Artikel ini dibuat sebagai bagian dari BPN 30 Day Blog
Challenge
Ketika saya pertama kali memutuskan
untuk membuat blog, tujuannya adalah untuk catatan pribadi. Buat saya, blog
adalah semacam buku kenangan, dimana saya bisa membaca ulang pengalaman saya
dan menjalani kembali kejadian-kejadian yang tak akan terulang lagi. Sengaja blog
ini lebih difokuskan sebagai travel blog,
karena salah satu cita-cita saya sejak kuliah adalah jalan-jalan keliling
dunia. Siapa tahu, waktu saya sudah tua banget, saya bisa membaca ulang kisah
perjalanan saya ke berbagai negara di dunia ini.
Tentunya, keliling dunia butuh banyak
modal, termasuk modal uang dan modal nyali. Kebetulan saya belum punya
dua-duanya. Jadi saya hanya bisa menjadi pegawai kantoran fakir cuti yang rajin
menabung untuk bisa bepergian. Masih untung, jumlah cuti dan hasil tabungan
masih memungkinkan untuk sesekali bepergian.
Nah, pada awalnya, blog ini
dimaksudkan untuk menjadi album jalan-jalan pribadi. Saya tidak pernah
memberitahu siapa-siapa tentang blog saya ini. Bahkan, di facebook sekalipun,
saya tidak pernah mempromosikan blog ini. Sebulan paling cuma satu dua orang
yang berkunjung. Ya nggak masalah.
Pada awalnya, blog saya ditulis dari dan untuk diri sendiri. |
Waktu saya masih mahasiswa, pergi ke
pusat kebudayaan asing adalah salah satu hiburan yang paling saya sukai. Selain
ada pertunjukkan seni, pemutaran film gratis, kadang juga ada acara kuliner.
Nggak cuma bisa menikmati suasana negara lain secara gratis, saya juga bisa
menambah teman di sini. Nah, berdasarkan kenangan itu, saya kemudian menuliskan
tentang pusat-pusat kebudayaan asing yang ada di Jakarta. Saya pikir, kalau
nggak bisa jalan-jalan, paling tidak bisa membayangkan lagi mengunjungi negara
mana ... gitu.
Tak disangka, ternyata artikel
tentang pusat-pusat kebudayaan asing laris. Dan saya lihat, kebanyakan keyword yang merujuk pada artikel saya
itu selalu terkait dengan transportasi. Misalnya, “cara ke IFI naik Transjakarta”
atau “Busway ke British Council”, dan lain-lain. Oleh sebab itu, saya kemudian
menuliskan artikel lanjutannya mengenai cara menuju ke pusat kebudayaan asing di Jakarta dengan kendaraan umum. Siapa tahu, artikel saya bisa menjadi
petunjuk arah bagi mereka yang berencana untuk menikmati hiburan kebudayaan
negara lain.
Nah, artikel inilah yang menjadi
salah satu artikel paling laris di blog saya, sejak bulan Mei 2014 sampai
sekarang. Sejak adanya kenaikan pengunjung yang signifikan, saya menjadi
tertantang untuk semakin rutin menulis di blog. Harapannya adalah, blog saya
bisa menjadi tempat orang mencari informasi. Nggak perlu informasi yang luar
biasa cerdas. Orang datang ke blog saya untuk cari tahu mengenai jalur Transjakarta ke Mal Ambassador saja sudah cukup membuat saya senang.
Dari buku kenangan sampai petunjuk
arah, menurut saya, blog ini tetap merupakan salah satu catatan saya mengenai
perjalanan hidup saya.
Wah bener banget mbak, blog itu kek kenangan yang bisa kita simpan dan baca ulang.
BalasHapusSalam kenal ya, kalau berkenan followback blog aku ya Mbak.
Salam kenal juga ya Mbak.
Hapus