Tadinya, kami hendak membeli Strasbourg Pass yang
harganya EUR 21,5, yang mana dengan tiket ini kami bisa mengunjungi platform di
atas katedral, jam kuno di dalam katedral, satu museum, dan juga boat trip.
Kalau tidak pakai tiket ini, harga total yang harusnya kami bayarkan adalah EUR
26,5. Tapi waktu saya mau beli Strasbourg Pass, mbak-mbak di Office de Tourisme
bilang, sayang kalau kami beli Strasbourg Pass sekarang karena ... hari ini adalah
Hari Warisan Eropa (European Heritage Day atau Journées Européennes du Patrimoine)
yang selalu jatuh di akhir pekan ketiga di bulan September. Di tahun 2017 ini,
berarti jatuh di tanggal 16-17 September 2017. Di Hari Warisan Eropa, seluruh
museum dan obyek wisata di dalam Katedral di seluruh Perancis bisa dimasuki
secara gratis. Yang harus bayar hanya boat trip (karena itu milik swasta) dan
tempat-tempat tertentu.
Mari masuk ... |
Begitu tahu hari ini seluruh museum bisa dimasuki
secara gratis, kami langsung mengubah rencana: hari ini kami akan jalan-jalan
ke seluruh museum yang bisa didatangi sampai jam tutupnya. Nggak perlu naik ke
platform di atas Kathedral ataupun boat trip, karena itu semua masih bisa
dilakukan di tempat serupa di kota lain. Masuk museum saat berkunjung ke Eropa
adalah hal yang jarang dilakukan oleh turis backpacker Indonesia karena ...
tiket masuk museum harganya paling murah sekitar EUR 6 dan bisa mencapai EUR 17
di museum ternama seperti Louvre di Paris. Lumayan menguras dompet. Kapan lagi
kami bisa keluar masuk museum seenak jidat karena gratisan?
Tentu saja kami mengunjungi Cathédrale Notre-Dame
de Strasbourg. Tapi kunjungan ke gereja yang singkat ini sudah diceritakan di
artikel sebelumnya. Tanpa terlalu lama berputar-putar di dalam gereja dan
mengagumi Astronomical Clock-nya, kami segera menuju ke Palais Rohan. Kenapa?
Karena di Palais Rohan ada tiga museum yang bisa dikunjungi.
Bagian dari Palais Rohan. |
Palais Rohan pertama kali didirikan di tahun 1742 oleh
seorang uskup gereja Katholik yang berasal dari keluarga Rohan. Palais Rohan adalah
istana tempat tinggal uskup untuk Keuskupan Khusus Strasbourg sampai dengan
Revolusi Perancis, dimana bangunan ini kemudian dikuasai oleh negara. Setelah
itu, bangunan ini dijadikan pusat kebudayaan dan pendidikan, salah satunya
sebagai museum.
Di Palais Rohan terdapat tiga museum, yaitu Musée
des Beaux-Arts (Fine Art Museum), Musée des Arts Décoratifs (Decorative Art
Museum), dan Musée Archéologique (Archeological Museum). Masing-masing museum
memamerkan koleksi yang indah dan mengagumkan. Beberapa di antaranya bahkan
artefak kuno.
Fine Art Museum memamerkan lukisan-lukisan kuno
dan modern. Sesuai dengan namanya, karya seni yang dipamerkan adalah
karya-karya yang diangap berkualitas tinggi. Karya seni di sini ditata
berdasarkan era dan genrenya. Jadi, saya mengagumi lukisan kuno yang mayoritas
menggambarkan tokoh-tokoh keagamaan sampai dengan lukisan yang menggambarkan
pemandangan dan benda kahyalan. Lukisan jaman dulu, kadang tidak hanya digambar
di atas kanvas, namun juga di atas kayu dan kadang juga berbentuk lukisan
timbul (semacam ukiran). Seingat saya, ada lukisan kuno yang dibuat di sekitar
tahun 1300-an dan masih terlihat bagus serta awet. Lukisan di tahun 1300-an
sebagian besar menggambarkan adegan di dalam kitab suci, atau menggambarkan
orang-orang suci.
Menikmati lukisan dari tahun 1300-an. |
Jalan-jalan di Fine Art Museum tidak hanya membuat
kita menikmati lukisan indah, namun juga mau tidak mau mempelajari genre
lukisan. Soalnya, lukisan-lukisan di sini dikelompokkan berdasarkan genre dan
eranya. Jadi, lama kelamaan pengunjung akan tahu bahwa lukisan di suatu era
kebanyakan menggambarkan pemandangan. Di era lain muncul gendre lukisan benda
mati (seperti apel, buku, anggur, dan lain-lain). Tentunya ada juga masa dimana
orang-orang kaya minta agar dirinya atau istri dan anaknya digambar oleh
pelukis, dan muncullah lukisan wajah dan figur orang yang kini banyak disimpan
di museum. Ternyata sebelum ada budaya selfie, orang juga suka pamer lukisan
diri.
Decorative Art Museum adalah museum yang
memamerkan bagian apartemen, atau bagian tempat tinggal dari Palais Rohan. Perpustakaan,
ruang tidur, dan ruang pertemuan tetap dipertahankan sebagaimana awalnya.
Walaupun konteksnya adalah tempat tinggal, namun barang-barang yang dipamerkan
di sini tidak kalah indah dengan yang di Fine Art Museum. Ruang tidur orang
kaya jaman dulu juga dihiasi dengan karpet super indah dan lukisan yang halus
dan seperti hidup. Selain itu, hiasan dinding yang disepuh emas dan keramik
yang cantik juga sepertinya menjadi hiasan wajib di kamar-kamar. Nggak heran
sih, kamar tidur yang baru saja saya ceritakan ini adalah kamar tidur yang
dipakai raja saat berkunjung ke Strasbourg. Raja Louis XV dan juga Ratu Marie
Antoinette pernah tidur di sini. Perpustakaan juga terlihat elegan, apalagi
dengan koleksi buku yang tertata rapi di dalam lemari kaca. Dindingnya juga
dihiasi lukisan yang indah. Pantas saja bangsawan jaman dulu suka membaca
(selain memang belum ada bioskop dan televisi, sih).
Selfie dulu di kamar tidur raja. |
Perpustakaan mewah di Decorative Art Museum. |
Archeological Museum adalah museum yang
menceritakan sejarah kota Strasbourg dan daerah Alsace berdasarkan hasil
ekskavasi di sekitaran kota Strasbourg. Di sekitar tahun 600.000 sebelum
masehi, daerah Strasbourg memang sudah ditempati oleh manusia. Mungkin karena
posisinya yang di dekat sungai, sehingga mempermudah orang jaman dulu untuk
bertahan hidup. Sisa-sisa peninggalan mereka dipamerkan di dalam museum ini. Di
museum ini, tersimpan perkakas batu dari jaman Paleolitikum, keramik dari jaman
Neolitikum, dan juga patung serta batu nisan Romawi dari sekitar 500 tahun
sebelum masehi. Di sini juga dipamerkan Roman Dodecahedra, artefak jaman Romawi
misterius yang ada di seluruh penjuru Eropa.
Museum ini juga menyimpan pecahan hiasan dan
lukisan dinding kuno. Salah satu sudutnya bahkan dibentuk, seolah-olah untuk menghidupkan
kembali seperti apa rumah penduduk kaya Romawi yang hidup di tengah bangsa
Galia di jaman penjajahan Romawi. (Ingat komik Asterix? Setting kisah
petualangan Asterix dan Obelix adalah masa penjajahan Romawi di daerah Galia.
Daerah Galia kuno meliputi wilayah negara Perancis masa kini dan sekitarnya,
termasuk sekitar Strasbourg.)
Roman Dodecahedra yang sampai sekarang masih belum diketahui gunanya. |
Rekonstruksi rumah orang Romawi jaman dahulu. |
Keluar dari Palais Rohan, kami duduk-duduk
sebentar di Place de la Cathédrale (atau dikenal juga oleh orang lokal sebagai Müensterplatz).
Dari tempat duduk kami, kami melihat ada satu museum yang ternyata menyimpan
seluruh barang-barang kuno yang dulunya ada di dalam Katedral sebelum
restorasi. Karena faktor usia dan kelapukan, beberapa barang kuno yang dulunya
ada di dalam gereja, kini disimpan di dalam Musée de l’Œuvre Notre-Dame. Museum
inilah yang kemudian kami masuki.
Gedung museum ini sudah mulai dibangun dari tahun
1347 dan secara bertahap ditambahkan beberapa bagiannya. Bangunan yang kuno ini
kini menyimpan barang-barang yang sama kunonya. Karena Katedral Notre-Dame
Strasbourg beberapa kali kena bom, dan juga beberapa kali direnovasi, maka
beberapa barang yang terlalu tua atau yang riskan jika dipajang di tempat umum,
dimasukkan ke dalam museum ini.
Di lantai dasar, kami disambut oleh patung-patung
tua, wadah air babtis kuno dari batu, dan juga jendela kaca patri yang dulunya
menghiasi gereja. Jendela-jendela kaca patri yang rumit dan cantik ini mungkin
sudah terlalu tua untuk bisa bertahan menghadapi udara bebas. Selain patung,
museum ini juga menyimpan beberapa lukisan kuno, yang kebanyakan menggambarkan
tokoh-tokoh keagamaan. Ada juga altar kuno dengan lukisan yang masih terlihat
cantik dan terawat.
Patung kuno yang tadinya menghiasi pintu Katedral Notre-Dame. |
Museum ini terdiri dari beberapa lantai, dan
lantai yang paling atas menjelaskan secara detil tahapan pembangunan Katedral
Notre-Dame Strasbourg, dari bangunan dasar yang mulai dibangun di tahun 1015,
lalu ada penambahan menara di tahun 1130, sampai dengan bentuk yang ada
sekarang ini, yang mulai dibangun di tahun 1439. Di sini juga ditunjukkan sebagian
gambar desain arsiteknya lho. Hebat ya, dokumen semacam itu masih tersimpan sampai
sekarang.
Kami beruntung bisa menikmati empat museum di
Strasbourg. Gratis, lagi. Oh iya. Buat yang mau jalan-jalan ke Strasbourg, atau
Perancis pada umumnya, dan berminat untuk ke museum, penting untuk memeriksa
jadwal operasional museum. Bisa dikatakan, semua museum beroperasi di weekend.
Tapi di hari kerja, biasanya ada satu hari liburnya. Nah, kalau tanggal
wisatanya pas di hari kerja, mungkin perlu cari tahu dulu museum mana saja yang
buka.
Alsace Museum yang sudah tutup. |
Dari Musée de l’Œuvre Notre-Dame, rencananya kami
mau ke Alsace Museum. Tapi karena sudah capek jalan kaki, lagi pula sudah
mendekati jam tutup museum, kami memutuskan untuk nyemil di pinggir sungai
saja. Kisah jalan-jalan kami di Strasbourg berakhir di hari ini, karena
keesokan harinya kami sudah harus naik kereta menuju Colmar.
(Bersambung.)
Wahh, beruntung banget yaa bisa masuk museum2 di sana gratis..
BalasHapusSelfie dari jaman jebot udah ada ya ternyata.. Cuma medianya aja yg berbeda ahaha..
-Traveler Paruh Waktu
Huehehe ... nggak orang dulu, nggak orang sekarang, semua suka pamer diri.
HapusBisa dapat akses gratisan ke semua museum rejeki yang tak di duga ya kak. Sayang masak harus nunggu september lagi biar biss dapat gratis :D
BalasHapusIya tuh, hoki banget. Untung juga jalan-jalan di musim "nanggung" (lewat musim panas tapi belum masuk musim gugur), jadi ketiban rejeki gratisan.
Hapus