Yeay! Weekend panjang yang lalu, saya sekeluarga
mendapat kesempatan untuk jalan-jalan ke Bangka dan Belitung. Wisata sekeluarga,
nih: Ayah, Ibu, dan kami kakak beradik. Artinya, nggak ada acara nyasar ke
tujuan nggak jelas, nggak ada namanya bengong bego di tepi pantai, dan tentunya
anggaran mencukupi. (Cie...) Maklum, jalan-jalan kemarin difasilitasi oleh
private tour, lengkap dengan mobil sewaan dan tour guide. Tapi memang sih,
kalau jalan-jalan ke pulau-pulau begini, mendingan ikut tour. Bukan apa-apa,
kendaraan umum sangat jarang dan taksi susah. Kecuali dapat sewa motor, agak
repot untuk menuju ke tujuan-tujuan wisata.
Pantai Parai Tenggiri, salah satu resort terkenal di Pulau Bangka. |
Tujuan pertama wisata kami adalah Pulau Bangka.
Waktu saya masih SD, saya belajar bahwa Pulau Bangka adalah tempat tambang
timah. Memang, Pulau Bangka adalah salah satu penghasil timah terpenting di
Indonesia. Di masa kejayaannya, Pulau Bangka menjadi pusat mata pencaharian
ribuan orang yang mengeksplorasi endapan timah di sini. Bahkan, PT Timah yang
merupakan perusahaan milik negara juga berkantor pusat di Pulau Bangka ini.
Namun kini, aktivitas penambangan timah di pulau sudah semakin menurun. Hanya
saja, kabarnya penambangan timah di laut masih memberikan hasil yang baik.
Kami tiba di bandara Pangkalpinang sekitar persis
sebelum waktu makan siang. Tour guide kami yang baik hati langsung mengantar
kami untuk makan siang. Kami makan siang di Rumah Makan Ameng yang terletak di
Kelurahan Bintang, Pangkalpinang. Rumah Makan Ameng adalah rumah makan chinese
food yang tidak halal. Menu makan siang kami adalah cu kiok (kaki babi kuah),
sup songsui (sup jerohan babi), ayam cakai (ayam kering kuah asam), dan sayur
capcay. Mantap!
Masuk ke Puri Tri Agung. |
Setelah makan, kami langsung berangkat ke Puri Tri
Agung. Puri Tri Agung adalah pagoda vihara yang mulai dibangun di tahun 2012.
Puri ini memang sengaja dibangun dengan tujuan untuk menjadi tempat wisata
religius. Puri yang unik ini dimaksudkan untuk menjadi tempat peribadatan tiga kepercayaan
sekaligus, yaitu Budha, Konghuchu, dan Laotze. Itulah sebabnya puri ini dinamai
Tri Agung. Letaknya di dekat Pantai Tikus, Kecamatan Sungailiat.
Langit-langit pagoda dipenuhi oleh gambar-gambar
yang menunjukkan kisah-kisah dari masing-masing kepercayaan. Ukiran-ukiran di
kayu penyangga langit-langit juga menggambarkan legenda di ketiga kepercayaan
ini secara silih berganti. Suasananya syahdu dan memang mendukung untuk berdoa.
Tepat di luar pagoda, ada pantai kecil dengan
batu-batu besar khas Bangka Belitung yang bisa dijadikan tempat foto-foto. Oh
ya, saat kami menuju ke Pagoda ini, kami melewati Sungai Batu Rusa. Konon
kabarnya, di sungai ini ada batu berwarna hitam yang bentuknya seperti rusa. Tapi
kata tour guide kami, sekarang sudah tidak ada yang pernah melihat batu itu.
Pantai Tikus Emas. |
Dari Pagoda Tri Agung, kami berangkat menuju ke
Pantai Tikus Emas. Pantai ini cukup ramai didatangi oleh warga lokal yang ingin
bersantai. Pasirnya putih dan cukup halus. Kata tour guide kami, pantai ini memang
dikembangkan oleh salah satu orang kaya di Bangka untuk dijadikan tempat
wisata. Konon kabarnya, istilah tikus adalah julukan untuk pemilik tanah
sebelumnya, yang sering membantu pergerakan bawah tanah di jaman dahulu kala. Untuk
masuk ke pantai ini, pengunjung cukup membayar Rp 5.000,- per orang.
Di Pantai Tikus Emas, ombaknya cukup besar,
sehinga pengunjung diminta untuk selalu waspada. Padahal, pantai yang luas ini
mengundang banget untuk berenang. Tapi kalau tidak bisa nyebur pun, di sini ada
banyak hal yang bisa dilakukan – termasuk duduk santai sambil makan jagung susu
keju. Oh ya, di sini juga ada batu-batu besar, tapi memang tidak terlalu
banyak. Di sini saya baru memperhatikan bahwa corak batu-batu di sekitaran
Bangka agak unik. Batunya agak kasar dan sepertinya ada butir-butir yang
mengkilat. Mungkin memang bebatuan seperti ini memang menjadi ciri khas sekitar
Bangka Belitung.
Resort Pantai Parai Tenggiri. |
Dari situ, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Parai
Tenggiri. Konon yang memberi nama pantai ini adalah Bung Karno yang senang
memancing di pantai ini. Katanya dahulu di sini banyak ikan tenggirinya. Pantai
Parai Tenggiri adalah pantai resort yang dilengkapi dengan bangunan hotel dan
tempat makan. Pantai Parai Tenggiri terletak di daerah Sungailiat. Oh ya, karena
Tour Guide kami sudah maju duluan waktu masuk, saya tidak tahu apakah ada biaya
atau tidak untuk masuk kemari, dan kalau ada berapa harganya.
Di Pantai Parai Tenggiri ini, ada beberapa
alternatif kegiatan, termasuk olah raga air seperti jetski. Pantai nan landai
ini memiliki pasir yang sangat putih dan halus. Di sini ada “pulau” batu kecil
yang cocok banget untuk dijadikan tempat selfie. Sayangnya, waktu kami kemari,
jembatan pasang (jembatan yang bisa dipakai untuk menuju ke pulau saat laut
pasang) sudah rusak dan tidak bisa dilewati. Untungnya waktu kami lewat belum
mulai pasang. Jadi, kami bisa menuju ke pulau dengan berjalan di atas pasir.
(Bersambung.)
0 Komentar:
Posting Komentar