Tepat
di hari ulang tahun Kartini yang lalu, tepatnya tanggal 21 April 2018, saya
tiba di Stasiun Solo Balapan sekitar jam 5:10 dini hari. Supaya menghemat
waktu, saya memang sengaja naik kereta api Argo Lawu yang berangkat dari Stasiun
Gambir jam delapan malam. Jadi, saya sudah sampai di Solo dini hari dan bisa mulai
beraktivitas di pagi hari.
Sebetulnya,
saya sudah sering kali naik kereta ke Solo dan turun di Stasiun Solo Balapan.
Tapi biasanya saya buru-buru meninggalkan stasiun karena sudah ada jemputan
atau karena sudah ada keperluan lain. Tapi pagi itu, saya cukup santai sehingga
tidak buru-buru keluar stasiun.
Stasiun Solo Balapan. |
Menurut
Wikipedia, stasiun Solo Balapan adalah salah satu stasiun besar tertua di
Indonesia. Stasiun yang mulai dibangun di tahun 1863 ini diresmikan di tahun
1873. Dulunya tanah tempat stasiun ini adalah lahan pacuan kuda milik Keraton Mangkunegaran.
Kampung yang terletak di dekat lahan pacuan kuda ini disebut sebagai kampung
Balapan. Jadi, tidak heran ketika stasiun ini difungsikan, namanya disebut
sebagai Stasiun Balapan.
Stasiun
ini memiliki 12 jalur rel yang terbagi menjadi dua emplasemen, yaitu utara dan
selatan. (Oh ya, istilah emplasemen ini saya pinjam dari Wikipedia. Kalau saya
pribadi sih mengangapnya dibagi menjadi dua bagian.) Umumnya, kereta penumpang
berhenti di emplasemen selatan. Kereta api Argo Lawu juga berhenti di
emplasemen selatan. Sedangkan emplasemen utara adalah untuk kereta barang dan kereta
penumpang jarak dekat. Di sebelah utara stasiun juga ada sebuah Dipo Lokomotif.
Kereta Argo Lawu yang saya naiki. Di sebelahnya adalah bangunan bagian utara. |
Bangunan
stasiun di bagian utara dan selatan juga sedikit berbeda. Bangunan bagian
selatan sudah lebih sering mengalami renovasi dan perubahan, sedangkan bangunan
di bagian utara relatif tidak banyak perubahan dari dulu. Jadi, bangunan yang
di bagian utara terkesan lebih kuno dan bernuansa kolonial. Sementara bangunan
selatan lebih banyak dipenuhi dengan kios penjual makanan serta oleh-oleh,
bangunan utara lebih banyak menyediakan fungsi layanan, misalnya toilet,
mushola, dan pos kesehatan.
Bangunan
bagian selatan adalah bagian “depan” dari stasiun. Wajar tempat ini paling
sering direnovasi, disesuaikan dengan perkembangan jaman. Dulunya, penumpang
masuk melalui lobby utama di bagian tengah. Akan tetapi, sekarang penumpang
masuk melalui jalur baru di sebelah barat. Saya sendiri bisa dikatakan sudah
lama tidak naik kereta dari Stasiun
Solo Balapan. Jadi memang sempat kaget juga waktu menyadari perubahan ini.
Salah satu bagian dari bangunan bagian utara. |
Tempat duduk penunggu di utara. |
Salah satu bagian dari bangunan selatan. |
Untuk
yang mau berkunjung ke Solo lewat kereta, jika naik kereta semacam Argo Bromo
atau Argo Dwi Pangga, pasti akan turun di Stasiun Solo Balapan. Untuk
melanjutkan perjalanan, bisa dengan becak atau taksi yang ditawarkan di depan
pintu kedatangan, atau dengan naik bus dari Terminal Tirtonadi. Tidak perlu
khawatir mengenai cara ke terminal karena ada jembatan layang khusus yang bisa
mengantar penumpang kereta menuju Terminal Tirtonadi. Kebetulan, terminal ini
memang cukup dekat dengan stasiun.
Sebagai
catatan tambahan, di Solo ada empat stasiun kereta api, yaitu Stasiun Solo
Balapan yang paling besar, Stasiun Purwosari yang selalu ramai, Stasiun Jebres
yang termasuk cagar budaya kota Solo, dan Stasiun Solo Kota yang hanya melayani
kereta jurusan Wonogiri. Keempat stasiun kereta api ini aktif hingga sekarang.
Untuk ukuran kota sebesar ini, adanya empat stasiun kereta api ini menunjukkan
aktifnya perputaran ekonomi kota Solo dari jaman dahulu hingga sekarang. Sedangkan
Terminal Tirtonadi adalah terminal utama kota Solo. Kalau ada yang hendak
mengunjungi kota Solo naik bus, bisa dipastikan tempat pemberhentian
terakhirnya adalah Terminal Tirtonadi.
Lobby depan yang sekarang sudah tidak digunakan lagi. |
Jembatan menuju ke Terminal Tirtonadi, melewati emplasemen utara. |
Adapun
saya, setelah berputar-putar di stasiun dan foto-foto, maka sekitar jam enam
kurang saya pun keluar stasiun dan memesan ojek online. Berhubung ojek online
tidak boleh mengambil penumpang di area stasiun, maka saya harus keluar dulu.
Kalau janjiannya dengan abang ojek online di Alfamart, maka keluar gerbang kita
harus jalan ke kanan, sedangkan kalau janjiannya di pom bensin maka kita jalan
ke kiri. Dengan bantuan GoogleMaps, niscaya tidak akan nyasar.
Nah,
demikian sedikit kisah saya mengenai Stasiun Solo Balapan. Siapa tahu suatu
saat nanti saya menceritakan stasiun-stasiun lain di Solo, jika ada kesempatan.
keren dan bersih stasiunnya, nyaman sepertinya mampi kesana nanti
BalasHapusIya ... kalau ke Solo, coba naik kereta. Kualitas kereta sekarang lumayan OK kok.
HapusMbak Dyah, saya baca postingan ini jd inget lagunya Didi Kempot lo hehehe...
BalasHapusHahaha ... iya juga, ya.
HapusBener sih harus jalan dulu lah itung-itung perjuangan ya, karena si ojol gak boleh narik di area stasiun..hehe
BalasHapusPadahal bulan apa ya saya ke Solo, tapi rasanya pengen kesana lagi, dulu sempat juga waktu sampe disana hujan besar, dan untungnya mau pulang. Memang gak bisa jalan-jalan sih kalau hujan mah..he
Tapi bisa lah kapan2 ke Solo lagi, dari Jogja kan gak begitu jauh..
Ah kalau Solo - Yogya sih dekat. Tinggal naik Prameks saja.
HapusBaru tahu sejarah dari nama Stasiun Balapan setelah baca ini. He...
BalasHapusNggak nyoba nyebrang lewat Sky Bridgenya sekalian, mbak? Tapi lumayan jauh ding kalau sampai ke Terminal Tirtonadi. Saya waktu itu sempet iseng-iseng nyoba, juga keringetan jalan dari Balapan - Tirtonadi XD
Saya malahan belum pernah naik Sky Bridge-nya. Kapan-kapan kalau ke Solo lagi nyobain naik jembatannya deh.
HapusWah enak ya jadi travel blogger ya,,,, bisa jalan-jalan sekaligus membagikan pengalamannya melalui blog. Perpaduan 2 hobi yang menyenangkan. 😊
BalasHapusTerima kasih, Pak. Lha mumpung bisa, kan sekalian aja.
HapusWah salam hangat selalu, jadi ingat lirik sebuah lagu, dan ulasan ini mengingatkanku pada periode waktu 5 tahun lalu saat berlabel mahasiswa hehhe. nice post
BalasHapusWahaha ... stasiun kereta bisa jadi tempat kenangan ternyata.
HapusIni stasiun yang ada di lagu campursari Mas Didi kempot bukan bagusnya ruangan didalamnya, suka suka suka.
BalasHapusIya... ternyata banyak ya yang tahu lagunya Didi Kempot.
HapusKulo sampun pernah ning stasiun Solo Balapan, mbakyu Dyah.
BalasHapusSekarang penataannya apik dan rapi.
Bangunan vintagenya tetap dipertahankan buat cafe.
Kak Dyah udah nyobain belum jembatan layang khusus pejalan kaki yang berada di halaman stasiun nembus ke terminal bus ?.
Panjaaaaang rutenya, kak 😁 ..., tapi asik buat jalan-jalan karena ditata modern.
Dari atas jembatan kita bisa lihat-lihat pemandangan.
Justru itu, saya cuma pernah memotret jembatan, tapi belum pernah naik. Harus nyobain nih, suatu saat, biar pengalaman yang dituliskan otentik. Hehehe...
HapusSiip,kak Dyah.
HapusCobain ya nglewatin jembatan layang itu.
Cuek aja sendirian jalan-jalan disana, aman kok karena kulihatin ada cctv-nya sepanjang lorongnya.
Dan jembatannya berdinding kaca lebar, jadi kita leluasa lihat pemandangan.
belum pernah naik kreta api ke Solo, bisa dicob
BalasHapusSiip...
HapusOke. Habis baca tulisan ini rasanya ingin langsung pergi ke Solo. Tapi enggak sekarang juga karena masih harus ngelunasin SP huhu. Kalau enggak ada halangan paling sekitar bulan September nanti(?)
BalasHapusKalau ke Solo, sekalian ke Yogya. Nanggung tuh, udah dekat.
HapusPengen ke solo naik kreta semarang solo yg murmer itu.. Tp blm kesampaian terus..
BalasHapusKereta Solo Semarang seru juga, lho. Pemandangannya oke, lah.
HapusKenapa ya kok dinamai Solo Balapan? :)
BalasHapusKarena di jaman Belanda dulu, di tempat stasiun ini berdiri terdapat sebuah lapangan tempat pacuan kuda. Jadi, lapangan ini adalah tempat "balapan jaran" atau pacuan kuda. Kampung di sekitar sini dulunya namanya memang kampung Balapan. Jadi waktu stasiun berdiri, wajar saja namanya mengikuti nama kampung tempat pembangunannya, yaitu Balapan.
Hapuskeren mbak stasiunnya, jadi penegn berkunjung melihat langsung hehe
BalasHapusYuk ... naik kereta api ...
HapusBaru tau dulunya solo balapan itu arena balapan... jadi asal kata balapannya dari sana ya
BalasHapusYah, jaman dulu banget. Waktu saya masih kecil, saya sering membayangkan bahwa namanya Stasiun Balapan karena kereta bisa balapan. Setelahbesar, semakin tahu kondisi, tentunya tahu juga kalau kereta nggak bakalan kebut-kebutan. Lha jalurnya cuma satu untuk bersama.
HapusMbah Dyah maaf mo nanya kalo pesan taksi online dari stasiun solo balapan tempat penjemputan terdekatnya dimana?Jauh engga dari stasiunnya?
BalasHapusNggak jauh, kok. Alfamart cuma 3 menit jalan kaki dari stasiun. Keluar stasiun, belok kanan, melewati halte bus, terus saja sampai lihat ada Alfamart di kiri jalan. Di GoogleMaps juga ada kok: Alfamart Wolter Monginsidi.
Hapusdi stasiun solo balapan aman gak mbak?
BalasHapusMaksudnya aman, apa ya? Sama seperti stasiun lainnya, harus waspada. Tapi pada dasarnya, selama kita tidak ceroboh atau meninggalkan barang sembarangan, insyaallah, tidak ada masalah.
Hapus