Di hari kedua kami di Belitung, kami langsung
diantar ke Pantai Tanjung Kelayang. Pantai ini adalah dermaga yang mengantar
turis ke pulau-pulau di sekitar utara Pulau Belitung. Yup, hari ini kami
rencananya island hopping. Dengan
harapan semoga cuaca baik, kami pun naik kapal yang mengantar kami untuk
mengunjungi pulau-pulau yang ada.
Melompat ke pulau-pulau! Eh... berperahu ke pulau-pulau, maksudnya. |
Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau
Pasir. Seperti namanya, Pulau Pasir adalah pulau yang terdiri dari pasir. (Ya
iya, lah!) Pulau ini hanya ada di saat laut surut. Semakin siang, pulau ini
akan semakin tertutup air laut. Sekitar jam 10-an, pulau ini biasanya sudah
hilang dari pandangan. Bersamaan itu, menghilang juga para pengunjungnya, turis
manusia dan juga bintang laut atau ubur-ubur yang kebetulan terdampar.
Tempat tujuan selanjutnya adalah Pulau Batu
Berlayar. Dinamakan demikian karena ada batu-batu besar yang bentuknya seperti
layar kapal. Menurut saya, itu tergantung imajinasi yang melihat saja sih.
Memang ada dua batu besar sejajar yang menyerupai layar. Pulau ini juga semakin
tertutup air sejalan dengan semakin tingginya matahari.
Pulau Batu Berlayar. Kelihatan nggak, mana layarnya? |
Selanjutnya, kami pergi ke Pulau Lengkuas. Pulau
Lengkuas menarik karena ada mercusuar berwarna putih yang nampak kuno. Konon
kabarnya, dulu orang bisa naik sampai ke puncaknya dan menikmati pemandangan
pulau-pulau di sebelah timur Pulau Belitung ini. Namun saat kami datang,
pengunjung hanya boleh naik sampai maksimal lantai tiga. Paling tidak, kami
masih bisa melihat pantai dari ketinggian – meskipun tidak terlalu tinggi.
Hehehe ...
Pulau Lengkuas cukup besar, jadi bisa dieksplor
dengan jalan kaki. Di sini ada banyak batu-batu besar khas Bangka Belitung,
yang sering dijadikan pengunjung latar belakang saat foto-foto cantik. Di
beberapa tempat, batu-batu besar itu membentuk ceruk yang digenangi air dan
menjadi kolam-kolam kecil. Tidak hanya untuk tempat foto-foto dan berenang,
kolam-kolam kecil ini juga didatangi ikan yang mungkin bisa dimakan. Oh ya,
pulau ini cukup lengkap kelengkapan wisatanya. Ada WC umum dan ada tempat
makan. Lumayan, bisa minum air kelapa muda sambil istirahat setelah beberapa
lama di dalam kapal.
Pulau Lengkuas yang cantik. |
Setelah puas menginjakkan kaki di Pulau Lengkuas,
kami melanjutkan perjalanan ke spot snorkeling, yang letaknya sebenarnya tidak
jauh dari Pulau Lengkuas. Air di sini jernih dan ikannya banyak. Cocok untuk
tempat snorkeling. Kalau untuk yang sudah pengalaman, mungkin agak membosankan.
Soalnya tempatnya relatif datar dan tidak terlalu luas. Tapi kalau untuk yang
jarang turun ke laut macam saya dan keluarga, pengalaman snorkeling di sini
cukup memuaskan dan menghitamkan. (Lho?)
Dari sini, kami menuju ke Pulau Kepayang.
Tujuannya adalah: makan siang. Di Pulau Kepayang, ada rumah makan seafood.
Lumayan, kepiting dan ikan bakar langsung mengisi perut kami. Pasir di Pulau
Kepayang putih dan pantainya sangat landai. Cocok banget untuk berenang. Habis
makan, saya langsung nyemplung ke laut untuk berenang ... dan tersambar oleh
ubur-ubur! Saya langsung histeris begitu merasa seperti kena kejutan listrik di
bagian kaki. Untung masih sempat berenang ke pantai. Yah, intinya, lautan luas
dan alam semesta ini punya bersama, baik manusia maupun mahkluk hidup lainnya.
Jadi memang sudah menjadi resiko, kalau berenang di laut tersambar ubur-ubur
atau kena bulu babi. Yang penting selalu waspada. Untung saya masih bisa
melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya.
Foto yang indah ini, diambil hanya lima belas menit sebelum saya terkena ubur-ubur. |
Pulau terakhir yang kami kunjungi adalah Pulau
Kelayang. Keistimewaan pulau ini adalah adanya kolam kecil yang merupakan air
laut yang terperangkap di antara batu-batu raksasa. Batu-batu yang seperti mau
roboh ini membentuk semacam gua yang bisa dimasuki, dan juga kolam yang bisa
dipakai untuk berenang. Tentu saja saya tidak melewatkan kesempatan untuk
berenang di kolam ini. Rasa sakit karena ubur-ubur? Ya sudahlah. Toh, obat
untuk mencegah racun ubur-ubur menyebar adalah air laut. Jadi berenang di air
laut kan masuk akal untuk saya. (Alasan saja sih.)
Puas berjalan-jalan dari pulau ke pulau, kami
kemudian digiring untuk makan seafood (apa lagi) di restoran Dynasty Chinese
Food. Kepiting dan Ranjungan adalah menu utama kali ini. Sepertinya beberapa
hari di Bangka Belitung membuat saya puas banget makan kepiting dan ranjungan.
Gua di Pulau Kelayang. Jadi pengin berpetualang, nggak sih? |
Keesokan paginya, saya dan adik saya memutuskan
untuk mengeksplor kawasan di sekitar hotel. Pantai Tanjung Pendam yang enak
dipakai untuk olah raga pagi menjadi sasaran pertama. Setelah puas jalan-jalan
di tepi pantai, kamipun berjalan menuju ke Rumah Eks Tuan Kuase, yang mana
dulunya adalah rumah mantan pejabat Belanda di Belitung. Rumah yang didirikan
di tahun 1862 ini kini menjadi wisma untuk tamu PT Timah.
Dari situ, kami berjalan kaki menuju ke Museum dan
Kebun Binatang Tanjung Pandan. Museum ini didirikan di jaman kejayaan PT Timah.
Isinya adalah temuan arkeologi dan geologi yang didapat saat penggalian,
hewan-hewan istimewa yang diawetkan (misalnya ikan arwana raksasa), dan juga
penjelasan proses ekstraksi timah. Di belakang museum, terdapat taman dan kebun
binatang yang cukup luas. Ada buaya, celepuk, dan rusa. Seluruh hewan berada
dalam kondisi yang menyedihkan, karena seperti kurang terawat. Taman juga
terlihat parah, catnya banyak yang hilang dan agak kotor. Mungkin seiring
dengan berkurangnya pendapatan PT Timah di Belitung, bantuan dana ke museum dan
kebun binatang ini juga berkurang. Di sini juga ada kandang ular, tapi kosong
semua. Semoga kandang ular kosong karena isinya sudah dipindahkan semua, bukan
karena lepas sendiri. Hiii ...
Rumah Eks Tuan Kuase yang sudah dicat ulang dan dibersihkan. |
Sepulang dari museum, kami check out dan menuju ke
Danau Kaolin. Danau Kaolin adalah bekas galian tambang, yang karena pengaruh
zat-zat kimia, membuat air yang terjebak di situ menjadi berwarna biru muda.
Dengan bukit-bukit tepung putih sisa galian dan air warna biru muda, tempat ini
memang terlihat eksotis. Sayangnya, waktu kami berkunjung, cuacanya mendung
sehingga foto-foto cermin yang biasanya menjadi andalan pengunjung di situ
tidak kami dapatkan.
Selanjutnya kami makan di Mie Atep. Makan lagi?
Yah ... sayang kalau jalan ke Bangka Belitung tanpa wisata kuliner. Mie Atep
menjual mie khas belitung. Dengan potongan timun, tahu goreng, dan kentang,
semangkok mie yang enak banget ini langsung hilang ditelan mulut-mulut yang
kelaparan.
Danau kaolin dengan tepung putihnya. (Rasanya nggak pas kalau bilang pasir putih.) |
Selanjutnya, kami mengunjungi pantai yang paling
termahsyur di Pulau Belitung, yaitu Pantai Tanjung Tinggi, yang terkenal sejak
dijadikan tempat shooting film Laskar
Pelangi. Pantai yang cukup luas ini memang unik karena di sini terdapat banyak
batu-batu raksasa. Bahkan ada batu yang besarnya serumah! Tempat ini sangat
fenomenal dan banyak dipakai untuk foto-foto cantik instagram. Dari sisi
manapun juga, foto yang dihasilkan terlihat bagus dan unik. Tour guide kami
mengajak kami untuk berjalan-jalan melewati batu-batu ini, dari naik ke
atasnya, turun di bawahnya, berjalan di sela-sela batu, dan nyemplung ke air
karena batu-batunya juga menjorok ke arah laut. Pengalaman seru untuk orang
yang kerjanya cuma mondar-mandir di tengah kota macam saya.
Pantai Tanjung Tinggi yang keren banget. Tempat wajib untuk foto-foto. |
Batu-batu besar yang menjadi ciri khas Pulau Belitung. |
Wow! Bahkan ada batu sebesar rumah! |
Setelah puas jalan-jalan di pantai, kami diberi
bonus makan siang (lagi) di Rumah Makan Benaria. Ikan bakar bumbu kuning dan
sop ikan kuah kuning menjadi makanan yang kami lahap dengan gembira. Oh ya,
rumah makan ini letaknya persis di tepi pantai. Jadi seolah-olah rumah makan
ini punya pantai privat. Setelah bersantai-santai di gubug, kami jalan-jalan di
tepi pantai yang semakin pasang.
Yak, inilah akhir wisata keluarga kami ke Bangka
Belitung karena setelah ini kami langsung ke bandara untuk bertolak kembali ke
Jakarta. Jadi, bagaimana tanggapan saya tentang Bangka Belitung? Pemandangannya
bagus, terutama pantainya. Makanannya juga enak-enak. Tapi kalau saya suatu saat
kembali lagi, saya mau fokus di wisata kulinernya saja. Sepertinya masih belum
puas makan kepiting dan chinese food
di sini. Hehehe ...
(Selesai)
0 Komentar:
Posting Komentar