Artikel ini dibuat sebagai bagian dari BPN 30 Day Blog
Challenge
Kalau ditanya apa yang harusnya
sudah saya lakukan sejak masih kecil, saya akan bilang: belajar berenang. Kalau
saya sudah bisa berenang dari jaman dahulu kala, mungkin saya sudah mencoba
berenang di banyak tempat.
Alkisah, waktu saya masih SD, orang
tua saya kadang-kadang mengajak anak-anaknya berwisata ke tempat pemandian
umum. Sumber air yang ada di sekitaran Jawa Tengah memang seringkali dijadikan
tempat pemandian umum. Alat keamanannya sederhana, dan untuk membantu yang
tidak bisa berenang, disediakan ban (ban dalam roda mobil) yang diisi penuh
udara.
Suatu hari, saat saya diajak
mengapung dengan ban di tempat yang agak dalam, saya bandel. Saya malahan duduk
di atas ban, bukannya mengapung di bolongan di tengahnya. Tentunya ban menjadi
tidak seimbang dan saya pun jatuh. Saya ingat, ketika di dalam air, saya
melihat pemandangan yang menakjubkan: air di sekitar saya berkilau karena sinar
matahari, bebatuan di tepi kolam berwarna kehijauan, dan semua bergerak dengan
harmonis. Saya sih cuma shock sebentar. Tapi orang tua saya ketakutan. Sejak
saat itu, sekeluarga tidak pernah pergi ke kolam bersama.
Setelah saya bekerja, baru saya
ingin belajar berenang. Alasannya, supaya bisa lebih menikmati tempat-tempat
wisata. Soalnya, kalau ada ajakan teman-teman ke Waterpark, pasti saya tolak.
Terus, kalau ada ajakan berenang bareng, pasti saya tolak juga. Waktu rame-rame
ke Garut, pergilah kami ke Waterpark. Saya cuma duduk manis di pinggir kolam
sementara yang lain mondar-mandir di air. Pas jalan ke Banda Neira, orang-orang
bisa berenang di laut, saya cuma nonton aja.
Nggak bisa berenang? Berani naik kapal beginian tanpa pelampung? |
Jadi, beberapa tahun yang lalu, saya
menyetujui ajakan seorang teman kantor untuk belajar berenang. Waktu itu umur
sudah kepala tiga, ya. Mungkin ada yang bilang, belajar berenang umur segitu
sudah telat. Tapi mayoritas teman-teman kantor sangat mendukung rencana kami
berdua belajar berenang. Alasannya, berenang adalah olah raga yang cocok untuk
segala umur.
Mulailah kami kursus berenang.
Kursusnya di Manggala Wanabakti. Setiap hari, 10 kali pertemuan, setiap jam 6
pagi. Jadi setiap jam 5:00 kami berangkat ke tempat kursus, dan jam 7:30 kami
berangkat ke kantor. Bahwa kami harus bangun super pagi setiap hari, tidak
masalah. Kan lumayan, jadi lebih rajin.
Mungkin karena memang minat
berenang, ya, pertemuan keempat, saya sudah bisa meluncur dan mengayuh sampai
tengah kolam. Hari ketujuh, sudah bisa dikatakan bisa berenang, meskipun
sebentar saja. Sayangnya, setelah kursus berakhir, saya pun tidak berenang
lagi. Padahal di dekat rumah ada kolam renang. Tapi masih belum berani berenang
sendirian.
Suatu hari, datanglah ibu saya,
menginap di rumah. Dia mengajak saya untuk berenang. Dengan senang hati, saya
berenang bersama ibu saya. Dia sih muter-muter keliling kolam. Saya hanya
menyeberang kolam di sisi yang pendek. Tapi karena ada temannya, saya jadinya
tetap di dalam kolam. Lama-kelamaan, saya semakin percaya diri berenang.
Sekarang sih, kalau mau berenang di kolam, ya saya tinggal nyemplung saja,
meskipun tidak ada temannya. Nggak masalah. Bahkan, ketika di Belitung,
disengat ubur-ubur pun, saya tetap masih ingat mengapung.
Jadi, kalau boleh memilih, saya
bakalan memilih belajar berenang dari SD. Supaya bisa lebih sering mencoba
berenang di banyak tempat, termasuk di pantai dan sungai. Tapi paling nggak,
sekarang saya sudah bisa berenang. Oh ya, buat yang merasa sudah terlalu tua
untuk belajar berenang, jangan kalah dengan ibu saya. Ibu saya baru belajar
berenang di usia 50-an tahun. Sampai sekarang dia masih berenang seminggu tiga
kali. Sehat, kan.
Saya belajar berenang usia 24 mba, ibu sayaaaa malah usia 60 tahun. Belajar memang gak mengenal usiaaaa yaaa, asal mau, pasti bisaa
BalasHapusWah, hebat banget ibunya. Memang sepanjang punya semangat, usia bukan hambatan untuk belajar.
HapusBetter late than never mbak hehe
BalasHapusAnyway, saya jadi kepengen ke kolam renang dehh
Yuk,yuk, berenang.
HapusPas masi kecil ban ga seimbang jadinya sempat tenggelamkah? Wah aku masi 29 masi ada kesempatan juga berarti buat les renang, konon renang cepet myedot lemak jg ya kak soalnya kli abis renang energi banyak kesedot
BalasHapusBtw hebat mamanya dikau, belajar ga kenal usia, buktinya sekarang bisa juga ya
Masih banyak kesempatan buat belajar, Mbak. Belajar berenang umur 50-an juga bisa.
HapusHihihi semamagat om
BalasHapusSalam sehat
Semangat juga. Btw, masa cantik mempesona begini dibilang om?
HapusBerenang memang penting banget mba, untuk sehat dan gak gampang panik kalau ada apa2 ya kan :)
BalasHapusSetuju....
HapusIriiiiiii. Saya belum bisa berenang sampai sekarang padahal rumahnya dekat sekali sama laut hahaha semangat Kak! Ibunya luar biasaaaaa. Sehat!
BalasHapusHehehe... berenang nggak kenal usia.
Hapus