Jam 05:30 pagi, alarm handphone kami sudah berbunyi
semua. Begitu di negeri orang, kami jadi rajin. Padahal, umumnya, kami semua biasa
bangun jam delapan di hari libur. Berhubung hari ini kami harus check out
pagi-pagi dan naik kereta menuju Strasbourg jam 07:44, kami semua tetap
semangat bangun pagi. Seluruh kereta keluar Paris yang menuju ke arah timur berangkat
dari Gare de l’Est, jadi tak salah kalau malam sebelumnya kami memilih untuk
menginap di dekat stasiun tersebut.
Strasbourg, kota tujuan kami pagi ini. |
Jarak dari Paris ke Strasbourg adalah sekitar 490
kilometer, yang dapat ditempuh oleh kereta TGV (Train à Grande Vitesse atau Kereta
Cepat) selama 2 jam. Yah, bayangkan saja naik kereta Jakarta – Semarang bisa
sampai hanya dalam waktu 2 jam. TGV adalah kereta kebanggaan perusahaan kereta
api Perancis (SNCF - Société Nationale des Chemins de Fer Français) yang memang
dimaksudkan untuk perjalanan jarak jauh. Nah, untuk mempersingkat waktu dan
menambah pengalaman, hampir seluruh perjalanan antara kota kami ditempuh dengan
menggunakan TGV.
Kalau kita naik kereta dari Jakarta ke Yogyakarta,
kita akan disuguhi pemandangan yang cukup bervariasi. Ada sawah, gunung, lembah
dan ngarai, dan juga sungai besar. Perjalanannya juga lebih “menantang” karena
kontur tanah Pulau Jawa yang bervariasi. Kita bisa kadang naik ke atas bukit,
masuk terowongan, atau menuruni lembah landai.
Ladang gandum di pinggir rel kereta. Susah memotret di TGV karena kecepatannya tinggi. |
Tapi kalau naik kereta dari Paris ke Strasbourg,
pemandangannya relatif sama di mana-mana: tanah datar yang umumnya sudah
menjadi ladang gandum atau tanah lapang untuk memelihara kambing dan sapi.
Kadang ada hutan kecil yang warna daun-daunnya sudah mulai sedikit menguning,
dan kadang juga melewati desa-desa yang dari kejauhan bentuknya mirip seperti
desanya Belle di film Beauty and The Beast. Tapi yang jelas, kontur tanah di sepanjang
perjalanan cenderung datar sehingga tidak ada gunung dan ngarai. Nggak heran
kedua teman saya memilih tidur sepanjang perjalanan. Sementara saya berusaha
untuk tidak tidur selama perjalanan karena tidak mau kehilangan kesempatan
melihat pemandangan alam khas Eropa ini.
Kami tiba di Strasbourg jam 09:43. Tepat waktu.
Tanpa terburu-buru bergerak menuju hotel, kami memilih untuk menikmati gedung Stasiun
Strasbourg yang sudah berdiri sejak tahun 1880-an ini. Tapi di tahun 2007,
bagunan tua ini “diselubungi” bangunan kaca untuk memperbesar kapasitasnya
tanpa terlalu banyak mengganggu bangunan aslinya. Tapi memang akibatnya, kalau
mau di foto dari luar agak susah, karena yang terlihat hanya bangunan kacanya.
Di sebelah kiri itu TGV kami dari Paris. Ini bagian dalam stasiun Strasbourg. |
Hotel kami letaknya lumayan juga dari stasiun,
yaitu 20 menit jalan kaki. Kenapa kami memilih hotel itu? Karena, hotel itu
letaknya sangat dekat dengan la Cathédrale Notre Dame de Strasbourg yang
merupakan pusat kota tua Strasbourg. Hotel kami yang nyaman dan berada persis
di tengah kota tua merupakan salah satu faktor penting yang membuat kami dapat
berjalan-jalan dengan nyaman.
Tapi, di hari pertama kami tiba di Strasbourg ini,
kami tidak langsung menjelajahi kota tua. Bukan apa-apa, ada satu tujuan lain
yang kami ingin kunjungi – dan letaknya bukan di Perancis, melainkan di Jerman.
Ya, tepat sekali! Stasbourg adalah kota yang berbatasan langsung dengan Jerman.
Kota di Jerman yang berbatasan dengan Strasbourg adalah Kehl. Dan kota kecil
bernama Kehl inilah yang akan kami kunjungi hari ini.
Lanjut ke Kehl, Jerman. Dari nama jalan, sudah jelas ini bukan Perancis. |
Mulai tahun 2017 ini, orang bisa naik trem dari
Strasbourg, Perancis dan turun di Kehl, Jerman. Tanpa ada pemeriksaan paspor
dan tidak ada cap visa. Langsung saja melewati batas negara, sama seperti naik
kereta melewati perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Nah,
kapan lagi kami bisa melewati batas negara sebebas itu? Sudah pasti kami juga
mau mencoba naik trem ke Kehl.
Jadi, setelah bertanya kepada petugas hotel yang
baik hati, kami memutuskan untuk naik trem dari terminal Langtross/Grand Rue dan akan
berhenti di Kehl Bahnhof. Naik trem untuk pertama kalinya juga menjadi
pengalaman menarik. Petugas hotel sudah sempat menerangkan bahwa ada satu tiket
yang bisa dipakai oleh satu sampai tiga orang sekaligus sepuasnya selama 24 jam.
Harganya lebih murah dibandingkan satuan. Sudah pasti kami memilih tiket ini
dengan mengeluarkan uang sebesar EUR 6,80. Lumayan kan, bisa dipakai bertiga. Kamipun
naik trem sekitar 48 menit menuju Kehl Bahnhof.
Kehl adalah kota kecil yang hampir-hampir tidak
ada tempat wisatanya. Ada beberapa bangunan menarik, namun memang kalah banget
dengan Strasbourg. Tapi tujuan kami di sini adalah jalan-jalan antar negara, mumpung bisa. Nggak salah dong, mampir sebentar ke Jerman.
Mall di Kehl. |
Oh ya, untuk tambahan informasi ya, harga
barang-barang di Jerman lebih murah dari pada di Perancis. Sudah menjadi hal
biasa untuk warga Strasbourg belanja kebutuhan sehari-hari di Kehl. Buat kita
yang turis, kalau mau membelikan oleh-oleh berupa cemilan, cokelat, atau
permen, disarankan untuk belinya di Kehl saja. Harga barang selisih 20 sen,
kalau belinya banyak juga lumayan jadi penghematan. Waktu kami ke Kehl, kami
mampir ke Woolworth (salah satu jaringan supermarket Jerman) untuk belanja
makanan dan oleh-oleh yang berupa makanan. Oh ya, kalau mau belanja baju, murahan di Kehl dibandingkan di Strasbourg.
Kalau Strasbourg penduduknya lebih modis dan
rumah-rumahnya lebih berwarna, kota Kehl terlihat lebih sederhana.
Rumah-rumahnya lebih terlihat kaku dan tidak banyak pernak-pernik. Waktu di Kehl, kami menghabiskan waktu kami untuk berjalan-jalan
di sekitaran pusat kotanya: belanja oleh-oleh, melihat-lihat mallnya (CCK atau City
Center Kehl), dan tentunya nongkrong di sebuah Cafe Bar untuk minum bir. Iya
lah, kapan lagi kami berkesempatan minum bir di Jerman.
The Friedenskirche. |
Kami nongkrong di sebuah cafe yang letaknya tepat
di dekat The Friedenskirche atau The Church of Peace. Gereja ini didirikan di
tahun 1817. Disebut sebagai gereja perdamaian karena sebelum tahun 1914, gereja
ini dipakai oleh umat Katholik dan umat Protestant. Jadi, sementara di bagian
lain di Jerman kedua aliran keagamaan ini berseteru, di Kehl mereka “terpaksa”
harus berbagi gereja karena pemerintahnya waktu itu tidak mengijinkan adanya
pembangunan gereja baru. Nantinya di tahun 1914 ada gereja Katholik baru
dibangun, yaitu The Church of St. John of Nepomuk.
The Friedenskirche bentuknya sederhana namun
cantik. Tidak ada terlalu banyak ukiran. Tahun 2017 rupanya merupakan 500 tahun
setelah reformasi Martin Luther, dan sebuah spanduk kecil di gereja ini menunjukkan
perayaan mengenang 500 tahun referomasi gereja tersebut. Di seberang gereja
ini, ada patung Mother Kinzig yang merupakan salah satu artefak peringatan
perang antara Perancis dan Jerman di tahun 1870. Tadinya patung ini ada di
sebuah jembatan yang ikut hancur waktu perang tersebut. Untung saja patungnya
selamat, jadi masih bisa dinikmati hingga saat ini.
Patung Mother Kinzig. Kafe di sebelah kanan itu tempat kami minum bir. |
Pulang ke Strasbourg, kami memutuskan untuk jalan
kaki menyeberangi perbatasan Jerman – Perancis dengan melewati jembatan Passerelle
des Deux Rives di taman Le Jardin des Deux Rives. Passerelle des Deux Rives adalah
jembatan pejalan kaki yang menghubungkan sisi sungai Rhine yang di Jerman dan
sisi yang di Perancis. Kedua taman indah yang ada di kedua sisi sungai ini
disebut bersamaan sebagai Le Jardin des Deux Rives atau Garten der Zwei Ufer.
Jembatan pejalan kaki yang terkenal ini menjadi
tempat jalan yang menyenangkan bagi warga kedua kota yang ingin berkunjung
satu sama lain. Tempat ini juga menjadi obyek turisme, terutama untuk yang mau
foto-foto cantik tepat di perbatasan Perancis dan Jerman. Oh ya, penduduk lokal
juga ada yang duduk-duduk di jembatan ini. Yang paling sering kami lihat saat
kami menyeberang jembatan sih, anak-anak sekolah yang main-main sepeda dengan
teman-temannya. Sungai Rhein juga masih aktif dilewati kapal. Ada kapal pesiar
yang lewat saat kami di situ.
Passerelle des Deux Rives, dilihat dari sisi Perancis. |
Inilah titik perbatasan Perancis dan Jerman. Sebelah kiri Perancis, sebelah kanan Jerman. Yang di depan jauh adalah jembatan rel trem. |
Duduk-duduk di taman juga menyenangkan. Tentunya
kami menyempatkan diri untuk duduk-duduk di pinggir sungai. Menikmati suasana santai
di pinggir sungai Rhine. Duduk-duduk di sisi Jerman sambil memandang ke
seberang sungai dan memperhatikan orang-orang yang jalan-jalan di sisi
Perancis, dan duduk-duduk di sisi Perancis sambil melihat anak-anak yang sedang
bermain di sisi Jerman. (Kami semua jadi orang udik. Ini baru bertama kalinya
bisa melewati batas negara jalan kaki. Kalau orang Atambua mungkin sudah biasa
ya.)
Untuk yang penasaran dengan obyek turisme di kota
Kehl, bisa mengunjungi website resminya di http://marketing.kehl.de/marketing-en/tourismus/Tourist-Sites.php
Dari Le Jardin des Deux Rives yang di sisi
Perancis, kami jalan kaki ke terminal trem terdekat dan kemudian kembali ke
sekitaran hotel. Waktu kami turun trem di dekat bioskop Vox, kami melihat
banyak orang, terutama remaja, antre di depan bioskop. Penasaran, saya pun
mengintip-intip. Oh, ternyata sedang ada Festival Européen du Film Fantastique
de Strasbourg, alias Festival Film Fantasi Strasbourg. Remaja di seluruh dunia sama-sama
menyukai festival film. Jadi ingat waktu kuliah juga antre untuk menonton film
di JIFFEST (Jakarta International Film Festival).
Bioskop di Strasbourg. |
Setelah muter-muter di sekitaran Kathedral sambil
memilih-milih oleh-oleh khas Strasbourg, kami lalu memutuskan untuk makan malam
dan tidur. Bersiap untuk petualangan di hari selanjutnya!
(Bersambung.)
Gila, jarak Jakarta - Semarang hanya dalam 2 jam..
BalasHapusRugi yah kalau jauh2 ke Eropa eh tidur, karena pemandangan dari kereta pun beda dg negara kita, syg untuk dilewatkan..
Kehl?? kampung bapaknya cinta laura kali ya itu? :D
Boleh juga nih kalau ke Perancis nginep di sini, biar sekalian mengunjungi 2 negara :)
-Traveler Paruh Waktu
Bapaknya Cinta Laura? Waduh, saya nggak ngikutin gosip artis.
HapusTapi, kalau mau bolak balik perbatasan Perancis Jerman dengan mudah, Strasbourg nih yang paling oke. Gue rekomen banget, soalnya tempatnya juga keren.
Untuk ke Kehl, misal saya solo traveler sebaiknya menggunakan tiket apa ya? Thank you.
BalasHapusDari Strasbourg? Maksudnya mau pakai tiket trem apa, gitu ya? Kalau sendiri dan mau muter-muter ke mana-mana, mendingan pakai 24H Solo. Tapi di Kehl banyakan jalan kaki ya. Kalau di Kehl mau naik bus, kayaknya mendingan ambil Europass Mini 24H.
HapusHi... saya berencana tiba di airport paris langsung mau menuju ke Strasbourg. Apakah bisa naik kereta dari airport paris menuju Strasbourg? Thanks!
BalasHapusSeingat saya ada, Kak. Tapi jadwalnya tertentu. Coba cek di websitenya oui.sncf saja. Itu perusahan perkeretaapian Perancis.
Hapus