Bulan Oktober yang lalu, kami
sekeluarga sepakat untuk menghabiskan akhir pekan di Bandung. Ya, keluarga yang
dari Jakarta dan keluarga yang dari Solo, sama-sama ketemuan di Bandung. Rombongan
Jakarta, termasuk saya, jam 5 pagi sudah duduk cantik di kereta Argo
Parahyangan menuju ke Bandung. Rombongan yang dari Solo sudah naik kereta dari
jam sebelas malam menuju ke Bandung. Pemandangan sepanjang perjalanan cantik,
lho. Ini adalah salah satu alasan kenapa saya senang naik kereta: bisa melihat
pemandangan daerah pedesaan dan perkotaan dalam sekali jalan.
Stasiun Bandung, awal dan akhir perjalanan kami kali ini. |
Sekitar jam setengah sembilan,
seluruh rombongan sudah berkumpul di Stasiun Bandung. Stasiun ini disebut
sebagai stasiun terbesar dan teramai di Jawa Barat. Stasiun ini memiliki
fasilitas yang lengkap, dari toilet, mushola, penjual makanan, dan juga ruang
kesehatan. Dari stasiun, kami berangkat menuju ke hotel dengan memesan mobil
secara online. (Kami nggak naik angkot karena hotel tujuan kami agak ribet
jalannya. Lagian kami berbanyak, jadi harganya bisa dibagi ramai-ramai.)
Kami menginap di hotel Hay Bandung,
Jl. Trunojoyo no 19, Bandung. Kenapa memilih hotel ini? Pertama, karena
lokasinya yang di tengah kota dan strategis, kedua, karena desain interiornya
menarik. Hotel ini punya cafe di lantai dasarnya, dan penataannya oke banget.
Pokoknya nggak rugi menginap di sini. Jam check in masih lama, sekitar jam 2,
jadi kami titip koper dulu di resepsionis, lalu langsung cari makan pagi.
Makan pagi kami, cukup di dekat
hotel saja, yaitu Roti Gempol. Roti Gempol adalah toko roti tawar yang juga
menyediakan roti bakar untuk dimakan oleh pengunjung. Penjual dan pembuat roti
dari tahun 1958 ini sudah terkenal banget di Bandung. Antreannya banyak banget,
dan untung hanya dengan berdiri sepuluh menit kami sudah mendapatkan tempat
duduk di pojokan. Jangan harap pelayanan yang ramah di sini. Semua staf mungkin
sudah tidak peduli, lebih mengutamakan selesainya semua pesanan yang datang
bertubi-tubi. By the way, rotinya enak banget lho. Pantas banyak orang yang
datang kemari.
Lanjut ke Museum Geologi. |
Setelah makan pagi, kami melanjutkan
jalan kaki ke Museum Geologi. Jalan kaki dari Roti Gempol ke Museum Geologi,
kami melewati Gedung Sate. Karena saat itu sedang ada perayaan ulang tahun TNI,
maka jalan di depan Gedung Sate ditutup dari kendaraan umum dan berbagai
peralatan tempur macam tank dipajang di situ. Banyak anggota masyarakat yang
jalan-jalan untuk melihat-lihat kendaraan perang yang biasanya hanya tersimpan
di garasi. (Harapan saya, peralatan tempur yang ada di Indonesia cukup jadi
pajangan saja untuk selama-lamanya, amin.)
Nah, sampai di Museum Geologi, kami
masuk bersama dengan rombongan anak TK. Keluarga saya pengemar museum, jadi
kami memang bisa berlama-lama di sini. Museum Geologi bisa dikatakan sudah
bebenah menjadi museum modern. Penataannya menarik dan banyak alat peraga
interaktif. Ada juga film penjelasan tentang timbulnya tata surya, yang
ternyata disukai oleh anak-anak. Di museum ini juga ada penjelasan tentang
kondisi tanah Indonesia yang memang rawan bencana. Memang perlu membawa
anak-anak kemari supaya dari kecil mereka belajar untuk waspada dan siaga
bencana.
Keluar dari museum, jam sudah
menunjukkan waktu setengah dua. Wah, sudah harus makan nih. Kami buru-buru
jalan kaki ke Yoghurt Cisangkuy. Tempat makan yang sudah ada sejak tahun 1976
ini memang sudah terkenal banget di kalangan wisatawan. Salah satu pusat
kuliner wajib bagi orang yang datang ke Bandung ini memang hanya menyediakan
yoghurt dan beberapa jenis makanan. Tapi di warung-warung di depannya, ada
banyak makanan lezat yang bisa bikin ngiler. Kami menghabiskan soto, sate,
sosis goreng, dan beberapa makanan lain. Semuanya enak.
Keliling Bandung naik bus! |
Waktu keluar dari warung makan dan kembali
ke jalan utama, kami melihat ada bus yang dihias seperti trem kuno. Ternyata di
dekat situ ada halte untuk Bandros, alias Bandung Tour on Bus. Tanpa banyak
tanya, kami pun naik untuk mencoba keliling Bandung naik Bandros. Jalur yang
kami lewati adalah via Braga dan Alun-Alun. Di sepanjang perjalanan, kami disuguhi
cerita mengenai sejarah kota Bandung dan juga penjelasan singkat mengenai
tempat-tempat yang kami lewati. Harga tiketnya Rp 20.000,- per orang.
Setelah satu jam perjalanan, kami
pun dikembalikan ke depan Museum Geologi, dan kami memilih untuk jalan kaki
kembali ke hotel. Enak banget kan hotelnya, nggak usah pakai kendaraan macam-macam,
sudah bisa menjangkau tempat wisata populer. Karena yang dari Solo belum sempat
istirahat (kan keretanya dari malam), maka kami kemudian check in di hotel dan
istirahat. Malah hari, kami cukup makan di cafe di bawah hotel. Porsinya
lumayan, sesuailah dengan harganya. Tempatnya juga enak, jadi bisa sekalian
ngobrol santai sekeluarga.
Keesokan paginya, di hari Minggu, setelah
makan pagi, kami memutuskan untuk jalan-jalan di sekitaran Riau. Ya ... di
daerah yang memang terkenal dengan barisan factory
outlet. Jalan kaki ya, soalnya daerah Riau juga dekat dengan hotel.
Lumayan, setelah mondar-mandir di tempat yang buka, kami dapat baju yang
kualitasnya bagus dan harganya miring. (Lha, kok jadi cerita belanja?)
Kami lalu check out dan memesan kendaraan
secara online ke Braga. Ngapain ke Braga? Jalan-jalan, lah. Braga adalah salah
satu daerah wisata yang super populer di Bandung. Begitu populernya sampai
warga Bandung asli pasti malas ke sana karena macet banget. Jalan-jalan di
sekitaran sini, kami melihat-lihat bangunan tua peninggalan jaman Belanda.
Jalan-jalan ke Braga nggak mungkin nggak sekalian mampir melewati Hotel
Bidakara Grand Savoy Homann dan mampir ke titik nol Kota Bandung.
Selfie dulu di restoran Braga Permai. |
Kami makan siang di Restoran Braga
Permai. Restoran yang sudah ada sejak 1918 ini memang memberikan suasana
kolonial bagi para pengunjungnya. Tempatnya terasa elegan namun tetap ramah.
Cocok untuk makan-makan sekeluarga. Apalagi kami sekeluarga yang sorenya akan
menuju ke stasiun dan berpisah ke kota masing-masing. Untuk yang belum pernah
makan di sini, sangat disarankan untuk mencoba menikmati Bandung ala tempo
doeloe di restoran Braga Permai ini.
Habis makan di Braga, ternyata ada
yang masih ingin makan es krim. Nah ... kami pun jalan kaki ke restoran Rasa di
Jl. Tamblong, masih sekitaran Braga. Restoran yang sejarahnya sudah dimulai
dari tahun 1910 ini memang menyediakan es krim dan berbagai jenis kue khas
jaman Belanda. Harga es krim di sini sekitar Rp 30.000,- an, lah. Tapi rasanya
enak, lho. Kue-kuenya juga enak.
Setelah puas makan es krim, kami
lalu jalan kaki ke Balaikota Bandung. Melewati rel kereta api dan Taman Vanda
yang sedang tidak ada air mancurnya, kami langsung terus menuju ke taman-taman
di Balaikota. Sore itu, daerah Balaikota ramai banget. Banyak anak-anak
berlomba-lomba untuk memasukkan kaki ke dalam parit kecil (yang jernih)
berebutan dengan orang-orang lain. Kami memutuskan untuk duduk-duduk santai,
sambil makan cuangki khas Bandung. Kebetulan, di dekat situ ada beberapa
penjual cuangki pikulan. Setelah makan, kami lalu jalan kaki keliling-keliling
daerah Balaikota.
Salah satu taman di area Balaikota Bandung. |
Harus saya akui, penataan taman kota
di daerah Balaikota ini keren banget. Memang diatur untuk menyenangkan hati
warga. Ada kolam dan ada juga tanaman yang disusun rapi. Ada juga tempat untuk
acara panggung. Ada patung badak putih dan juga pohon yang besar banget. Karena
waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, dan kami harus naik kereta,
maka kami lalu jalan kaki ke BMC untuk makan malam.
BMC letaknya tidak jauh dari
Balaikota, tepatnya di Jl. Wastukencana. BMC singkatan dari Bandoengsche Melk
Centrale, yang mana merupakan tempat makan-makan waktu saya masih mahasiswa kalau
pas jalan bareng ke Bandung. BMC dulunya adalah koperasi pengolahan susu di
jaman Belanda. Berdiri di tahun 1928, koperasi ini tidak hanya membantu
pengolahan susu segar dari para peternak, namun juga ikut menjual hasil
pengolahan susunya di bagian depan gedung yang sekarang jadi restoran. Gedungnya
sih terkesan kuno dan kurang terawat, tapi buat saya, makan di sini jadi
nostalgia masa-masa kuliah. Oh ya, kalau berkunjung kemari, wajib mencoba susu
atau olahan susu. Rasanya enak.
Dari BMC, kami jalan kaki ke Stasiun
Bandung. Jalan kaki, melewati perumahan penduduk dan kampung. Matahari sudah
semakin tenggelam, tapi kami tetap jalan dengan santai. Walau daerah yang
dilewati tidak terlalu ramai, namun relatif aman. Jalan kaki santai sekitar 15–20
menit, kami pun tiba di stasiun. Dan ... berakhirlah perjalanan sekeluarga
berakhir pekan di Bandung.
Itulah perjalanan keluarga kami
weekend di Bandung, dengan sedikit kendaraan, dan lebih banyak jalan kaki. Sehat
untuk badan dan juga sehat untuk kantong. Hahaha!
Sampai jumpa lagi! |
Hati senang, kangen2n keluarga tercapai.
BalasHapusIya, Bang. Jadi liburan bersama, kan...
Hapuspastinya jadi momen yang sangat berkesan yah
HapusIya, dong. Seru juga, kumpul keluarga yang tinggalnya beda kota, tapi sambil jalan-jalan.
HapusIni yang keren, sekeluarga kumpul semua di satu kota yang jadi tempat jalan-jalan/liburan dan pilihannya tepaaaat: Bandung! Yuhuuu. Selamat menikmati liburan, Kakak.
BalasHapusTerima kasih! Bandung pilihan tepat untuk liburan semua usia.
HapusLihat foto bus disetting kayak trem kuno itu bikin mupeng pengin naik ...
BalasHapusSayang waktu dulu aku sering ke Bandung, bus unik itu belum ada.
Yah, tinggal jalan ke Bandung lagi. ;)
HapusKalau ngomongin bandung mah ga ada habisnya, iya saya juga suka jalan kaki klo jalan2 di kota bandung krn banyakan arah yg one way,btw 4 tahun tinggal di bandung belom prnh sy ke museum geologi tuh parah ya haha :D
BalasHapusHe? Sekali-kali, lah, bawa si kecil ke museum Geologi. Keren, lho...
Hapuskudu nabung dulu buat kesana *cry*
HapusMeong jadi pengen ke Bandung. Nunggu majikan Meong aja ngajak. Kalo Meong pergi sendiri nanti dikira Meong hilang. Huehehehehe.
BalasHapusJiah... kapan ngajaknya...
Hapussayang banget pertama kali saya ke Bandung cuman main ke jl asia afrika dan gedung sate, padahal masih banyak banget tempat seru untuk di explore di kota satu ini..
BalasHapusBanyak taman kota juga, Kak. Tapi yang paling saya rekomendasikan, taman di Balaikota.
HapusWaduh, yogurt Cisangkuy...yum..yummy...
BalasHapusJalan kaki di Bandung paling enak yaa...keluar masuk outlet dan makan2...jadi berat semua...;)
Itu sih, bikin badan tambah berat, dan menambah berat beban dompet...
HapusSeru banget jalan2 ke Bandung 😘 AlNaik bandros juga wuuiih. Aku aja yg Urang Sunda ti Bandung belum pernah nyobain naik bus itu hihihi. Manjain perut dan hati ke Paris Van Java mah 🤩
BalasHapusAhaha... minus macetnya, Bandung oke banget untuk tempat wisata.
HapusBagi orang sumatera macam saya ini, Bandung itu kota yang nyenengin banget mb.. jalan-jalan di kotanya aja udah nyenengin.. banyak, taman, bunga cantik dan pohon hijau yang bisa kita nikmati dengan gratis. Waktu itu saya gfak kebagian mengunjungi museum geologi karena udah tutup. Semoga next kesana, bisa ajak anak ke museum geologi, hehehe
BalasHapusSaya nggak pernah ke Lampung, lho Mbak. Kapan-kapan pengin juga ke sana.
HapusBisa dimasukin ke itinerary nih kalo dapet kesempatan wisata ke Bandung
BalasHapusSip, Mbak!
HapusBandros yang ngangenin di Bandung teh , atuh pengen ke Bandung lagi...
BalasHapusBener banget ...
Hapus