Di Siem
Reap, Kamboja, ada istilah temple-mountain, atau
candi gunung. Yang dimaksud dengan candi gunung adalah candi yang disusun tinggi
berbentuk punden berundak yang dianggap merepresentasikan Gunung Meru, tempat bersemayam
para dewa. Umumnya candi gunung dikellilingi dengan parit atau danau kecil yang
dianggap merepresentasikan lautan. Menurut legenda hindu kuno, Gunung Meru
terletak di tengah samudra semesta.
Pre Rup, salah satu contoh candi gunung di Siem Reap. |
Candi
pertama Kerajaan Khmer kuno juga berbentuk candi gunung. Beberapa candi di awal
masa keemasan Kerajaan Khmer juga berbentuk candi gunung. Bakan, yang merupakan
bagian utama dari Angkor Wat juga berbentuk candi gunung. Kalau saya
perhatikan, pola candi yang berundak adalah pola candi yang juga ada di
Indonesia, misalnya Candi Borobudur. Hanya saja, detil ukiran candi dan bentuk
atapnya lebih mengingatkan saya pada Candi Prambanan.
Ada dua
candi gunung yang saya kunjungi selama di Siem Reap, yaitu candi Pre Rup dan candi
Ta Keo. Secara umum, bentuk keduanya hampir mirip. Nah, berikut ulasan singkat
mengenai kunjungan saya ke kedua candi tersebut.
Pre Rup
Candi
Pre Rup adalah salah satu tempat melihat sunset yang cukup populer di Siem
Reap. Umumnya candi di sekitaran Siem Reap sudah ditutup untuk umum di jam
17:30. Tapi untuk candi Pre Rup, wisatawan masih dapat berkunjung di sini
sampai jam 19:00. Memang candi ini ditonjolkan sebagai tempat menikmati
pemandangan waktu matahari tenggelam.
Candi Pre
Rup terdiri dari satu bangunan besar yang mana untuk menuju ke platform di
atasnya kita harus menaiki tangga yang cukup tinggi dan terjal. Untungnya sudah
dibuatkan tangga kayu bantuan, sehingga mempermudah pengunjung untuk naik ke
atas. Saya sih, nggak mau lama-lama di platform atas ini. Matahari belum tenggelam, saya juga sudah turun. Nggak kebayang kalau gelap-gelap setelah matahari terbenam, masih harus
turun tangga candi yang tingginya sekitar 12 meter.
Sunset di Pre Rup. Kepala-kepala yang terlihat adalah beberapa dari pengunjung yang memenuhi candi. |
Pre Rup di saat matahari terbenam. |
Konon
candi ini adalah tempat upacara kremasi dan kematian, sehingga kemudian
dinamakan oleh penduduk setempat Pre Rup yang artinya “memutar badan”. Jaman
dahulu, abu hasil pembakaran jenazah akan diputar sepanjang upacara kematian (kemungkinan
di platform atas candi). Tapi sebetulnya hal ini masih merupakan perdebatan di
kalangan para ahli.
Buat
yang mau foto-foto di sekitaran Pre Rup di saat sunset, sebaiknya datang awal.
Soalnya yang mau menonton sunset di situ banyak. Dari jam 4 sore, sudah ada yang
ngejogrog di atas candi sambil pasang tripod dan kamera gedenya. Selain itu, pasangan-pasangan
turis dan orang lokal sudah duduk-duduk di tangga-tangga di bangunan paling
atas. Kalau punya waktu cukup, foto-foto bagian bawah candi dengan suasana
sunset juga oke lho.
Ta Keo
Candi Ta
Keo adalah candi gunung yang dibuat dari batu pasir. Candi ini dianggap sebagai
candi tertua yang dibangun seluruhnya dari bahan batu pasir. Candi ini
bentuknya mirip-mirip sih dengan Pre Rup. Tapi tangganya lebih terjal. Tidak
ada tangga kayu bantuan, jadi orang harus cukup berhati-hati untuk naik ke
atas.
Berhubung
di tangganya tidak ada pegangan tangan dan jarak antara satu pijakan ke pijakan
lain cukup tinggi, ibu dan adik saya tidak ikutan naik ke atas. Ternyata, ada
juga beberapa orang yang tidak mau naik ke atas karena takut tidak bisa turun.
Jadi, dalam beberapa rombongan turis yang datang, selalu ada yang hanya
duduk-duduk di dekat pagar di bawah.
Candi
Ta Keo bisa dibilang sudah selesai dipugar. Tentunya tidak bisa selesai dengan
sempurna, karena candi ini dari dulunya memang tidak pernah diselesaikan.
Menurut Wikipedia, di masa pembangunannya, candi ini tersambar petir dan dianggap
membawa sial. Oleh sebab itu, pembangunan candi tidak pernah diselesaikan. Tentunya
ada juga kemungkinan lain yang menyebabkan candi ini tidak selesai.
Candi Ta Keo dengan tangga yang tinggi dan lumayan terjal. |
Salah satu menara di atas candi. |
Buat
yang jalan-jalan ke kedua candi ini, saran saya, pakai sunscreen karena di sini
panas dan tidak ada atap. Pakai topi lebih baik. Tangganya lumayan terjal, jadi
kalau jalan bareng orang yang kakinya atau matanya lemah, harap dibantu. Kalau
hujan, kemungkinan licin, jadi harus lebih waspada. Tapi secara umum,
berkunjung ke candi gunung seperti dua contoh di atas cukup memberikan
pengalaman yang mengesankan.
Nah, demikian kisah perjalanan saya mengunjungi candi-candi di sekitaran Siem Reap. Tapi Siem Reap tidak hanya memiliki candi sebagai tempat wisata unggulannya, lho. Masih ada daya tarik lainnya yang juga patut dieksplor. Tunggu artikel lanjutannya ya.
Nah, demikian kisah perjalanan saya mengunjungi candi-candi di sekitaran Siem Reap. Tapi Siem Reap tidak hanya memiliki candi sebagai tempat wisata unggulannya, lho. Masih ada daya tarik lainnya yang juga patut dieksplor. Tunggu artikel lanjutannya ya.
Dramatis banget pemandangan di candi Pre Rup saat sunset, kak ...
BalasHapusCandi Te Keo juga unik dengan bukaan tangga lebar, jarang aku nemuin candi dengan bukaan tangga selebar itu.
Yang model begitu memang jarang di Indonesia. Tapi kayaknya candi Borobudur tangganya juga lebar, deh.
HapusWah, keren banget bisa menikmati langsung, ya. Pas sunset itu mencuri perhatian banget..
BalasHapusPas sunset candinya penuh dengan penikmat sunset. Emang itu salah satu spotnya.
HapusKambojaaaa... Urusan imigrasinya gimana tuh kamboja ? Rumit gak ?
BalasHapusWarga negara Indonesia bebas visa untuk masuk ke Kamboja. Dan kalau masuknya naik pesawat, imigrasinya gampang kok. Kemarin kami lewat-lewat aja.
HapusKeren juga ya tempat melihat candinya.. Candi Pre rup memang menawarkan destinasi sunsed yang apik yaa
BalasHapusBetul sekali, Pak!
HapusAwesome! Jadi pengen ke sini jugaaaa *sya la laaaa*
BalasHapusYuuk ...
Hapussungguh luar biasa peninggalan pendahulu kita
BalasHapusOrang jaman dulu membangun bangunan megah dengan batu, Pak. Orang jaman sekarang membuat satelit yang melayang di angkasa. Semua ada masanya.
Hapus