Hari ini, kami berangkat pagi untuk
mengejar kereta yang akan mengantar kami ke Paris, tepatnya ke Gare de l’Est (stasiun
Paris Est). Setelah tiga hari tiga malam kami menikmati daerah pedesaan
Perancis timur yang cantik dan asri, kini kami harus kembali ke kota
metropolitan. Kereta kami berangkat jam 09:51, jadi kami sengaja keluar
apartemen jam 09:00. Di sepanjang perjalanan menuju ke stasiun, kami memuaskan
diri untuk terakhir kalinya menikmati Colmar. Entah kapan kami bisa berkunjung
lagi kemari.
Puas-puasin memandangi kota Colmar, termasuk stasiunnya ini, di hari terakhir. |
Kami tiba di stasiun sekitar jam
setengah sepuluh kurang sedikit. Waktu kami tiba di stasiun, saya cukup heran
karena di papan pengumuman elektronik di depan pintu masuk, di dekat nomer
kereta kami, ada tulisan “Supprimé”. Wah, berdasarkan aplikasi penerjemah, ini
berarti kereta kami dibatalkan. Pertamanya, kami nggak percaya di Perancis
kereta bisa dibatalkan semena-mena oleh Perusahaan. Tapi setelah beberapa saat
bengong, kami lalu menuju ke petugas di loket untuk menanyakan bagaimana nasib
kami. Petugas di loket, yang kemampuan bahasa Inggrisnya pas-pasan, cuma
bilang, “Next train, in ten minutes.” Ditanya apapun juga, jawabannya cuma itu.
Ya sudah. Bingunglah kami.
Berhubung kami bawa wifi router, kami
tidak punya kendala terhadap internet. Saya langsung browsing-browsing di
tempat, mencari tahu apa yang harus kami lakukan. Eh, iseng saya memeriksa
email. Ternyata, di hari sebelumnya, ada email masuk dari SNCF yang
menginformasikan bahwa kereta yang kami booking tidak beroperasi. Hadeuh ...
mana kepikiran saya untuk buka email? Terus, saya baca dong, isi emailnya.
Bengong di peron di Stasiun Colmar. |
SNCF adalah perusahaan kereta api
Perancis milik pemerintah. Wajarlah, kalau layanan yang diberikan diutamakan
kepada warga negaranya sendiri. Email yang dikirimkan memang bilingual. Akan
tetapi, antara bahasa Perancis dan bahasa Inggrisnya, isinya beda banget.
Bagian yang berbahasa Perancis menjelaskan pilihan rute alternatif (yang lebih
awal sekitar setengah jam) yang dapat digunakan plus penjelasan tentang adanya
“La Garantie Voyage”. La Garantie Voyage adalah jaminan dari Perusahaan dimana
jika kereta dibatalkan atau terlambat lebih dari satu jam, maka (calon)
penumpang berhak mengambil kereta apapun yang menuju ke tempat tujuan di waktu
yang kurang lebih sama atau dapat meminta pengembalian uang tiket. Tapi ini
hanya berlaku untuk penumpang kereta TGV dan kereta antar kota saja.
Sedangkan
bagian bahasa Inggrisnya lebih sederhana: (Singkatnya) Akan ada gangguan pada
perjalanan Anda dan mohon melihat jadwal kereta di website SNCF. Gitu doang! Buat
yang nggak kenal sistem perkeretaapian di Perancis dan tidak bisa bahasa
Perancis, sumpah, email ini tidak membantu sama sekali!
Setelah membaca perihal La Garantie
Voyage, kami lalu segera bergerak menuju ke peron. Ternyata di sana sudah ada
beberapa calon penumpang yang kasak-kusuk karena kereta TGV jam 09:51 menuju
Paris dibatalkan. Berhubung yang kasak-kusuk kebanyakan turis yang berbahasa
Inggris, kami jadi tahu bahwa memang calon penumpang yang datangnya kepagian
(seperti kami) disuruh mengambil kereta menuju Strasbourg yang berangkat
sekitar jam 09:40. Kereta ini bukan TGV, melainkan kereta antarkota biasa. Dari
Strasbourg, kami akan bisa melanjutkan perjalanan ke Paris dengan sembarang
kereta yang menuju ke Paris.
Tetap menikmati pemandangan di luar. Ada yang sedang menggembala sapi! |
Jadi, sekitar jam 09:40, kami naik
kereta yang menuju ke Strasbourg. Kereta ini kereta biasa dan bentuk
interiornya nggak jauh beda dengan kereta Argo yang biasa mondar-mandir di
Pulau Jawa. Beda dengan kereta TGV yang bagian dalamnya terlihat jauh lebih
modern dan rapi. Di gerbong kami, ramai suara orang-orang membicarakan tentang
kereta yang tidak beroperasi. Mungkin karena yang di sekitar saya adalah turis
dan cukup kaget ketika harus ganti kereta. Jadi, mereka cukup heboh dengan
pergantian kereta ini. Tapi saya lihat, yang orang Perancis asli nggak terlalu
ribut. Mungkin kereta tiba-tiba dibatalkan seperti ini sudah biasa. Toh, mereka
bisa ambil sembarang kereta yang dapat membawa mereka ke tempat tujuan.
Nah ... sambil lanjut buka-buka email,
saya menemukan email dari pihak customer service istana Versailles. Alkisah, jauh-jauh
hari, saya sudah beli tiket masuk ke istana Versailes secara online untuk
keesokan harinya. Nah, email dari pihak customer service ini menjelaskan bahwa
besok akan ada demonstrasi buruh nasional dan manajemen Versailles baru bisa
memberikan informasi pada jam 10:30 pagi mengenai apakah kompleks istana
Versailles akan dibuka untuk pengunjung atau tidak. Paniklah, kami ... Tapi,
kisah urusan tiket masuk kompleks Versailles baru akan dibahas di artikel
khusus tentang kunjungan ke Versailes ya. Untuk saat ini, saya akan fokus
membahas tentang pengalaman kami yang menghadapi kereta yang dibatalkan operasinya
di Perancis.
Kembali ke masalah kereta yang batal
beroperasi, kami jadinya berasumsi bahwa pembatalan kereta ini terkait dengan
rencana demonstrasi besar-besaran di seluruh Perancis keesokan hari itu.
Menurut berita, demo buruh itu terkait dengan rencana Pemerintah untuk mengubah
sistem pembayaran pensiun pegawai perusahaan milik pemerintah. Nah, sebagai
salah satu perusahaan milik pemerintah yang pegawainya terkenal rajin demo,
sudah pasti pegawai SNCF juga akan banyak yang ikut demo ... begitu asumsi
kami. Tapi asumsi ini belum tentu benar ya.
Tentu saja, pergantian kereta dan juga
berita tentang rencana demo buruh tidak mengurangi kenikmatan saya dalam
melihat pemandangan alam Perancis. Sebagian besar pemandangan menyuguhkan
ladang gandum yang sudah selesai dipanen atau ladang rumput tempat. Kadang juga
ada hutan kecil dimana daun-daun terlihat mulai berwarna kemerahan atau
menguning. Mengingat ini mungkin adalah kesempatan terakhir untuk melihat
pemandangan alam pedesaan di Perancis melalui kaca jendela kereta, saya
benar-benar tidak tidur sepanjang perjalanan. Kedua teman saya sih, memilih
tidur sepanjang perjalanan.
Pemandangan sebelum memasuki Strasbourg. |
Sesampainya kami di stasiun Strasbourg,
kami sempat bengong. Kereta mana yang menuju ke Paris? Jam berapa adanya kereta
ke Paris? Naik kereta dari peron mana? Kami tengok ke kiri dan ke kanan mencari
petugas namun tanpa hasil. Pada dasarnya, instalasi publik di Eropa tidak
mengandalkan sumber daya manusia dalam jumlah yang banyak, jadi memang petugas
hanya ditempatkan di area yang strategis saja.
Waktu saya sudah berhasil “menemukan”
petugas, salah satu teman saya melihat sebuah kereta TGV yang mana nomer
keretanya sama persis dengan nomer kereta TGV kami yang seharusnya mengantar
kami dari Colmar ke Paris. “Eh, itu nomernya sama kan? Jadi itu kereta kita,
dong?” tanya teman saya. Saya pun segera mendekati petugas untuk bertanya,
apakah kereta itu menuju Paris. Petugas mengiyakan dengan pasti. Wah ...
buru-buru kami lari untuk masuk ke dalam kereta. Baru semenit kami celingukan
mencari kursi kosong, kereta mulai berangkat menuju Paris.
Kereta TGV yang kami naiki adalah kereta
tingkat. Tiket kami adalah untuk kursi yang ada di gerbong paling belakang,
kursi paling belakang, di tingkat dasar. Penyebab kami celingukan di dekat
pintu adalah, kursi yang sesuai dengan tiket kami sudah terisi orang. (Ya nggak
salah sih, kan kereta ini sudah berubah fungsi menjadi kereta jurusan
Strasbourg – Paris, jadi pada dasarnya tiket kami sudah tidak valid untuk
meminta duduk di kursi itu.) Terus, area tempat penyimpanan bagasi sudah penuh.
Ini masalah parah: satu, kami tidak punya tempat duduk; dan dua, kami harus
membawa koper-koper kami kemana-mana.
Kereta TGV dua lantai. Ini nih, kereta yang seharusnya membawa kami kembali ke Paris. |
Iseng-iseng saya cek ke lantai atas.
Ternyata, di pojok sendiri masih ada empat kursi kosong. Terus, di tempat
bagasi masih ada sedikit sisa tempat untuk koper-koper kami. Kami pun angkat
koper ke lantai atas untuk menyimpannya di area bagasi, lalu duduk di kursi
paling pojok belakang. Eh ... yang duduk di dekat kami ternyata adalah turis
dari Colmar yang juga terpaksa berganti-ganti kereta seperti kami. Semakin
yakinlah kami bahwa kereta yang kami naiki ini benar.
Umumnya, penumpang kereta di Perancis
tidak diperiksa tiketnya. Orang bisa naik turun tanpa perlu menunjukkan tiket
ke siapapun. Orang mau masuk area peron juga cukup memvalidasi tiket di alat di
dekat gerbang. Dan tidak ada petugasnya, ya. Jadi, kalau ada turis yang lupa
memvalidasi, ya dia tetap bisa masuk ke dalam area peron dan naik kereta. Kalau
salah naik kereta, ya dia tidak akan tahu karena tidak akan ada petugas yang
jalan-jalan memeriksa tiket. Tapi, mungkin karena kami sempat luntang-lantung
lama di dekat pintu, dan dari kamera CCTV terlihat kami beberapa kali
mondar-mandir di tangga, ada petugas yang tiba-tiba muncul ke arah kami yang
baru saja duduk. Untung juga, jadi kami bisa bertanya-tanya tentang alasan
kereta tidak beroperasi sampai ke Colmar.
Tentu saja kami buru-buru mengeluarkan print out tiket TGV di atas meja. Tepat
sebelum petugas tiba di meja kami, dia dipanggil oleh salah satu turis tetangga
dan ditanya-tanya tentang perjalanan kereta. Mungkin mereka masih harus lanjut
ke bandara dari Gare de l’Est. Sambil menjawab pertanyaan ibu-ibu turis
berbahasa Inggris itu, dia melihat ke arah tiket kami yang sudah tertata manis
di atas meja. Begitu selesai menjawab pertanyaan si ibu-ibu itu, dia langsung
balik badan dan keluar gerbong. Yah ... gagallah kami untuk mengetahui alasan mengapa
kereta ini tidak dapat menjemput kami dari Colmar untuk langsung ke Paris.
Akhirnya kembali ke kota metropolitan: Paris. |
Kereta kami tiba di Gare de l’Est
(stasiun Paris Est) sekitar jam 12 siang. Kami buru-buru melanjutkan perjalanan
dengan menggunakan Metro (kereta bawah tanah) menuju stasiun Metro Odéon guna
melanjutkan jalan kaki menuju ke hotel kami.
Dari hotel, kami akan melanjutkan
petualangan kami menuju tempat yang paling artistik di Paris: Museum Louvre.
Tunggu kisah selanjutnya ya.
(Bersambung.)
Wogh, keren; jalan-jalan ke Perancis..
BalasHapusKalo saia pernahnya ke Paris (Parangtritis).. haha
Hahaha! Sudah dekat dengan Jerman tuh. Jejere Sleman.
HapusEnak ya Gan..:) Bisa jalan jalan Ke luar Negeri
BalasHapusYah ... hitung-hitung, menambah pengalaman.
Hapushua mau ke sana hehe.. nyobain kereta bawah tanah :D
BalasHapusMRT di bawah Jalan Sudirman harusnya selesai tahun 2019, kok. Bentar lagi kita juga punya kereta bawah tanah.
Hapus