Dari Bangka, kami sekeluarga melanjutkan
perjalanan ke Belitung dengan menggunakan pesawat udara. Pesawat kami mendarat
di Bandara H.A.S. Hanandjoeddin di Tanjung Pandan, Pulau Belitung sekitar jam
13:45 WIB. Dari sini, kami dijemput oleh tour guide yang langsung membawa kami
ke Belitung Timur. Di sini, kami diajak bertandang ke Desa Gantong dan Kota
Manggar.
Salah satu icon wisata Pulau Belitung: Replika Sekolah Laskar Pelangi. |
Pernah mendengar nama Desa Gantong? Tentu saja.
Desa Gantong Belitung adalah setting
kisah Laskar Pelangi yang terkenal itu. Di sini ada beberapa tempat wisata,
yaitu Rumah Keong Belitung yang dulunya adalah tempat penambangan timah,
replika SD Muhammadiyah Gantong, Museum Kata Andrea Hinata, dan juga Kampung Ahok.
Nah, sisa hari ini kami habiskan keliling Desa Gantong, dan kemudian mampir
sebentar ke Kota Manggar.
Tujuan pertama kami adalah Rumah Keong. Dinamai
Rumah Keong karena di sini dibangun rumah-rumahan yang bentuknya bulat-bulat
seperti keong. Dulunya daerah ini adalah tempat penambangan timah. Hasil
galiannya menjadi semacam danau besar yang kemudian dimanfaatkan untuk menjadi
tempat wisata, yaitu River Safari. Nah, dermaga utamanya River Safari ini
adalah Rumah Keong. Seharusnya, tempat ini menjadi tempat orang-orang naik
kapal dan keliling danau/aliran air yang berlanjut ke sebuah sungai yang cukup
besar. Akan tetapi, gara-gara banjir beberapa hari sebelum kami datang,
tanggulnya rusak sehingga River Safari ini berhenti beroperasi untuk sementara.
Akibatnya, kami cukup memuaskan diri foto-foto cantik di Rumah Keong.
Bentuknya seperti keong ... |
Di seberang Rumah Keong, terdapat Replika SD
Muhammadiyah Gantong. Replika SD ini adalah properti untuk shooting film Laskar Pelangi. Walau bentuknya hanya rumah kayu yang
agak reyot, namun semangat Laskar Pelangi yang terpancar dari bangunan ini
berhasil mengundang banyak turis lokal untuk berkunjung. Waktu saya datang
kemari, ada puluhan mobil dan banyak pengunjung yang datang untuk foto-foto di
sini.
Bersambung dari kunjungan ke Replika SD, kami
kemudian mengunjungi Museum Kata Andrea Hinata. Masuk ke museum ini, seperti
masuk ke tempat yang seolah-olah jauh dari Belitung. Nuansanya lebih mirip
dengan rumah-rumah seni di Eropa, dimana koleksi yang ditampilkan bukan
dimaksudkan untuk dinikmati secara pasif, namun untuk membangkitkan imajinasi
secara aktif. Buat saya, ini keren banget. Sayang sekali kalau tempat seperti
ini jatuhnya cuma jadi tempat foto-foto lucu untuk Instagram. Mungkin karena
saya datangnya di hari libur, jadi saya tidak melihat aktivitas seni atau pengembangan
kreativitas yang membuat anak-anak atau orang-orang tertantang untuk berkreasi.
Beruntung sekali sekolah-sekolah di Pulau Belitung punya Museum secanggih ini
di dekat mereka!
Mejeng dulu di Museum Kata Andrea Hinata. |
Kegiatan di Desa Gantong ditutup dengan kunjungan
ke Kampung Ahok. Disebut Kampung Ahok karena memang ini kampungnya Pak Ahok. Di
sini ada rumah yang menjual suvenir setempat, dan juga ada Galeri Batik Daun
Simpor yang menjual batik dengan corak daun simpor. Daun Simpor adalah daun
tanaman lokal yang tumbuh di Pulau Belitung.
Kami lalu melanjutkan perjalanan ke Kota Manggar,
yang dikenal sebagai Kota 1001 Kopi. Alasannya, ada banyak sekali kedai kopi di
sini. Dan bukan tipe-tipe Starbuck yah, tapi kedai kopi beneran, yang kopinya
kerasa banget! Bapak-bapak penghuni kota ini memang penikmat kopi yang hobi
nongrong pagi-siang-sore sambil minum kopi.
Nah, rugi dong, kalau mampir ke Kota Manggar tanpa
minum kopi. Jadi, kami pun berhenti di Warkop Anui 1982 yang terletak di dekat
SDN 5 Manggar. Ini warung kopi beneran, ya. Nggak ada menu kopi-kopi cantik
macam Capuccino. Pilihannya adalah: kopi hitam, pakai gula atau tidak, pakai
susu atau tidak. Itu saja. Konon kabarnya, di pagi hari kopinya pekat dan bisa
membuat kepala sakit kalau yang minum tidak biasa minum kopi. Kalau di sore
hari (seperti waktu kami datang), kopinya sudah lebih encer. Tapi tetap enak
dan terasa banget.
Serasa minum kopi di jaman dulu. |
Kami duduk-duduk di sini sambil dilihati oleh
sekumpulan bapak-bapak yang sedang bergosip. Kami membeli kopi lima gelas, ada
yang pakai susu ada yang tidak pakai susu, dengan total harga yang dibayarkan
Rp 21.000,-. Warung kopi ini buka subuh dan tutup jam 5 sore. Jadi waktu kami
datang, memang sudah mendekati waktu tutup warung.
Setelah puas minum kopi, kami lalu mampir sebentar
di Pantai Nyiur Melambai di Desa Lalang. Walaupun namanya Pantai Nyiur
Melambai, tetapi yang saya lihat di sini justru pohon cemara. Entah siapa yang
berinisiatif memberikan nama pantai ini. Pemandangannya memang bagus, tapi ...
kiri kanan kulihat semua, banyak pohon cemara ... a a (nada meninggi). Seperti
naik-naik ke puncak gunung.
Dari sini, kami lalu menyeberangi Pulau Belitung
menuju ke tempat penginapan kami di bagian barat pulau. Sempat melewati Dusun
Durian, kampungnya Pak Yusril Ihza Mahendra. Kami pun melewati jalan-jalan
kampung dan tembok yang katanya adalah pagar rumah keluarga Pak Yusril. Selepas
Desa Durian, kami langsung masuk jalan raya dan menuju ke barat.
Pantai Nyiur Melambai. Mana nyiurnya? |
Pemandangan sepanjang jalan menyejukkan mata, dengan
kadang-kadang ada sisa-sisa penambangan di tepi jalan. Dengan semakin
tenggelamnya matahari, jalanan menjadi semakin gelap. Bukan apa-apa, tidak ada
lampu di jalanan. Untuk makan malam, kami mampir sebentar di Desa Perawas,
untuk makan di Raja Seafood Belitung. Menunya ikan bakar, sop kepiting,
ranjungan masak asam manis, dan capcay. Lumayan enak.
Kami menginap di Grand Hatika Hotel. Letaknya
persis di seberang Pantai Tanjung Pendam. Pantai yang jadi tempat nongkrong
warga Belitung ini lumayan ramai di malam hari selama akhir pekan. Bahkan, di
sini ada banyak kafe dan yang buka sampai sangat larut malam. Tapi, Pantai
Tanjung Pendam di pagi hari lebih bernuansa wisata keluarga, dimana banyak
orang lari pagi atau jalan-jalan bersama anak. Di pagi hari, airnya surut
hingga ke tengah, sehingga yang terlihat adalah hamparan pasir yang cukup luas.
Walau nampak indah, hati-hati jalan-jalan di hamparan pasir ini, karena ada
banyak kepiting kecil berkeliaran. Semakin ke tengah, semakin banyak
kepitingnya.
Pantai Tanjung Pendam di pagi hari. |
Nah, keesokan harinya, kami island hopping seharian. Tunggu lanjutannya, yah.
(Bersambung)
Belum pernah ke belitung :( dari dulu cuman angan saja hehehhee one day!
BalasHapusAmin ... Pasti ada jalan, kok.
Hapus