Eguisheim adalah sebuah desa yang
jaraknya hanya setengah jam naik bus dari Colmar. Waktu kami browsing tentang
daerah Alsace dan sekitarnya, kami menemukan nama Eguisheim disebutkan sebagai
desa tercantik/disukai di Perancis (Village Préféré des Français) di tahun
2013. Selain memiliki penataan rumah yang indah dan rapi, desa ini juga dikenal
sebagai tempat produksi anggur (wine)
yang enak di daerah Alsace, Perancis. Tak heran, desa ini menarik minat banyak
turis, baik lokal maupun internasional.
Salah satu jalan di Eguisheim. |
Desa ini sudah ditinggali oleh manusia
sejak sebelum masehi. Bangsa Romawi Kuno mencatat bahwa mereka menaklukkan
bangsa Galia di tanah ini dan kemudian di sekitar abad ke-4 membangun
perkebunan anggur. Di sekitar tahun 720, Count Eberhard, Duke of Alsace,
membangun sebuah kastil di sini. Kastil tersebut disinyalir merupakan tempat
kelahiran Paus Leo IX, yang memimpin Gereja Katholik di tahun 1049 sampai tahun
1054. Sampai saat ini, kastilnya masih berdiri di tengah desa Eguisheim. Di
sebelah kastil ada sebuah kapel untuk menghormati Paus Leo IX.
Keunikan desa Eguisheim adalah penataan
rumahnya yang membentuk lingkaran. Kalau dilihat dari atas, desa ini bentuknya
melingkar, dimana rumah-rumah yang berderet menjadi semacam tembok pelindung
pusat desa. Bentuk yang melingkar unik, dihiasi jalan dengan bebatuan (cobblestone), dan dipenuhi oleh
rumah-rumah half-timbered khas
Alcase, membuat desa ini selalu masuk dalam daftar desa tercantik di Perancis
dari tahun ke tahun.
Kalau diperhatikan, akan terlihat jalannya membentuk lingkaran. |
Bekas gerbang masuk Desa Eguisheim. Pintu gerbangnya sudah hancur karena perang. |
Dulunya, di sekitar abad ke-13 Masehi,
desa ini dikelilingi oleh dua tembok pelindung. Desa Eguisheim, dari jaman
penjajahan Romawi, sudah menjadi tempat tinggal pengusaha anggur yang kaya
raya, sehingga mereka memang memerlukan perlindungan khusus. Di antara kedua
tembok pelindung tersebut, dibangun gudang tempat peralatan pertanian. Di
sekitar abad ke-16, bangunan-bangunan yang ada di antara kedua tembok menjadi
tempat tinggal, dan juga dibangun rumah-rumah lain yang menempel pada kedua
tembok tersebut. Itulah sebabnya, desa ini berbentuk seperti elips atau
melingkar, karena memang susunan rumahnya mengikuti tembok pelindung kuno
tersebut.
Berjalan di tengah desa Eguisheim
membuat para pengunjung merasa seperti kembali ke abad pertengahan. Rumah-rumah
di sini sudah berdiri sejak jaman dahulu kala, bahkan sejak abad ke-13 hingga abad
ke-17. Kalau berkunjung ke mari, jangan lupa untuk mencari panel-panel petunjuk
wisata yang terpasang di tembok-tembok. Panel-panel itu memberikan keterangan
sehingga kita menjadi semakin memahami sejarah dan budaya desa Eguisheim.
Nggak mau kalah. Teteup harus foto-foto di sini. |
Semua sudut desa selalu terlihat bersih dan cantik. |
Ada yang mau foto di sini? |
Waktu kami pertama tiba di desa ini,
kami tidak bisa berhenti foto-foto, baik memotret detil bangunan, pemandangan,
ataupun selfie. Hampir semua tempat di desa ini instagrammable! Tembok di sini
warna-warni dan bentuk facadenya tetap seperti pada saat rumah-tumah ini
dibangun di abad pertengahan. Di antara rumah-rumah ini, terdapat rumah makan,
kafe dan toko souvenir yang lucu dan menarik.
Semua turis yang berkunjung ke Eguisheim
pasti akan tiba di pusat desa, yaitu sebuah kastil yang hanya disebut sebagai Le
Château dan sebuah kapel kecil. Di depan kastil, terdapat alun-alun kecil yang
mana di tengahnya terdapat sebuah air mancur dengan patung Paus Leo IX di
tengahnya. Patung Paus Leo IX tersebut dibuat di tahun 1842. Air mancur ini
aslinya adalah sumber air yang dapat digunakan oleh seluruh penduduk, termasuk
untuk sumber air minum. Kalau sekarang, ya hanya jadi hiasan saja karena sudah
ada air ledeng di rumah-rumah.
Pusat desa. Yang sebelah kiri Kastil, yang sebelah kanan Kapel. Di tengahnya ada pancuran air. |
Waktu kami datang, pintu ke dalam kastil
tertutup rapat, dan sepertinya tidak dapat dimasuki. (Belakangan kami baru tahu
bahwa untuk bisa masuk ke dalam kastil, turis harus mendaftar ke guided tour
yang diselenggarakan oleh Office de Tourisme. Tournya sendiri hanya
diselenggarakan di waktu-waktu tertentu.) Sayang sekali. Jadi kami tidak tahu
bagian dalam kastil tersebut.
Kapelnya dapat dimasuki setiap hari,
sesuai dengan jam bukanya. Jadi, kami masuk ke dalam kapel tersebut. Bagian
dalam dari kapel yang baru didirikan di abad ke-19 ini sangatlah indah dan
dipenuhi dengan ornamen-ornamen. Bagian luar kapel sih sederhana, namun
dalamnya bisa dikatakan mewah. Waktu kami datang, ada beberapa turis yang
berdoa di situ. Jadi, mungkin baik juga kalau tidak terlalu norak kalau mau
foto-foto di dalam sini.
Selain kapel, di desa ini juga terdapat
sebuah gereja yang masih aktif. Dari papan pengumuman di dekat pintu, kami
dapat melihat bahwa gereja ini masih digunakan untuk beribadat dan ada beberapa
aktivitasnya. Gereja ini dinamai Église Saint-Pierre et Saint-Paul atau Gereja
St. Petrus dan St. Paulus. Sebetulnya, gereja ini pertama kali didirikan di
tahun 1220. Akan tetapi, gereja ini kemudian dipugar, dan bangunan yang
sekarang berdiri baru dibangun di tahun 1809. Hanya menara loncengnya saja yang
masih merupakan sisa dari bangunan kunonya.
Menara yang di sebelah kanan sudah berdiri sejak abad ke-13. |
Di dalam Gereja, terdapat patung bunda
Maria yang dikenal dengan nama La Vierge Ouvrante. Dinamai demikian, karena
patung ini bisa dibuka di bagian depannya, dan di dalamnya ada lukisannya.
Patung ini dibuat di abad ke-14. Kalau dilihat dari kacamata pecinta seni jaman
Renaissance seperti saya, patung ini kelihatannya biasa banget. Tapi mengingat
patung ini dibuatnya dari abad ke-14, dan di desa pula, ya ... cukup keren,
lah.
Kastil, kapel, gereja, boleh jadi
cantik. Tapi yang menjadi tujuan utama turis lokal berkunjung ke desa ini
adalah anggurnya. Di sini terdapat tempat-tempat pengolahan anggur yang umumnya
menjadi satu dengan tempat tinggal keluarga pemiliknya, yang dalam bahasa
Inggris disebut tithe courtyard. Umumnya, setiap tempat usaha ini memiliki
nama yang selalu dimulai dengan kata “Domaine”.
Salah satu tempat produksi wine yang kami kunjungi adalah Domaine
Bruno Sorg. Usaha ini sudah dirintis sejak tahun 1751. Sayang dong, kalau sudah
jalan ke Eguisheim, kami tidak mencoba membeli satu botol anggur. Maka kami
saweran membeli satu botol wine jenis
Gewurztraminer tahun 2015. Wine asli Alsace yang dibeli dari tempat pembuatnya
ini harganya ... EUR 9.5 alias sekitar Rp 155.000,- Isi per botolnya 750 ml.
Anggur jenis Gewurztraminer dikenal sebagai sweet
wine yang rasanya seperti campuran buah-buahan.
Domaine Bruno Sorg yang kami masuki. |
Cour Unterlinden, yang sekarang juga menjadi tempat penginapan. |
Selain Domaine Bruno Sorg, ada juga
tempat-tempat penyulingan anggur lain yang jumlahnya lumayan banyak. Bahkan ada
juga bangunan tempat pengolahan yang sudah berdiri sejak tahun 1290, yaitu Cour
Unterlinden. (Cour di sini maksudnya adalah Tithe Courtyard, yang menunjuk pada
bangunannya, bukan pada bisnisnya.) Saat ini bangunan Cour Unterlinden menjadi
tempat usaha milik Monsieur Freudenreich, yaitu tempat penyulingan anggur dan tempat
penginapan.
Kalau tidak berminat untuk membeli
anggur, jalan-jalan di sini tetap layak untuk dicoba. Bangunan di sini super
cantik dan hampir semua rumah adalah rumah kuno. Jalan-jalan saja tanpa mampir
makan atau minum sudah membuat hati senang. Konon, di musim panas, desa ini
cantik banget karena setiap rumah dihiasi bunga warna-warni. Namun, karena saya
datangnya di awal musim gugur, ya tidak terlalu banyak bunga-bunganya
Buat yang berminat untuk jalan-jalan di
Eguisheim, bisa naik bus dari Colmar. Nah, kisah kami mencari bus untuk
mengantar kami ke Eguisheim pun tak kalah menarik. Tunggu artikel selanjutnya,
ya.
(Bersambung.)
Tunggu lanjutannya
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung!
HapusMenarik, suasananya bagus banget ya
BalasHapusIya, masih desa banget.
HapusYa ampunnn keren banget ya viewnya
BalasHapusIya ... jalan-jalan di sana, rasanya seperti kembali ke abad pertengahan.
HapusCantik banget! tahun lalu saya berkunjung juga ke sini tapi bulan desember jadi udaranya dingin banget! gak kuat jalan-jalan lama
BalasHapusWaduh ... belum bisa ngebayangin jalan-jalan di Eropa di musim dingin. Kemarin sih, saya jalan di sini di bulan September. Masih cukup hangat.
Hapusweiiss manis banget tempatnya mbak. Baru tau ada tempat secantik ini di Perancis. By the way nama Eguisheim itu ada arti khusus gak mbak?
BalasHapusArti nama Eguisheim? Apa ya? Wah, yang jelas desa ini sudah ada sejak jaman Romawi kuno masih berkuasa di Eropa ya. Tapi gara-gara ditanya, jadi penasaran juga. :) Menurut Wikipedia, nama Eguisheim berasal dari nama Egino, nama seorang bangsawan kuno Perancis di abad ke-8. Namanya lebih mirip nama Jerman karena daerah ini memang bolak-balik dikuasai Jerman sampai akhirnya dikuasai Perancis setelah Perang Dunia ke-2.
HapusI see... menjadi inspirasi tersendiri nih desa nya. Saya juga mau coba nulis tentang Eguisheim :D
Hapusluar biasa sungguh indah tempatnya. berharap suatu saat bisa berkunjung kesana.
BalasHapusIya, desa ini cukup terkenal di antara turis Eropa, tapi nggak populer di kalangan turis Asia. Padahal nggak kalah cantik dengan desa-desa lain di Eropa.
HapusMenarik sekali blognya, mbak. Tulisannya pun juga rapi dan nyaman dibaca, hal yang cukup jarang saya temui saat ini kalau blogwalking. Salam kenal ya :D
BalasHapusJadi penasaran melihat pemandangan desa itu dari atas, pasti indah banget. Tahun 1220? Wow, lama banget. Ternyata harga anggurnya juga nggak mahal-mahal amat ya, beli 2 atau 3 juga sangguplah wakakaka. #sombong
thetravelearn.com
Ahaha, di sana anggur murah. Tapi tempe dan buah pisang mahal ...
Hapusbangunanya unik-unik yaaa
BalasHapusIya, serasa kembali ke jaman dulu banget!
HapusBeautiful France. Jadi pingin ke Alsace.
BalasHapusIya, Kak. Tempatnya cantik.
Hapus