Di
bulan April 2018 yang lalu, saya dan ibu saya iseng-iseng main ke Taman
Balekambang. Kunjungan kami ini kebetulan bersamaan dengan study tour sebuah
SD. Jadi kami tidak hanya menikmati suasana taman di tengah kota, namun juga
tawa canda dan tangis anak-anak yang berlarian di area taman. Menarik juga
melihat kawasan taman kota ini dijadikan tempat study tour anak SD, yang
berasal dari luar kota pula. Padahal dulu, kawasan ini sama sekali tidak
bersahabat dengan anak-anak.
Waktu
saya masih kecil, Taman Balekambang adalah nama yang membuat orang sinis. Taman
kota yang terbuka untuk umum ini dulunya sangat tidak terawat. Saya saja,
selama bertahun-tahun dibesarkan di Kota Solo, tidak pernah menginjakkan kaki
di taman ini. Taman yang tak terurus ini, waktu itu, lebih sering dipakai untuk
tempat mesum dibandingkan wisata keluarga. Tapi itu dulu ...
Danau buatan di Taman Balekambang. Bersih, lho. |
Di
tahun 2008, Taman Balekambang direnovasi oleh pemerintah dan dijadikan pusat
kegiatan seni dan budaya. Berbagai kegiatan budaya diadakan di sini.
Perubahan-perubahan yang dibuat menjadikan tempat ini kini menjadi salah satu
obyek wisata keluarga di kawasan Solo.
Sebelum
membahas tentang kondisi Taman Balekambang saat ini, mungkin saya perlu sedikit
mengutip Wikipedia mengenai asal-usul taman kota ini. Taman ini dibangun oleh KGPAA
Mangkunegara VII, yaitu Sultan Kraton Mangkunegaran, di tahun 1921 untuk kedua
orang putrinya. Jadi, taman ini sebenarnya adalah taman milik anggota keluarga
raja. Penggunaannya tentunya terbatas untuk lingkungan keluarga keraton.
Di
tahun 1970-an, taman ini dibuka untuk umum dan menjadi tempat kegiatan budaya,
antara lain ketoprak dan hiburan rakyat lainnya. Tapi di tahun 1980-an, tempat
ini menjadi tempat kumuh dan kurang layak untuk dikunjungi keluarga. Baru di
tahun 2008 tempat ini direnovasi dan perannya dikembalikan seperti sedia kala,
yaitu tempat wisata budaya.
Nah,
seperti yang saya tulis di atas, waktu saya berkunjung, ada juga SD yang sedang
study tour di situ. Memang, sepertinya Taman Balekambang menjadi tempat hiburan
murah meriah bagi wisata sekolah. Daya tarik utama taman ini bagi anak-anak
adalah beberapa ekor rusa yang bebas berkeliaran di dalam taman. Anak-anak
kecil ini tidak takut untuk mendatangi rusa dan mengelus-elus punggungnya.
Padahal orang tuanya bermuka cemas waktu mereka semua berkerumun mendekati rusa
yang bertanduk dan sedang merumput.
Anak-anak bermain di taman. |
Selain
rusa yang bebas berkeliaran, ada juga ayam kalkun dan angsa yang bebas
berjalan-jalan di sini. Tapi, tidak seperti rusa yang cenderung jinak, ayam
kalkun dan angsa tidak suka didekati orang. Jadi, jangan sembarangan dengan kaum
unggas yang merdeka ini.
Di
taman ini terdapat sebuah danau buatan kecil. Beberapa orang duduk di tepinya,
sedang memancing. Danau kecil ini menyediakan wisata air seperti sepeda air dan
perahu. Lumayan juga untuk keluarga muda yang berminat memberikan pengalaman
baru pada anak-anak kecil mereka. Jujur saja sih, sebetulnya danaunya biasa
saja. Airnya berwarna hijau keruh. Akan tetapi, bahwa di situ tidak terlihat
ada sampah yang mengambang-ngambang, menunjukkan bahwa pengelola masih cukup
serius menangani kebersihan danau ini.
Di
tengah danau, ada patung seorang wanita. Memang, di taman ini ada dua patung
wanita yang berpakaian kebaya. Satu di tengah danau, satunya lagi di tengah
kolam dengan pancuran. Menurut hasil browsing, kedua patung ini adalah patung
dua orang putri dari KGPAA Mangkunegara VII. Jadi, memang taman ini adalah
hadiah seorang ayah kepada dua orang anak perempuannya. Tentunya dengan
catatan, si ayah tersebut adalah seorang raja.
Di
dekat danau, terdapat hutan kecil yang mengkoleksi beberapa tanaman yang
menarik, seperti pohon kenari dan pohon beringin putih. Hutan kecil ini adalah
salah satu paru-paru kota Solo yang semakin lama semakin dipenuhi dengan gedung
bertingkat dan rumah penduduk. Duduk-duduk di bawah pohon di siang hari di sini
bisa membuat suasana hati adem.
Seorang pengunjung mengabadikan seekor rusa. |
Di
dalam taman ini juga terdapat taman reptil. Saya masuk ke dalam Taman Reptil
Balekambang dengan membayar Rp 5.000,- per orang. Isinya? Mengecewakan. Tapi
dengan uang lima ribu rupiah, apa yang bisa diperoleh? Di dalam taman ini terdapat
seekor iguana yang sepertinya sudah tua dan beberapa ular besar yang tidur dan
nampak kenyang. Ada juga seekor orangutan di dalam kurungan, yang mukanya
memelas dan terus-menerus meminta-minta (mungkin meminta makanan). Semua nampak
menyedihkan. Pantaslah, taman ini sepi. Padahal di bagian lain dari taman ini,
pengunjung berdatangan dan anak-anak berlarian.
Di
beberapa bagian dari taman, saya dapat melihat beberapa rangka panggung
pertunjukkan. Mungkin persiapan untuk suatu kegiatan. Karena saya datang di
Sabtu siang, mungkin itu semua adalah persiapan untuk suatu acara di sore atau
keesokan hari. Nampaknya Taman Balekambang cukup sering dijadikan tempat
kegiatan kebudayaan dan seni. Contohnya, di papan pengumuman di dekat gerbang, terdapat informasi jadwal pagelaran Sendratari Ramayana di Taman Balekambang.
Nah,
untuk yang mau berkunjung kemari, boleh bawa keluarga, atau satu RT
kalau mau, ke sini. Masuk gratis. Yang bayar hanya parkirnya saja. Tentu saja,
kalau mau menggunakan sepeda air atau wahana bermain lainnya, harus bayar.
Kalau mau memancing, seingat saya juga harus bayar. Bisa bawa peralatan pancing
sendiri atau menyewa di tempat, tentunya dengan biaya tambahan. Ketentuan
memancing di sini adalah, seluruh ikan yang ditangkap harus dilepaskan lagi.
Waktu
saya meninggalkan Taman Balekambang, ada satu keluarga yang datang membawa
anak-anak kecil memasuki taman ini. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya,
ternyata taman ini cukup ramai didatangani wisatawan, terutama penduduk
sekitar. Buat yang penasaran, cobalah mampir ke Taman Balekambang kalau sedang
berkunjung ke Solo!
Menjadi oase ditengah hiruk pikuk dan segala problema masyarakat kota solo..
BalasHapusBetul! Melihat yang hijau-hijau itu selalu menenangkan hati.
Hapuswah keren nih tempatnya ada rusanya
BalasHapusmasih liar apa sudah jinak nih rusanya
Rusanya jinak banget. Malahan anak-anak bisa pegang-pegang punggungnya.
HapusSeperti kebanyakan taman-taman lain di Indo, banyak yang dipake buat mesum.. hihi.. Syukurlah udah dipugar dan jadi ramai..
BalasHapusRusanya jinak tuh ya.
-Traveler Paruh Waktu
Wahaha ... jadi penyalahgunaan taman itu ada di mana-mana ya.
Hapuspergi ke taman..
BalasHapusmemang best..
boleh tenangkan fikiran
Benar sekali.
HapusWah sayang taman reptilnya kurang terurus, mungkin kalo dinaikin tiketnya malah ngga ada yang berkunjung.
BalasHapusIya ... soalnya koleksinya juga nggak banyak sih.
HapusWah seru banget, kalau di Jambi rudanya dikandangin. Btw angsa emang gak suka dideketin, kalau maksa malah kita dikejar mau dipatoknya. Wkwkw. Jadi ingat waktu kecil sampai lari kencang karena dikejar angsa.
BalasHapusHahaha! Dulu waktu saya kecil, orang tua pelihara angsa untuk menjaga rumah. Lebih galak daripada anjing!
Hapus