Tanggal
22 Juni adalah hari yang diperingati sebagai hari ulang tahun Jakarta. Nah,
untuk turut memeriahkan ulang tahun Jakarta ini, saya ingin menulis tentang
salah satu tempat wisata di Jakarta, yaitu Museum Seni Rupa dan Keramik. Museum
ini terletak di kawasan Kota Tua Jakarta, sehingga sebetulnya merupakan salah
satu museum yang cukup banyak dikunjungi oleh pelancong yang berkunjung ke
Jakarta.
Bagian depan Museum Seni Rupa dan Keramik. |
Di
kawasan Kota Tua Jakarta, terdapat beberapa museum, termasuk Museum Sejarah
Jakarta dan Museum Wayang. Nah, Museum Seni Rupa dan Keramik letaknya di sebelah
timur Taman Fatahillah, satu kompleks dengan Museum Sejarah Jakarta dan Museum
Wayang. Museum Seni Rupa dan Keramik memiliki halaman dan pagar sehingga tidak
mudah bagi pengunjung untuk foto-foto dengan latar belakang museum tersebut.
Tidak seperti Museum Sejarah Jakarta yang selalu terlihat di foto semua orang
yang datang ke kawasan Kota Tua karena mencolok dan bagian depannya bisa
didatangi dengan bebas.
Masuk
museum, kita harus bayar tiket sebesar Rp 5.000,-. Tiket dibayar di gerbang
masuk halaman. Begitu masuk ke halaman museum, kita akan langsung berhadapan
dengan bangunan bergaya Yunani kuno dengan kolom yang tinggi. Bentuk seperti
ini mengingatkan saya pada banyak bangunan pemerintahan yang ada di Eropa.
Tidak salah juga, karena bangunan yang sekarang dipakai untuk museum ini
dulunya adalah Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het
Kasteel Batavia).
Taman Fatahillah dilihat dari dalam museum. |
Gedung Raad
van Justitie ini selesai dibangun di tahun 1870. Di masa penjajahan Jepang dan
masa-masa perang kemerdekaan, bangunan ini menjadi bangunan militer. Bangunan
ini juga sempat menjadi asrama KNIL. Di tahun 1970, gedung ini menjadi kantor
walikota Jakarta Barat. Setelah berganti fungsi beberapa kali, pada akhirnya,
di tahun 1977, bangunan ini menjadi museum. Waktu itu koleksi yang dipamerkan adalah
keramik. Dengan berjalannya waktu, koleksi ditambahkan dan menjadi Museum Seni
Rupa dan Keramik.
Koleksi
museum ini dikelompokkan berdasarkan jenis dan masanya. Saat pertama kita
masuk, kita akan tiba di ruang depan dimana terdapat tangga ulir ke atas. Di
lantai atas inilah disimpan beberapa koleksi lukisan. Di sini juga ada ruangan
khusus untuk koleksi lukisan Raden Saleh. Jujur saja, lukisan Raden Saleh
termasuk lukisan yang saya kagumi karena bisa terlihat seperti nyata. Detilnya
mengagumkan. Setiap kali ada pameran lukisan, termasuk yang biasanya digelar di
Galeri Nasional setiap perayaan kemerdekaan, saya selalu mencari karyanya Raden
Saleh ini.
Ada ruangan khusus untuk karya Raden Saleh. |
Pindah
ke bagian lain dari museum, saya juga masih menemui deretan lukisan karya
pelukis-pelukis ternama lainnya. Bahkan, untuk masing-masing periode, dibuatkan
ruang-ruang tersendiri. Ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki sejarah seni
yang panjang dan kaya. Bahkan, di masa awal kemerdekaan, para pelukis juga
termasuk sebagai pendukung perjuangan dan penyebar semangat melalui
lukisan-lukisannya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Presiden Sukarno sangat
mencintai lukisan dan memiliki hubungan yang baik dengan banyak pelukis.
Nah,
dari blok lukisan-lukisan saya kemudian berpindah ke blok keramik. Nama areanya
adalah “Ruang Keramik Asia-Eropa dan Kapal Karam”. Kenapa? Karena di sini
dipamerkan juga keramik-keramik yang ditemukan di bangkai kapal karam. Sebagai negara
maritim yang menjadi tempat lewat banyak kapal, perairan Indonesia ternyata
menyimpan banyak harta karun di bangkai kapal. Mungkin masih banyak lagi
bangkai kapal yang belum kita temukan.
Tumpukan tembikar dari bangkai kapal (sebelah kiri). |
Nah,
harta bersejarah yang paling sering dijumpai pada bangkai kapal kuno adalah
keramik. Karena keramik adalah hasil budaya, yang dapat menunjukkan asal dan
juga gambaran budaya pembuatnya, maka keramik merupakan salah satu sumber
informasi mengenai sejarah. Tidak heran, ternyata ada kajian arkeologi yang
khusus menangani temuan dari dasar laut, termasuk keramik.
Selain
pameran keramik dari kapal karam, dipamerkan keramik-keramik lain, baik yang
berasal dari dalam dan luar negeri. Kalau keramik dari luar negeri, umumnya
keramik dari Cina kuno yang sample-nya
cukup banyak. Tapi ada juga lho, keramik dari daratan Eropa. (Budaya timur
tengah juga mengenal keramik yang indah, tapi saya lupa di museum ini ada
spesimen-nya atau tidak.) Keramik, atau tembikar, adalah salah satu bukti
kemajuan teknologi manusia, karena pembuatannya harus disertai pembakaran
dengan suhu tinggi. Menguasai api adalah salah satu titik tolak kemajuan
manusia primitif, dan menguasai pengelolaan suhu (panas sekali dan dingin
sekali) adalah titik tolak kemajuan pengembangan peralatan modern.
Keramik nasional koleksi museum. |
Museum
ini juga memamerkan berbagai keramik dari seluruh penjuru Indonesia. Keramik
modern, ya, maksudnya. Dan yang dipamerkan tidak hanya keramiknya saja, namun
juga penjelasan penggunaan dan pembuatannya. Menurut saya penjelasannya cukup
detil sehingga cocok untuk orang-orang yang memang mau mempelajari sepintas
lalu mengenai perkembangan keramik nusantara.
Oh ya,
untuk yang mau belajar membuat keramik, museum ini juga menawarkan kelas
belajar keramik. Hanya saja, waktu saya berkunjung kemari di awal tahun 2018
ini, saya belum sempat mengikuti kelasnya. Mungkin suatu saat nanti saya akan
mencoba belajar membuat keramik di sini.
Sesuai fungsinya
sebagai salah satu tempat sosialisasi dan pembelajaran budaya, menurut saya, Museum
Seni Rupa dan Keramik cukup berhasil memberikan penjelasan singkat mengenai
budaya dan latar belakang yang mendorong perkembangan media seni (terutama
lukisan dan keramik) yang dipamerkan. Dan melihat pameran di museum sambil membaca
keterangannya seru juga lho. Di sini, saya baru tahu bahwa ternyata ada banyak
ekspedisi arkeologi yang terkait dengan kapal karam di Indonesia. (Berhubung dulu
waktu mahasiswa saya bacanya buku karangan Clive Cussler, saya lebih banyak
tahu ekspedisi pencarian kapal karam legendaris di luar negeri.)
Koleksi lain dari museum. |
Buat
yang mau berkunjung ke Museum Seni Rupa dan Keramik, tidak perlu bingung. Bisa
naik bus Transjakarta tujuan Kota (Koridor 1) atau naik KRL tujuan Stasiun
Kota. Dari situ tinggal jalan kaki ke Taman Fatahillah, dan tengok saja di
sebelah timurnya. Di sanalah berdiri Museum Seni Rupa dan Keramik. Yuk, ke
museum!
Ikuuuut. Saya suka ke museum
BalasHapusYuk, yuk! Saya dari kecil memang suka mondar-mandir di museum. Dulu tuh, kalau ke museum, orang tua saya sampai bosan dan memilih nongkrong di warung atau di dekat meja resepsionis. Hahaha!
HapusSaya pernah ke Museum Wayang tapi blum pernah ke Museum Seni Rupa dan Keramik, ternyata lokasinya dekat ya?
BalasHapusSering skali keramik ditemukan di bangkai kapal2 kuno, bisa jadi tolak ukur kemajuan budaya suatu bangsa pada saat itu.
Dekat banget ... cuma seberang-seberangan kok. Tapi memang karena ada pagarnya, jarang orang mampir ke museum Keramik ini.
HapusOh.. Jd cuma disebrangnya, ga begitu merhatiin sih...
HapusKe Museum Wayang aja udh lamaaaa skali, waktu pak de saya masih jd kepala museumnya, sekarang beliau udah almarhum.
Wah, kepala museum tuh pekerjaan mulia, karena salah satu pekerjaannya adalah menjaga budaya bangsa. Nah, jadi sekarang ada alasan baru dong, untuk main lagi ke Kota Tua Jakarta. Hehehe.
HapusWah, ternyata isi museumnya boleh juga ya. Bbrp kali lewat di depannya tanpa tertarik ngulik2 isinya, hehe!
BalasHapusTerus terang agak2 males jalan2 ke museum, Krn sering dikecewakan oleh isi dan kondisi museum yang kurang terawat.
Iya ... itu salah satu kendala dunia museum di Indonesia. Hanya segelintir saja yang relatif "kaya" punya donatur tetap seperti Museum Nasional. Padahal, museum adalah tempat belajar sejarah dan budaya bangsa yang paling baik lho.
HapusSudah pernah kesana, tapi karena emank dasarnya gak begitu suka museum ya jadinya cuma sekedar lewat dan kebetulan ada pameran lukisan. Jadi lebih fokus ke pameran lukisannya
BalasHapusAhaha ... iya, tidak semua orang suka museum. Kalau suka pameran lukisan, mestinya rajin berkunjung ke Galeri Nasional, tuh. Selalu ada pameran.
Hapuswah keren juga nich tempatnya. ane udah lama di Jakart belum sempat kemari
BalasHapusDatang saja ... sekalian kuliner di sekitaran Kota Tua. Banyak makanan enak, lho.
HapusDi antara banyak museum di kota tua, museum ini yang paling jarang dikunjungi. Mungkin karena koleksinya tidak banyak dan lokasinya yang agak nyempil di bagian timur laut. Makanya di museum ini sering diadakan acara-acara lain yang tidak berhubungan dengan museum. Misal acara temu baca, literatur, dan komunitas.
BalasHapusIya ... isinya nanggung. Tapi konsep kapal karam itu cukup menarik karena tidak banyak yang memperkenalkan penelitian kapal karam di Indonesia.
HapusMembaca tulisan keren ini, saya teringat pernah membaca kabar bahwa tak sedikit Museum di Indonesia yang terbengkelai. Baik dari sisi konsep maupun teknis perawatan.
BalasHapusSemoga museum Seni Rupa ini, tetap terpelihara dan semakin dikenal masyarakat.
NB: Foto postingannya kurang gede, Mba Dyah...
Eh, Maaf lahir batin ya?
Iya, sayang ya museum masih belum terlalu diminati masyarakat. Okay, batch selanjutnya gambarnya diperbesar. Maaf lahir batin juga ya.
HapusBanyak sekali karya seni warisan Indonesia di tempat ini ya Mbak. Pasti menarik jika kita urai kisah benda benda tersebut. Dan tentunya juga takan cukup waktu seharian hehehe...
BalasHapusBetul. Kalau bicara tentang museum, bisa-bisa seharian tuh melihat satu-satu penjelasan masing-masing koleksi. Tapi kalau bukan ilmunya, memang lama-lama bosan juga sih.
Hapusndak banyak hantunya nih, hehehe
BalasHapusbiasanya museum identik dengan hal2 gaib, itulah mengapa saya agak menghindari masuk museum.. :D
kakve-santi(dot)blogspot.com
Aduh ... kalau soal hantu-hantuan saya tidak tahu. Sepanjang saya jalan-jalan di museum, nggak pernah ketemu hantu. Kan saya datang siang hari, nggak pake begadang di dalam museum. (Kalau malam hari nginep di dalam Museum Mandiri di area Kota Tua, mungkin agak serem kali ya.)
HapusBersih dan tertata rapi museum satu ini.
BalasHapusKesan menakutkan seperti biasanya yang ditemui di museum, ngga kelihatan ya,kak.
Bagus nih buat contoh museum-museum yang lain.
Iya, kelihatan manajemen koleksinya sudah lebih modern.
Hapus