Tanggal
17 Juni 2018, kami punya waktu sehari untuk jalan-jalan di sekitaran Phnom Penh.
Karena kami tidak bermaksud ke tempat-tempat peringatan kekejaman Khmer Merah,
jadi kami hanya jalan-jalan di dekat hotel saja. Kebetulan, hotel kami letaknya
cukup dekat dengan Istana Kerajaan (The
Royal Palace) dan juga Museum Nasional Kamboja (National Museum of Cambodia), jadi maksud kami memang cuma seharian
muter-muter di sekitaran hotel saja. Nama hotel tempat kami menginap adalah Nawin Guest House.
Pagi-pagi,
kami memutuskan untuk jalan kaki di sekitar hotel dan menemukan sebuah pasar
kecil di dekat hotel. Pasar yang bentuknya mirip pasar tradisional di Indonesia
ini ramai dan terlihat kumuh. Ada penjual sayur, buah, koper, baju, dan juga
ada kafe-kafe yang masih tutup. Pasar ini ternyata terletak di belakang sebuah
kuil besar yang merangkap biara, yaitu Wat Ounalum. Kuil yang nampak mewah ini
adalah pusat agama Budha di Kerajaan Kamboja.
Nah, di
bagian depan dari kuil ini, mengalir sungai Tonle Sap, yang bersumber pada
danau Tonle Sap. Di pinggir sungai terdapat jalur pejalan kaki yang cukup
lebar. Karena hari itu adalah hari Minggu, ada banyak penduduk yang jalan-jalan
dan olah raga di tepi sungai. Selain opa-opa dan oma-oma yang jalan sehat,
anak-anak muda jogging dan beberapa menggunakan alat-alat olah raga publik yang
ada di dekat situ.
Kami
tidak berlama-lama di situ karena kami langsung berbelok ke untuk mencari
Istana Kerajaan. Walau sudah menggunakan teknologi Google Maps, tetap saja kami
nyasar. Adanya kami malahan berputar melewati Royal University of Fine Arts
yang merupakan unversitas tertua di Kamboja. Saya nggak foto-foto di sini
karena gedungnya kurang menarik, bahkan agak terkesan kumuh. (Tapi karena yang
belajar di sini adalah mahasiswa seni, ya saya agak-agak memaklumi tingkat
eksentrisitasnya. Yang merasa mahasiswi DKV super trendi dan artis instagram,
jangan tersinggung ya. Seni itu ada bermacam-macam wujudnya.)
The Throne Hall di the Royal Palace, salah satu bangunan yang wajib dikunjungi kalau ke Phnom Penh. |
Bangunan
yang paling menarik perhatian adalah The Throne Hall yang merupakan tempat
singgasana raja. Bagian dalam bangunan tidak boleh dimasuki dan tidak boleh
difoto. Jadi, turis hanya bisa mengintip dari jendela atau pintu yang dibuka
sedikit. Selain The Throne Hall, ada juga Moonlight Pavillon dimana
dilaksanakan acara-acara kerajaan, dan bagunan yang disebut sebagai Hor Samran
Phirun yang sekarang menjadi museum barang-barang milik kerajaan.
Di
bagian lain dari istana, ada yang disebut sebagai Silver Pagoda. Bangunan ini
berisikan banyak banget patung-patung Budha dalam berbagai posisi dan ukuran yang
terbuat dari batu-batu mulia, batu jade, emas, dan perak. Kami berkeliling
melihat-lihat koleksi patung budha di sini dalam antrean. Dari anak-anak yang
digendong sampai nenek-nenek semua berjalan beriringan, dan kebanyakan orang
setempat menaruh uang di depan patung-patung Budha itu. Ada juga yang keluar
barisan untuk berdoa. Ada satu patung Budha yang besar banget, yang dipenuhi dengan berlian, dimana puluhan orang
berhenti di situ untuk berdoa. Sayangnya, saya nggak berani foto-foto di dalam
bangunan ini. Karena memang di sini dilarang mengambil gambar.
Bangunan-bangunan lain di kompleks Istana Kerajaan. |
Selain
Silver Pagoda, di kompleks ini ada juga stupa yang berwarna putih dan juga
patung Raja Norodom Sihanouk, yang merupakan raja pertama Kerajaan Kamboja
modern. Selain itu, komplek ini juga dikelilingi oleh selasar yang dilukis
tangan dengan kisah Ramayana. Agak keluar kompleks, ada museum pakaian
tradisional Kerajaan Kamboja, contoh model rumah tradisional, dan juga museum
barang-barang hadiah kerajaan dari negara lain.
Dari
The Royal Palace, kami naik tuk-tuk ke Wat Phnom. Wat Phnom adalah kuil yang
dibangun di atas sebuah bukit buatan di tengah kota Phnom Penh. Konon, kuil ini
adalah cikal-bakal kota Phnom Penh. Di atas bukit terdapat sebuah kuil dimana
orang ramai berdoa. Karena saya tidak bermaksud mengganggu orang yang sedang
berdoa, ya saya hanya lewat-lewat sebentar saja. Di dalam kuil terdapat banyak
patung Budha, yang mana masing-masing mendapat persembahan bunga teratai dan
lembaran uang.
Untuk
turis asing, untuk masuk ke Wat Phnom harus bayar USD 1 per orang. Kalau
penduduk lokal, gratis. Buat yang mau jalan-jalan di sekitar sini, harap
waspada. Soalnya kabarnya di sini sering ada insiden pencopetan. Untung selama
saya di Phnom Penh, kami dapat berjalan-jalan dengan aman. Oh ya, area Wat
Phnom sejuk dan rindang karena ada banyak pohon besar. Lumayan, bisa
duduk-duduk dulu sambil mengobrol.
Kuil Wat Phnom. |
Dari
Wat Phnom, kami pergi ke pasar Central Market. Biasanya, kalau saya
jalan-jalan, saya agak menghindari pasar karena di sinilah surganya copet dan
penipuan turis. Tapi karena kami mau belanja oleh-oleh, dan saya pikir, kapan
lagi jalan-jalan di pasar tradisional di Kamboja, jadi kamipun berangkat ke
sana.
Tibalah
kami di Central Market. Pasar yang bentuknya unik ini, ternyata didirikan di
tahun 1937 dengan arsitek dari Perancis. Pasar ini gede banget, dan macam-macam
barang ada di sini. Dari penjual jam tangan, emas, oleh-oleh kerajinan, koper,
sayuran, ikan asin, cemilan, makanan tradisional, baju, sampai barang
elektronik, semua ada di sana.
Di sini
kami membeli oleh-oleh berupa syal, manisan mangga, durian kering, dan kue-kue
kering. Buat yang mau belanja oleh-oleh halal, biasakan cek label halal di
bungkusnya. Kalau yang saya lihat, makanan yang buatan Vietnam ada label “halal”-nya. Kalau produksi asli Kamboja, nggak ada label “halal”. (Atau mungkin sebetulnya ada produk dengan label "halal" tapi saya tidak menemukannya?) Buat yang mau
cari oleh-oleh makanan khas Kamboja (nggak ada cap halal), boleh membeli
manisan mangga. Enak banget.
Di
pasar ini saya nggak berani foto-foto karena saya cuma bawa handphone untuk
foto-foto. Jadi, untuk koleksi foto-foto pasar, saya harus minta foto dari adik
saya yang membawa kamera. Buat yang berani foto-foto di sini, saya berani jamin
bakalan dapat hasil yang keren. Bangunannya sendiri unik, dan kegiatan di sini
banyak banget. Tapi ya itu ... jangan sampai kecopetan. Dari pasar, kami pulang
ke hotel untuk menaruh barang, makan siang yang cukup telat, dan kemudian jalan
kaki ke Museum Nasional.
(Bersambung.)
(Bersambung.)
Lihat bentuk bangunannya yang ada di gambar, khas banget ya.
BalasHapusIya, memang bangunannya banyak yang pola atapnya seperti itu.
HapusPagoda dan Kamboja itu semacam surat dan perangko ya, Kaks...
BalasHapusAhaha... iya.
HapusEmang Pagoda Pastiles... hehehehe
Hapusduh jaringan error barusan, padahal sudah ketik komentar. nggak masuk ya mbak.
BalasHapussaya suka nih perjalanan ke tempat-tempat yang ada unsur budaya dan keagamaan serta punya nilai historis seperti ini. bukan sekedar tempat rekreasi biasa, dan terkesan elegan. bangunannya itu loh, seperti punya kekhasan tersendiri. hehe moga lah saya bisa ke sana nanti
Iya, Mbak. Istananya memang keren. Memang masih dipakai sampai sekarang.
HapusHaduh...liat2 foto liburannya jadi keinget 4 taun lalu main ke HCMC. Blom pernah ke Phnom Penh, tapi seru bgt main ke museum dan bangunan bersejarah gini..
BalasHapusWaa ... dulu saya ke HCMC perginya ke pasar dan ke cafe, nggak ke museum. Tergantung teman jalan sih ya, itinerary itu.
HapusSalah satu bucketlistku nih Mba. Semoga suatu hari kesampean ke mari :)
BalasHapusAmin ...
HapusBangunannya bagus-bagus ya.. artistik gitu.. kapan saya bisa ke sana.. huhuhu..
BalasHapusBisa, lah... Amin...
HapusSebenarnya waktu nulis Patung BUddha banyak berliannya bakalan dapet fotonya.. duh ternyata gak bisa difoto ya, sayang banget.... sama suasana pasar biasanya juga obyek yang keren buat diambil fotonya
BalasHapus