Artikel ini dibuat sebagai bagian dari BPN 30 Day Blog
Challenge
Pergi sendiri? Tidak perlu khawatir.
Di jaman digital ini, hidup para solo traveller semakin dipermudah. Apalagi
dengan adanya komunitas-komunitas di media sosial. Buat yang mau coba-coba solo
travelling, atau solo backpacking, masuk ke komunitas backpacker atau traveller
di media sosial seperti facebook atau twitter akan
sangat berguna karena bisa mendapatkan berbagai informasi sebelum dan pada saat
perjalanan. Berikut ini beberapa contoh keuntungan dari komunitas di media
sosial untuk kaum solo traveller.
Informatif dan Interaktif
Mau tahu, bisa nggak jalan kaki dari
Meiji Jingu ke Takeshita Street di Harajuku, Tokyo? Bisa baca di blog. Tapi
melemparkan pertanyaan yang sama di komunitas backpacker, dijamin mengundang
banyak jawaban yang membuat pikiran kita terbuka. Siapa tahu jadinya malah lanjut
jalan kaki ke Shibuya Crossing.
Pakai kaca pembesar di komunitas
tersebut, bisa dapat lebih banyak informasi lagi: itinerary yang sudah pasti bisa
jalankan, perkiraan harga, dos and don’ts,
bahkan rekomendasi tempat penginapan. Dari pada capek browsing di internet
satu-satu, mendingan cari di komunitasnya. Langsung dapat semua. Lebih topnya
lagi, semua informasi itu datang dari tangan pertama. Bisa kita korek-korek lebih
lanjut. Kalau blog, kadang-kadang yang menulis cuma menyontek toko sebelah.
Bisa minta informasi atau bantuan, bahkan di tengah
perjalanan
You'll Never Walk Alone |
Sudah jamak, ada yang tanya di
komunitas medsos: “Waduh, gara-gara taifun dan banjir, nggak bisa ke Boracay
nih. Udah tiket hangus, nyangkut di Manila pula. Enaknya ngapain lagi ya di
Manila?” Dijamin akan ada banyak jawaban, dari yang cuma main-main sampai yang
serius. Percayalah, selama kita tidak kecil hati dengan bullying (yang entah kenapa selalu ada) atau jawaban main-main,
kita selalu akan menemukan ide-ide kreatif untuk mengubah perjalanan kita
menjadi lebih menyenangkan.
Dapat teman jalan
Ini adalah salah satu keuntungan
ikutan komunitas. Kadang ada yang bisa ketemuan di beberapa titik perjalanan
kita. Misalnya nih, dari Jakarta mau ke Ubud, tapi yang transportnya murah.
Ambil kereta ekonomi dari Jakarta ke Yogyakarta, lanjut kereta ekonomi ke
Banyuwangi, naik ferry, terus lanjut bus. Nah, sudah biasa, kalau kita bisa
jalan bareng dengan teman yang kenal di komunitas. Waktu di Yogyakarta dapat
teman yang sama-sama mau ke Banyuwangi, terus waktu di Denpasar dapat teman
lagi yang sama-sama mau ke Ubud. Lumayan kan, menambah pengalaman. Yang penting
waspada saja, soalnya isi hati orang, siapa yang tahu.
Nah, kenapa takut solo
travelling? Jalan-jalan boleh sendiri, tapi dengan media sosial teman kita
banyak, kok.
Wah seruuu ya solo travelling. Masih wishlist di aku yg blom kesampean nih 😆
BalasHapusCoba saja, Mbak. Seru lho.
HapusSaya juga suka solo traveling; baik di Pulau Flores maupun keluar Pulau Flores, nyaman saja gitu. Tapi juga nggak menutup diri dari jalan bareng teman-teman hehehe. Rasanya memang beda dan masing-masing ada keuntungannya :D
BalasHapusIya ... setuju. Makanya kalau saya biasanya selang-seling, antara sendiri atau ramaian.
Hapus