Jalur Busway Koridor 13, jalan layang Tendean. |
Berbekal informasi di media sosial mengenai uji
coba Transjakarta untuk Koridor 13 di tanggal 13 Agustus 2017, maka tadi siang saya
memutuskan untuk mencoba naik bus Transjakarta jurusan Ragunan – Ciledug. Dari sekitaran
Kuningan, saya naik bus jurusan Ragunan. Sempat ragu-ragu, apakah betul ada
jurusan Ciledug dari Ragunan. Soalnya, di halte Busway Kuningan Timur, spanduk yang
terpampang hanya menuliskan tiga rute baru di Koridor 13, yaitu Ciledug – Blok M,
Ciledug – Pancoran Barat, dan Ciledug – Bunderan HI. Waktu saya tanya ke
petugas di dalam bus, dia malahan bilang kalau jurusan Ragunan – Ciledug baru
akan beroperasi di tanggal 17 Agustus 2017. Nah lho? Untungnya saya tetap nekad
menuju ke Halte Busway Ragunan, karena sebenarnya jurusan Ragunan – Ciledug adalah
jalur uji coba yang hanya beroperasi di tanggal 13 Agustus 2017 ini! Artinya,
jalur ini hanya ada di hari ini saja.
Waktu sampai di Halte Busway Ragunan, saya sempat
bertanya ke petugas yang jaga di dekat tempat tap-in, dimana saya bisa ambil
bus jurusan Ciledug. Dia menyuruh saya untuk tap-in dulu, terus keluar dari
halte, baru kemudian jalan kaki ke bus warna putih yang ada di ujung terminal. (Bus
Transjakarta jurusan Ragunan – Ciledug tidak menaikkan dan menurunkan penumpang
di halte.) Saya sih, polos saja ikut petunjuknya. Setelah saya dekat bus yang
dimaksud, saya baru sadar: uji coba hari ini kan gratis, kok saya disuruh
tap-in dulu? Ya sudah, lah. Mungkin petugasnya memikirkan bonus tahunannya –
atau dia tidak tahu kalau hari ini gratis naik bus Transjakarta yang ke arah
Ciledug. (Soal kurangnya penyebaran informasi di antara petugas Transjakarta sudah
terlihat dari saat petugas di dalam bus Koridor 6 yang saya naiki mengatakan kalau
jurusan Ragunan – Ciledug baru beroperasi tanggal 17 Agustus.)
Bus yang saya naiki dari Ragunan ke Ciledug. |
Waktu saya masuk ke dalam bus, saya sempat kaget.
Bisa dikatakan 70% penumpangnya anak-anak. Dari ramainya para penumpang,
sepertinya mereka ini rombongan besar – mungkin satu kampung yang iseng uji
coba naik Transjakarta gratis. Kecurigaan saya semakin terbukti ketika petugas
yang menjaga bus bertanya sampai dua kali, “Bapak Ibu, ada anggota rombongannya
yang ketinggalan, nggak?” Yang terus dijawab dengan dengungan penumpang yang
nggak jelas kata-katanya. Tapi yang jelas, tidak ada yang merasa kehilangan teman
atau saudara seperjalanan Setelah menunggu selama sekitar 10 menit, bus pun
mulai berjalan. Bus jurusan Ragunan – Ciledug yang saya naiki mulai bergerak
meninggalkan Ragunan di pukul 12:30.
Jalur bus ini agak aneh. Lewatnya tempat yang
macet-macet. Ya maklumlah, namanya juga jalur uji coba. Bus melewati Jl. Buncit
Raya, lalu belok ke Jl. Duren Tiga Raya, belok ke Jl. Raya Pasar Minggu, lalu
masuk ke Jl. Jend. Gatot Subroto. Nah, dari sini, bus berbelok ke Jl. Kapt. Tendean
dan berhenti sebentar di halte busway Tendean. Di halte busway Tendean, ada
beberapa orang yang masuk. Sepertinya mereka adalah orang-orang yang penasaran
dengan jalan layang Tendean. Setelah itu, bus mulai melaju menaiki jalan layang
Tendean.
Okeh Pak, siap melayang di atas Jalan Tendean! |
Setelah sekian lama mengalami kemacetan di
sekitaran Tendean gara-gara pembangunan jalan layang ini, akhirnya saya bisa
merasakan nikmatnya naik Transjakarta di jalan layang tersebut. Bukan karena
ini masih uji coba, melainkan karena jalan layang memang hanya khusus Transjakarta,
jadi jalanan lancar jaya! Bus tidak berhenti di jalan layang, kecuali di halte busway
CSW, dimana beberapa orang dengan kamera DSLR memotret bus berkali-kali, dan
juga masuk ke dalam bus untuk memotret-motret. Buat yang belum tahu, halte busway
CSW adalah halte busway Koridor 13 yang paling dekat dengan Blok M.
Setelah meninggalkan halte busway CSW, bus kami
pun melaju kembali menuju Ciledug. Bus Tranjakarta yang kami tumpangi tidak
ngebut. Tapi waktu tempuh jalan layangnya membuat saya berdecak kagum. Dari
ujung Tendean dekat kantor TransTV sampai ujung jalan layang di Jl. Raya
Ciledug dekat Roti Bakar Eddy, perjalanan ditempuh hanya dalam 18 menit! Sebagai
perbandingan, saya pernah naik bus kopaja dari Blok M sampai ke Giant Kreo
(tidak jauh dari situ), total perjalanan satu jam lebih karena macet banget.
Plaza Blok M dan jalan layang yang baru dibangun di dekatnya. |
Setelah sampai di Jl. Raya Ciledug, barulah bus
berhenti di halte busway Adam Malik untuk menurunkan beberapa penumpang.
Setelah halte busway Adam Malik, bus langsung melanjutkan ke halte
pemberhentian terakhir, yaitu halte busway Puri Beta 2. Halte busway ini
terletak di dalam perumahan Puri Beta 2. Sebetulnya, menurut saya, halte ini
masih separuh jalan menuju ke Ciledug yang sebenarnya. Soalnya, untuk saya,
yang namanya sampai Ciledug itu kalau sudah sampai di Carrefour Ciledug – yang mana
jaraknya masih sekitar 2 kilometer lagi. Tapi bahwa Mampang – Ciledug bisa
dicapai dalam waktu sekitar setengah jam, hal ini sudah membuat saya berdecak
kagum. Ternyata memang bisa!
Pulangnya, saya harus antre cukup lama di halte
busway Puri Beta 2. Rupanya, animo masyarakat Ciledug terhadap uji coba busway
ini cukup tinggi. Orang-orang dari sekitar Ciledug datang hanya untuk mencoba
naik Transjakarta gratis. Oh ya, rombongan keluarga besar dan anak-anak yang
tadi naik bus bersama saya dari Ragunan ternyata juga warga Ciledug yang
langsung pulang setelah tiba di halte busway Puri Beta 2. Kebetulan waktu
pulang saya dapat lagi bus Transjakarta jurusan Ciledug – Ragunan. Lumayan, di
kesempatan langka ini saya naik jalur uji coba ini bolak-balik.
Khusus Jalur Busway. |
Waktu berangkat dari Ragunan saya naik bus yang
isinya rombongan keluarga besar, namun bus tidak terlalu padat. Jadi, saya
masih bisa berpindah-pindah posisi di dalam bus untuk mencari tempat yang enak
untuk memotret. Waktu pulang, bus terlalu penuh sehingga saya sulit
bergerak-gerak. Untung ibu-ibu yang duduk di sebelah saya bersemangat untuk
foto-foto sehingga tiap kali dia berpindah untuk merekam jalan layang dengan handphone-nya, saya duduk di kursinya
dan bisa memotret beberapa pemandangan yang cukup bagus.
Akhir kata: kalau dijalankan dengan benar,
pembangunan yang dilakukan dengan menambah panjang kemacetan dan juga
memperbanyak omelan orang di media sosial akan menghasilkan perbaikan untuk
semua. Kalau tidak dilakukan dengan benar ... ya jadinya seperti tiang-tiang
calon MRT yang tidak jadi dibangun di sepanjang Jl. H.R. Rasuna Said. (Asal
tahu saja, waktu mendirikan tiang-tiang itu, kabel fiber untuk internet di
beberapa gedung di Kuningan sempat terputus karena penanaman kabel ternyata
meleset beberapa meter dari peta yang dimiliki oleh pemerintah. Tapi, kerepotan
yang terjadi waktu pembangunannya sia-sia, karena tidak ada hasil apa-apa.)
Mari kita tunggu “hasil” dari kemacetan dan perubahan sirkulasi kendaraan yang
terjadi saat ini di beberapa titik di Jakarta.
Menunggu hasil pembangunan yang selanjutnya. |
seru banget bisa ikut uji coba ini mbak :D
BalasHapusHuehehe ... kebetulan banget pas bisa.
Hapus