Apa sih
yang membuat hidup ini bahagia? Untuk saya, yang membuat hidup ini bahagia
adalah: makan enak, tidur nyenyak, dan teman yang baik. (Tentunya dengan
tambahan: sewajarnya. Kalau makan enak terus, bisa kena kolesterol dan
diabetes. Kalau tidur terus, bangun siang, susah dapat kerja. Teman yang baik,
kalau tidak hati-hati, bisa jadi ternyata menikung dari belakang.) Tapi kalimat
yang di dalam kurung jangan dipikirkan berat-berat. Intinya adalah, untuk
bahagia, kita perlu menjaga perut, otak, dan perasaan.
Mengenai
“makan enak”, kita sebagai orang Indonesia tidak perlu pusing untuk mencari
makanan yang membawa nikmat sekaligus penasaran. Dari Sabang sampai Merauke,
negara kita diberkati dengan berbagai jenis bahan makanan segar dan inteligensi
yang luar biasa untuk mengolahnya menjadi masakan yang mengundang selera.
Makan enak lesehan di Solo. Nasi liwet malam-malam. |
Karena
makanan Indonesia umumnya menggunakan bumbu khas yang sifatnya lokal, maka
tidak heran kalau satu jenis makanan bisa berbeda rasanya kalau dimasak di
tempat yang berbeda. Bukan apa-apa, ada beberapa jenis bumbu yang memang hanya
ada di daerah tersebut. Bumbu khas inilah yang membuat, misalnya, beberapa pengusaha
lapo di Jakarta impor bumbu khas yang disebut andaliman dari tanah Batak. Katanya,
kalau digantikan dengan tanaman serupa yang tidak tumbuh di Sumatera Utara,
rasanya tidak akan enak. Hal yang sama juga berlaku untuk rujak cingur, masakan
Jawa Timur yang salah satu bumbu utamanya adalah petis. Kalau mau coba-coba
membuat rujak cingur, jangan salah beli petis khas Semarang – konon bisa
berbeda hasilnya.
Buat
yang memang suka penasaran dengan masakan khas suatu daerah, nggak salah dong,
kalau jalan-jalan ke penjuru Indonesia sekaligus mencobai makanannya. Wisata ke
berbagai tempat di Indonesia, adalah salah satu cara untuk mengenali (dan
merayakan) kebhinekaan kita, baik dalam hal budaya, kebiasaan, maupun juga
kuliner. Kebayang kan, kalau kita bisa mencicipi cita rasa khas Indonesia di
tanah asalnya masing-masing. Betapa sedapnya! Saya belum setajir itu untuk bisa
melesat ke Jayapura hanya untuk mencobai sate ulat sagu. Harapannya sih, dengan
ikutan #JelajahNusantaraSkyscanner bisa dapat tambahan modal untuk touch down langsung ke Bandara Sentani.
Hehehe ...
Sekali
waktu saya dan beberapa teman jalan-jalan ke Padang. Maksud hati, kami mau lanjut
untuk mengunjungi Istana Pagaruyung dan Jam Gadang di Bukittinggi. Tapi waktu
jam makan malam, begitu kami tiba di Simpang Kinol, hati kami langsung
berpaling ke ... es durian Ganti Nan Lamo dan sate Danguang Danguang. Sebagai
pecinta durian, saya tidak bakalan bosan bolak-balik ke Sumatera. Durian
Sumatera memang enak banget! Beda dengan durian montong yang diimpor dari
Thailand.
Es durian Ganti Nan Lamo yang lama menempel di hati. |
Cabuk rambak, khas Solo. Ada yang pernah makan? |
Pernah
ke Ambon? Dulu saya mampir ke Ambon dalam perjalanan ke Banda Neira. Orang
Ambon juga makan papeda, lho. Makanan yang bentuknya seperti jenang dan terbuat
dari sagu ini memang merupakan makanan khas wilayah Indonesia Timur. Rasanya
sih hambar. Tapi lauknya, ikan kuah kuning, rasanya enak banget! Walau makanan
ini juga dijual di Jakarta, tepatnya di sekitaran Kemang, tapi cita rasa
aslinya di Ambon tidak tergantikan.
Tidak
hanya kota-kota di luar Jawa, wisata kuliner di dalam pulau Jawa juga oke. Di
Solo, saya ikutan antre di Warung Selat Mbak Lies, yang terkenal menjual selat Solo.
Hampir-hampir saya tidak pernah menemukan warung atau orang yang berjualan
selat Solo di luar kota Solo. Jadi untuk makan kudapan yang satu ini, ya memang
harus terbang ke Solo. Untungnya, tidak hanya selat yang bisa menjadi tujuan
kuliner di sini. Serabi Solo dan cabuk rambak – yang juga tidak pernah saya
temui di luar kota Solo, juga menjadi sensasi tersendiri di lidah.
Tahun
lalu saya sekeluarga wisata ke Belitung. Ngapain di sana? Minum kopi di Kota
Manggar, yang disebut sebagai Kota 1001
Kopi. Berhubung berpergian dengan orang tua yang sudah cukup berumur, tentunya
kenyamanan menjadi prioritas. Nggak heran yang dikejar waktu itu adalah tiket pesawat Garuda Indonesia. Berhubung semua angota keluarga sudah punya pekerjaan
dan kegiatan masing-masing, maka yang penting adalah tanggal yang disetujui
oleh seluruh keluarga. Soal harga tiket pesawat Garuda, ya tinggal dilihat di tanggal segitu pilihannya
apa.
Nah,
kalau untuk urusan membanding-bandingkan harga dan tanggal, memang nggak salah
kalau menggunakan Skyscanner. Bisa pakai website atau aplikasi android di
handphone, Skyscanner bisa diandalkan untuk membantu menemuan pilihan tiket pesawat
yang tepat, baik dari segi harga atau kenyamanan. Untuk yang masih penasaran
cari-cari tiket pesawat untuk jalan-jalan keliling Indonesia, coba saja download
aplikasi Skyscanner dan pilih tiketnya, bisa berdasarkan harga termurah, atau
perjalanan tercepat. Oh ya, nggak cuma tiket, kita juga bisa cari hotel lho di
sini.
Cari tiket pesawat lewat Skyscaner. |
Masih banyak tempat-tempat wisata di Indonesia yang
belum saya kunjungi. Masih banyak juga masakan khas yang belum pernah saya
cicipi. Memang perlu menjadwalkan penggunaan cuti yang efisien supaya bisa
tetap keliling Indonesia tanpa dipecat bos karena kebanyakan bolos. (Ini curcol
pegawai kantoran biasa.) Baiklah, mari kita berburu tiket!
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang
diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner.
bisa icip kuliner nusantara emang bikin lega dan perut enak :p
BalasHapusBener banget!
Hapus