Beberapa
bulan yang lalu, saya dan teman saya barengan berangkat ke Singapura. Walau
masing-masing ada jadwal sendiri-sendiri, tapi rencananya Sabtu siang mau
nonton film bareng di bioskop dengan teman-teman lain yang sudah duluan di
Singapura. Jumat malam kami berangkat dari Bandara Soekarno Hatta. Dan untuk saya,
di hari Minggu sore sudah kembali ke Jakarta. Nah, jadilah kami menggunakan
pesawat Jetstar untuk berangkat dari Jakarta hari Jumat jam 21:35 dan tiba di
Singapura jam 00:25. Malem banget kan ... MRT sudah tidak beroperasi dan biaya
taksi nggak masuk ke anggaran kami. Jadi, kami memutuskan untuk tidur dulu di
bandara dan baru keluar setelah matahari terbit.
Bandara Changi, Singapura. |
Sengaja
tuh. Jalan pelan-pelan, ambil air minum dulu di dispenser air, ke WC ... sampai
akhirnya memang pengin tidur beneran. Berdasarkan hasil browsing tentang sleeping at Changi Airport, bandara
Changi relatif nyaman untuk tidur jika transit. Jadi, nggak masalah dong kalau
kami menunggu jadwal beroperasinya MRT di dalam area transit. Kami lalu memutuskan
untuk menunda melewati bagian imigrasi. Kami memilih untuk mencari tempat yang
nyaman dan siap-siap tidur.
Sebetulnya,
di Bandara Changi ada rest area, alias
tempat yang diperuntukkan bagi para traveller transit. Tapi kalau malam hari
begitu, tempat ini pasti sudah penuh. Rest area yang saya tahu ada di Terminal
3 (T3), di lantai atas. Petunjuknya jelas sih, jadi nggak mungkin nyasar. Tapi
karena petunjuknya jelas, yang ke sana juga banyak banget.
Akhirnya
kami berdua memutuskan untuk duduk di TV Lounge. Tempat ini adalah area dimana
orang dapat duduk di sofa sambil menonton TV. Letaknya dekat dengan rest area
T3. Saya memilih duduk di sofa yang dekat colokan listrik. Hitung-hitung
sekalian ngecharge handphone. Eh, sofa di sebelah diisi oleh seorang turis
lain. Jadinya teman saya duduk di sofa sebelahnya lagi. Dan kemudian tidurlah
kami di sofa masing-masing.
Jam 3
pagi saya bangun dan ... teman saya sudah tidak ada di sofanya. Saya pikir,
paling dia ke WC. Jadi sayapun tidur lagi. Waktu saya bangun lagi, kira-kira 20
menit kemudian, teman saya belum terlihat lagi. Bingunglah saya. Soalnya kami
kan janjian ke pusat kota barengan.
Sofa di TV Lounge. Di dekat sini ada banyak sofa yang bisa dipakai tidur untuk penumpang transit. |
Untung
kami masing-masing beli paket internet luar negeri, jadi nggak terlalu peduli
dengan password wifi bandara. Saya langsung buka handphone dan menemukan pesan
dari teman saya bahwa dia kena sweeping oleh polisi bandara. Jadi, saat itu dia
sudah lewat bagian imigrasi. Lha? Kok saya nggak dibangunkan? Atau karena
terlalu pulas saya nggak bangun-bangun dan kemudian dicuekin petugas?
Buru-buru
saya berangkat ke bagian imigrasi untuk ikutan keluar area transit. Akan tetapi
... tidak ada orang yang jaga di bagian imigrasi. Waduh. Panik juga saya. Saya
lalu memilih duduk di salah satu bangku di dekat kios makanan di situ. Terus
saya sampai turun ke area imigrasi dan menulis embarcation card di meja dekat
situ, siapa tahu ada yang nyadar ada yang mau keluar imigrasi. Tapi beneran
nggak ada petugas di bagian imigrasi.
Saya
pun mencari layar pengumuman arrival, untuk tahu jadwal mendarat pesawat selanjutnya.
Ternyata pesawat selanjutnya baru datang satu jam lagi. Jadinya, saya menunggu
di area duduk dekat kios makanan, sampai ada rombongan yang perlu lewat
imigrasi. Harapannya, saya tinggal ikutan. Tapi sampai lama nggak ada rombongan.
Ternyata mereka turun di Terminal 2. Lha saya kan di Terminal 3. Gimana, sih?
Saya
pun jadinya pergi ke area TV Lounge terus tidur lagi. Tapi nggak tenang nih
tidurnya, soalnya teman saya sudah di luar. Selain itu, khawatir juga
kalau-kalau saya nantinya kena masalah di imigrasi. Jam lima lebih, saya
kembali lagi ke dekat bagian imigrasi. Tetap nggak ada petugas. Yang melewati
bagian imigrasi hanya dua orang yang semuanya lewat AIG alias Autommated Immigration Gate. Sebetulnya
saya melihat ada petugas yang sempat mondar-mandir di area imirasi. Tapi dia cuma
lewat saja. Hadeuh ... saya jadi nggak sabar mau keluar area transit.
Sekitar
jam 6 baru saya melihat ada satu orang petugas yang stand by di loket imigrasi. Langsunglah saya menuju ke sana. Untung
petugasnya nggak banyak tanya. Dia cuma tanya, mau di Singapura berapa hari.
Saya bilang sehari. Udah. Terus paspor dicap. Lewatlah saya, tanpa ada
tanya-tanya lagi, dan keluar ke arrival hall.
Ternyata,
saudara-saudara, kalau kita kena sweeping polisi bandara dan harus melewati
imigrasi di malam hari, kita masih bisa tidur di area bandara. Di arrival hall
juga ada sofa-sofa yang ditata dan juga karpet tebal dimana turis bisa
bergeletakan tidur di situ. Kalau penuh, tidur di dekat taman buatan juga bisa,
soalnya di situ lantainya kayu, jadi tidak sedingin tegel. WC juga ada, jadi
nggak perlu khawatir. Cuma memang AC-nya dingin banget. Kalau di area transit,
udaranya cenderung sejuk dan lebih menyenangkan.
Sofa di arrival hall, setelah melewati imigrasi. Bisa untuk tidur juga. |
Nah,
saya tinggal mencari teman saya nih. Ternyata area sofa dan karpet semacam itu
tidak hanya satu. Jadi saya harus cek setiap tempat untuk menemukannya. Setelah
bertemu, barulah saya bisa mendengarkan cerita asli darinya. Ini dia kisahnya.
Alkisah,
sekitar jam dua-an, polisi bandara melakukan sweeping. Iya, petugasnya yang
pake bawa-bawa senjata laras panjang itu. Tentunya mereka mencari orang-orang
yang tidak berhak tidur di bandara. Nah, sofa di antara saya dan teman saya
sudah diisi oleh satu keluarga dengan muka Timur Tengah dengan anak-anaknya. Mungkin
menarik perhatian juga ya, keluarga dengan anak-anak. Waktu petugas
tanya-tanya ke keluarga itu, teman saya terbangun.
Ketika
petugas mau membawa pergi keluarga itu, salah satu sempat melihat ke teman
saya. Lha teman saya kan sudah bangun, jadi dia pun melihati para petugas itu.
Si petugas yang melihat teman saya lalu minta paspor dan tiket pesawat. Teman
saya bilang kalau dia sedang menunggu MRT beroperasi. MRT kan baru beroperasi
jam setengah enam pagi. Si petugas bilang, MRT akan segera beroperasi lagi,
jadi lebih baik menunggu di arrival hall di luar batas imigrasi. Ya sudah, teman
saya pun segera meluncur ke imigrasi dan meninggalkan saya yang masih nyenyak.
Kenapa
saya nggak dibangunkan oleh petugas, padahal saya kan di sebelah keluarga itu
juga, tapi di sisi satunya? Entahlah.
Jadi saudara-saudara
sekalian, kalau datang ke Singapura dan kemalaman, lebih baik tidak tidur di
area transit. Mendingan langsung melewati area imigrasi dan tidur di sofa di
arrival hall atau nongkrong di salah satu restauran di luar sana. Kalau di area
transit, ya bisa kena sweeping sekitar jam 2-an. Kalau beruntung seperti saya,
ya nggak masalah. Tapi kalau kena sial seperti teman saya, kan sempat deg-degan
juga.
Tapi,
kalau memang ke Singapura hanya untuk transit, dan ada tiket lanjutannya, nggak
perlu khawatir. Bandara Changi adalah salah satu tempat yang nyaman untuk
istirahat sambil menunggu pesawat lanjutan. (Saya sendiri juga beberapa kali
transit di Singapura dan fasilitasnya oke.) Happy travelling!
Setujuuu.. Transit beberapa jam di Changi gak krasa, bisa sambil cuci mata :)
BalasHapusBener. Banyak yang bisa dilihat.
HapusDuh denger cerita mbak jadi pengen ke singapur, nginep di bandara semalampun okelah hihi
BalasHapusJanganlah kalau nginep di bandara... Ntar seperti temen saya tuh, disuruh keluar juga.
HapusUntuk transit tentunya nyaman ya, Mbak, apalagi fasilitasnya oke...
BalasHapusKalau untuk transit, emang oke banget.
HapusWah, kalau transit gak usah bimbang lagi mau ngapain ya, fasilitasnya kece banget bandaranya
BalasHapusBener banget.
HapusOooo, jadi gitu trik nya. Belum pernah pergi keluar negeri nih kak Dyah. Baca baca terus, semoga berangkat kemudian. Hehe
BalasHapusKalau ada kemauan, pasti ada jalan, kok.
Hapuslima hari yang lalu juga kebetulan sayah berada di bandara Changi juga, tapi bukan mau terbang sih, tapi cuma numpang ngamen di parkirannya...#ehh
BalasHapusWkwkwkwk....
HapusBener mbak, stay di bandara Changi selama transit asik koq, banyak juga yang tiduran, kalo laper ada aja store yang jualan selama 24 jam, yang penting aman dan nyaman...
BalasHapusthanks for sharing
Kalau amannya sih, bener. Yang penting kitanya juga nggak aneh-aneh.
HapusDuuuh senengnya yang halan2 ke Singapura :) Hehee jadi tau nih tips bobo syantik di Bandara Changi. Mendingan lewatin imigrasi dulu ya trus cari resto gitu dari pada di tempat transit ntar dicyduk petugas hehehe. Tq infonya lengkap nih. Mudah2an kpn2 aku bisa ke sana bareng anak2 dan suami.
BalasHapus1st time coming here
BalasHapuskapan ya soetta ini bisa jadi kayak changi
masak changi ini bisa ada taman kupu" lah, bioskop lah, kolam renang lah
hhhhh
Buat Singapura, bandara juga bisa jadi tempat wisata. Kalau di Indonesia, mungkin Pemerintah juga bingung saking banyaknya potensi tempat wisata sampai ke ujung-ujung Indonesia. Boro-boro mau menjadikan bandara sebagai tempat wisata.
HapusHahhaa lucu mba ceritanya. Mudah2an saya bisa segera jalan2 kesana, dan ngrasain tidur di sofanya bandara, #ehh
BalasHapusEh? Malah mau nyobain sofanya.
HapusOke sipp sya juga harus bsa keliling sini nanti sekalian traveling ke Singapore. Aamiin..
BalasHapusYuuk...
HapusAmin....
Jadi inget dulu jaman nggembel di airport changi, hahaha
BalasHapusAhaha... kenangan jaman masih muda ya.
HapusUntung kak Dyah ngga ikut tercyduk ... 😁
BalasHapusKalau sampai teryduk .., wah langsung medadak tenar namanya ...
'Oh ini to orangnya si admin sukasukadee ' .. 😂
Waduh, jangan sampai deh, tertangkap begitu. Hahaha ...
HapusBerarti kalo niat tidur di area Bandara, area sebelum imigrasi, mesti bener2 tidur aja, jadi nggak dibangunin petugas sweeping. :D
BalasHapusAhaha ... asal gak sial aja.
Hapus