang perlu jalan-jalan di sekiling kota Narita, ya? Biar enggak jenuh.
BalasHapusIya... bosen di bandara, soalnya bandara Narita kan kurang banyak hiburannya.
HapusSaya penyuka belut dan begitu disebutkan sentra penghasil belut, saya langsung ngilerrrrr......
BalasHapusAhaha... penggemar belut rupanya. Kalau lele, suka juga gak?
Hapusduh kapan aku bisa ke jepang ya,, membayangkannya aja bakal ga mungkin hehehe
BalasHapusini kota NArita kayaknya adem banget ya
Kota kecil, Kak. Cenderung sepi.
Hapuswahhh seru ya meskipun cuma sebentar dan explore Narita, tapi rasanya seru... meskipun suburban rapi dan bersih
BalasHapusIya, kota kecil kayak gini biasanya bersih dan rapi.
HapusOh jarak bandara narita ke tokyo sekitar 70 km kiranya kalau di sini 100 km saja hanya di tempuh dalam waktu 1,5jam
BalasHapusKereta biasa, Pak. Bukan shinkansen. Kecepatannya nggak beda jauh dengan yang di Indonesia.
HapusCuma 8 km dari bandara dan pegang visa Jepang itu Alhamdulillah banget ya, Kak. Bisa jalan-jalan di Kota Narita dan menikmati makan siang di sana. Wuah, jadi ngiler :D
BalasHapusAhaha... iya...
HapusWah mantap kak....
BalasHapusSee Makan Santai Kuliner Restoran Cibiuk
Siip...
Hapussaya ikuti jejaknya mbak, klo kalau besok2 saya transit disana. biar bisa ikut icip2 unagi :D hahaha........
BalasHapusAhaha...
HapusImpian saya traveling k Jepang.. Sngat mnginspirasi banget.. Thanks ceritanya
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung.
Hapuskotanya sepi banget ya, tenang. Tapi karena sepi jadi terlihat bersih. deket pula dengan bandara
BalasHapusIya. Menurut saya, tempatnya bersih karena orang yang tinggal di situ juga sedikit.
HapusWah, itu beda cerita. Susah kalau sudah dikejar jam check in atau jam check out.
BalasHapuswah itenary ke jepang dong mb,, pingin juga liat sakura
BalasHapusSaya sih ke Tokyo, Osaka, Kyoto, Nara. Seminggu, lah.
Hapuswah asyik juga ya transit di bandara, bisa sambil jalan jalan getu, sehingga tidak jenuh ya kak karena perjalan pesawat bikin tegang juga, bagi ane :D
BalasHapusEnaknya sih, ada istirahatnya. Nggak enaknya, perjalanan jadi lebih panjang.
HapusWahhh seru....aku pertengahan juli transit 18 jam di Narita,selain di sekitar narita ada masukan lagi ga mbakk kemana lagi terima kasih
BalasHapusWah, kalau 18 jam, bisa ke Tokyo, di Tokyo Sky Tree. (Ada kereta Tokyo Sky Tree - Bandara, itu seingat saya ekspress.) Yang penting cek jadwal keretanya saja. Kalau yang dekat, ya kota Narita. Tapi kalau saya ada transit 18 jam, saya pasti ke Kota Chiba. Itu kota modern biasa di tepi laut, tapi masih menarik untuk dikunjungi. Saya seumur-umur belum pernah ke Chiba.
HapusTOP LIST TO DO IN 2019... semoga bisa kesampean bawa sekeluarga kesana...apakah mudah untuk berpindah 2 kota disana?
BalasHapusDigital Printing Jakarta
Jaringan kereta di Jepang termasuk yang top banget di dunia ini. Yang penting sudah browsing dulu mau pakai jalur yang mana, jadi nggak bingung.
Hapustransit dibawah 12 jam di narita perlu visa transit ga ya? saya baca soal visa waiver tapi susah paham, hehe mohon infonya. oia passport sy passport biasa, bukan epassport.
BalasHapusKalau nggak ada visa masuk Jepang, ya nggak bisa keluar bandara, Kak. Transit juga butuh visa.
Hapus