Dari Candi Ijo, kami melanjutkan perjalanan ke tempat wisata super populer yang tak jauh dari situ.
Obyek 5: Tebing Breksi
Tempat
wisata yang populer di Instagram ini sebetulnya adalah bekas tambang batu untuk
bangunan. Tebing Breksi dinyatakan sebagai geoheritage
site atau situs warisan geologi karena tempat ini adalah daerah penumpukan
abu vulkanik dari Gunung Purba (di Nglanggeran). Sebagai daerah yang harus
dilestarikan, maka penambangan batu dihentikan, dan mata pencaharian masyarakat
setempat yang tadinya menambang batu perlahan-lahan dialihkan menjadi bisnis wisata.
Siapa sangka bekas tambang bisa jadi tempat wisata? |
Kontur
bebatuan sisa tambang menghasilkan pola yang cantik, cocok banget buat
foto-foto. Selain itu, di atas bukitnya sendiri, sudah dibuat spot-spot cantik
untuk selfie. Tapi yang paling OK dari itu semua adalah, pengelolaan tempat
wisata Tebing Breksi adalah oleh masyarakat setempat. Jadi kunjungan kita ke
sini tidak hanya akan menghasilkan foto-foto layak upload, namun juga membantu
masyarakat sekitar. Saya selalu kagum dengan pemerintah yang bisa membuat
masyarakat lokal mandiri tanpa tergantung banyak pada investor besar, apalagi
asing. Itu baru keren!
Waktu
kami tiba di area wisata Tebing Breksi, waktu menunjukkan hampir pukul 12
siang. Panas banget. Area wisata ini lengkap banget. Ada panggung terbuka, ada
tempat makan, tempat jualan pernak-pernik, musholla, juga ada WC umum, tempat
parkir luas, dan tentunya spot foto-foto. Tapi itu semua tidak mengurangi hawa
panas yang membakar kami. Jadi, kalau mau berkunjung ke sini, boleh lupa bawa
minum, boleh lupa bawa topi, jangan lupa bawa sunblock alias tabir surya.
Makan siang: Sate Klathak Pak Pong
Dalam
kondisi lapar, kami melaju ke rumah makan yang lumayan termahsyur di sekitaran
Bantul: Sate Pak Pong. Jaraknya lumayan jauh sih, dari Tebing Breksi. Tapi
karena memang semua anggota rombongan belum pernah ada yang makan di sini, ya
jadinya kami memutuskan untuk makan di sana.
Sate
Klathak adalah sate kambing yang dibakar dengan tusuk sate yang dibuat dari
besi, seperti jeruji roda sepeda. Bumbunya juga tidak seperti bumbu kacang
biasa, tapi lebih mirip kaldu. Rasanya gurih manis.
Antre dua jam untuk bisa menikmati sate klathak. |
Sate
Klathak Pak Pong, konon kabarnya, tidak pernah sepi. Waktu kami datang, hampir
semua meja penuh. Untung masih ada meja yang kosong. Tapi waktu pesan sate ...
yang antre banyak banget. Percaya nggak, kami menunggu makanan kami selama
hampir dua jam!
Obyek 6: Puncak Becici
Nah ...
di sore hari, kami melanjutkan perjalanan ke Puncak Becici. Puncak Becici
adalah adalah daerah hutan pinus yang dijadikan tempat wisata. Posisinya terletak
di Dlingo, Bantul, yang mana merupakan daerah perbukitan. Jadi, daerah ini
memang wajar dijadikan tempat wisata, sama seperti daerah Puncak untuk
orang-orang Jakarta. Sebetulnya, di sekitar Puncak Becici, juga ada beberapa
daerah wisata alam yang menjual konsep yang mirip-mirip dengan Puncak Becici.
Tapi karena tempat ini sempat didatangi mantan Presiden Amerika, Barack Obama,
makanya tempat ini populer sekali.
Puncak
Becici terkenal sebagai tempat melihat sunset. Memang sih, di daerah tebing di
bagian atas, kita bisa melihat pemandangan lembah yang oke banget. Dari sini
kita juga bisa melihat ke arah kota Yogyakarta, kalau cuacanya mendukung. Nggak
usah melihat ke arah lembah, pemandangan di sekitar area Puncak Becici di sore
hari juga bagus. Di tengah pohon-pohon Pinus, kita bisa bermain-main dengan
bayangan sore hari untuk dapat foto yang menarik.
Salah satu spot di Puncak Becici. |
Sebetulnya
kalau kami sabar duduk-duduk lama di situ, kami bisa menonton sunset dari
sekitaran puncak bukit. Tapi karena kami serombongan kurang berminat untuk
pulang ke Jogja malam-malam, dan males jalan menuruni bukit di waktu sudah
mulai gelap, maka sekitar jam setengah empat kami sudah meninggalkan lokasi.
Obyek 7: Taman Batu Watu Amben
Dalam
perjalanan pulang ke Jogja, kami mampir dulu di Taman Batu Watu Amben. Tempatnya
tidak jauh dari Bukit Bintang di daerah Patuk, yang dikenal sebagai tempat
nongkrong berbagai kalangan. Tempat ini dinamakan Watu Amben karena ada batu
besar yang di atasnya datar sehingga bisa dipakai tidur. Tapi batu besar ini tidak bisa dinaiki dengan mudah.
Waktu
kami kemari, warung yang ada di dekat situ belum buka. Mungkin kami datang
terlalu sore. Tempat ini juga dikenal sebagai spot sunset, sama seperti area
Bukit Bntang. Tapi mungkin tidak terlalu populer karena pilihan tempat makannya
tidak banyak.
Watu Amben. |
Sebetulnya
paling seru kalau nongkrong di sini di malam hari, biar bisa melihat kelip-kelip
lampu kota. Tetapi, karena kami memang tidak mau pulang malam-malam, ya kami cuma
di sini sebentar saja.
Makan malam: Gudeg Sagan
Ya ...
semua tentu sudah tahu rumah makan gudeg yang satu ini. Tempat yang nggak
pernah sepi ini memang sudah lama populer. Kami datang sekitar jam delapan dan
sudah cukup ramai. Nggak kebayang kalau datang ke sini di sekitar tuju malam,
pasti antre banget.
Gudeg
Sagan bisa dibilang ramah kantong dan cocok di lidah. Kebetulan, memang seluruh
anggota rombongan penggemar gudeg. Kalau makan di sini, jangan ragu untuk cek
ke bagian pelayanan gudegnya ya. Karena ramai sekali, kadang ada pengunjung
yang langsung mengambil piring-piring hidangan yang baru selesai dibuat. Kalau tidak
waspada, bisa-bisa pesanan kita datangnya lama sekali.
Selesai
makan malam, kami menuju ke rumah salah satu saudara untuk menginap. Dan
...berakhirlah jalan-jalan sehari di sekitaran Yogyakarta ini. Untuk pengembangan
tempat pariwisata, saya harus mengakui, Provinsi DI Yogyakarta memang sudah
jauh melangkah dibandingkan sebagian besar provinsi lainnya. Semoga untuk
selanjutnya semakin banyak tempat-tempat wisata yang tidak hanya seru untuk
dikunjungi, namun juga membantu perekonomian masyarakat sekitar.
Banyak makan dan banyak naik ke puncak sesuai dengan energi masuk.. 😁
BalasHapusHuahaha ... namanya hidup seimbang, Pak.
HapusMantan Presiden, Mr. Barrack, barangkali mengenang masa kecilnya....lagian Hutan pinus puncak Becici indah
BalasHapusIya, pohon-pohon pinus berjajar. Kalau sore bayangannya bagus, panjang-panjang. Kayak nggak di film-film.
HapusMba.. berhubung blog saya tidak bisa balas komment mkny saya bls di blog mba yah.. maafkan..
BalasHapusDi pantai greweng memang sepi. Akan tetapi apabila datang jumat-minggu itu lumayan rame dan fasilitas dsna ada warung jajanan. Toilet dan parkir. Hny treknya yg lumayan agak susah.. akan tetapi semua terbayar apabila sudah sampai dsna.
Ahaha... oke. Kalau saya sih, selama ada toilet dan warung, hidup pasti aman.
HapusSekalian mampir ke gunung api purba atau mbung ngelanggeran itu spot foto nya keren mba.. lumayan dekat sama puncak becici tmptnya
BalasHapusMasalahnya kemarin waktunya nggak cukup. Pengin sih, ke Nglanggeran. Belum pernah, soalnya.
HapusNoted mba... bulan depan mau ke sana nih
BalasHapusSelamat bersenang-senang ya.
HapusWuih cukup ya mbaa sehari...
BalasHapusAsal ada kendaraan sendiri, cukup lah. Kalau naik kendaraan umum, ya nggak bisa.
Hapussalah satu makanan yang pengen saya cobain ketika di Jogja adalah sate klathak. tapi tiap ke jogja pasti lupaaa terus. hiks.
BalasHapusHarus dicatat tuh Mbak. Tapi siap-siap antre ya.
Hapussebagai anak hasil blasteran jogja, saya malu belum pernah ke semua tempat ini. hiks...
BalasHapusYuk, yuk, biar nggak penasaran.
HapusJalan-jalan, eksplor, makan, jalan lagi. Seru sekali hidup ini hahaha selamat menikmati liburan, Kak.
BalasHapusSoalnya stressnya kerjaan nggak ditulis di blog. Itu curhat pribadi aja. Huehehe....
HapusTertarik sama Sate Klathaknya. Kabetulan juga kami sekeluarga punya rencana liburan ke Jogja pas liburan tahun depan :D
BalasHapusSiap-siap antre ya Pak.
Hapuskapan - kapan main ah ke jogja
BalasHapusDijamin nggak bosan wisata di Jogja.
Hapusjogja mang ga ada habisnya...
BalasHapusIya banget...
HapusWah udah kemana-mana ini mbaknyah. Jogja pun udah dijamah... :p
BalasHapusSaya asli Solo, Pak. Jaman masih kecil, bisa hampir tiap bulan ke Jogja.
HapusSaya asli Solo, Pak. Jaman masih kecil, bisa hampir tiap bulan ke Jogja.
Hapus