Banyak orang bertanya ke saya, “Kok tahu banget
ya, daerah-daerah di Jakarta?” Saya biasa bilang, “Lha sudah 20 tahun tinggal
di Jakarta, ya sudah pasti tahu banyak tempat.” Tapi ternyata, saya punya
beberapa teman (di usia 20-an) yang lahir besar di Jakarta namun tidak terlalu
mengenali sudut-sudut kota kelahirannya ini. Ada yang belum pernah naik ke atas
Monas, ada yang belum pernah ke sekitaran Pluit, ada yang tidak tahu
taman-taman kota di Menteng, ada yang belum pernah ke Pasar Santa. Nah lho ...
Ternyata lama tinggal di suatu tempat tidak menjamin orang tersebut mengenali
lingkungan tempat tinggalnya. Apalagi kalau tempat tinggalnya adalah Jakarta,
yang areanya cukup luas, kemana-mana macet, dan beberapa tempat dirasa kurang
nyaman atau kurang aman.
Ada saja orang Jakarta yang belum pernah naik ke atas Monas. |
Padahal, sayang lho kalau kita tidak
mengeksplorasi kota tempat tinggal. Sekarang masih tinggal di Jakarta, sering
kali bilang, “Nanti dulu saja, capek nih. Mau di kos saja.” Begitu sudah
waktunya untuk pindah kota (karena penugasan, dapat beasiswa S2, atau menikah),
baru mikir, “Kok gue belum pernah ke sana-sini ya?” Nyesel kan ...
Masalahnya, kadang kala kita tidak merasa
terdorong untuk bergerak menuju ke suatu tempat kalau tidak ada maksud dan
tujuan yang jelas. Kalau naik ke atas Monas, tujuannya jelas: untuk bisa
memotret Jakarta dari ketinggian (atau untuk bisa pamer ke sanak saudara di
kampung bahwa sudah pernah naik ke atas Monas). Kalau pergi ke sekitaran Bendungan
Hilir? Atau ke daerah Jembatan Lima? Ngapain ke sana? Kalau memang punya
keinginan untuk eksplorasi Jakarta, mungkin perlu dicoba untuk ikut di komunitas
tertentu atau aktivitas lain yang membuat kita mengenal daerah-daerah baru di
sekitaran Jakarta.
Waktu saya baru lulus kuliah, saya termasuk orang
yang semangat tinggi untuk melamar di tempat-tempat yang jauh dari tempat
tinggal. Saya pernah melamar ke Cikarang, Tangerang, Pulo Gadung ... karena
memang saya anak kos yang bersedia pindah kos-kosan tergantung tempat kerja dan
juga karena saya jadinya menemukan alasan untuk datang ke tempat-tempat itu.
Kapan lagi, anak lulusan psikologi seperti saya masuk pabrik-pabrik di sekitaran
Kawasan Industri Pulo Gadung? Kalau ke institusi penampungan orang-orang dengan
masalah kejiwaan atau masalah sosial lain yang di tangkap di jalan, saya sudah
pernah berkunjung. Tentunya dalam rangka tugas kuliah.
Cari kerja bisa jadi alasan untuk menjelajahi Jakarta. |
Selain untuk interview, salah alasan saya pergi ke
tempat-tempat yang jauh adalah untuk berkunjung dan/atau menginap di rumah
teman. Teman kuliah atau teman kursus bahasa atau teman kantor atau teman-teman
lainnya, semuanya bisa menjadi alasan untuk jalan-jalan. Saya bisa sampai di
Stasiun Bekasi ataupun Stasiun Tangerang juga karena berminat main ke rumah teman.
Bahkan, saya tahu Pluit Village Mall karena mau ke tempat teman saya yang
rumahnya dekat situ. Sebelumnya, sebagai penghuni setia Jakarta Selatan, tidak
pernah terpikir oleh saya untuk jalan-jalan di mall di Pluit. Jauh banget!
Berburu event adalah cara lain untuk menemukan
alasan jalan-jalan. Ngapain ke Gedung Kesenian Jakarta? Ya mau menonton
pertunjukan! Ngapain mau ke Kafe X atau Kafe Y? Karena ada pertunjukan di sana
... Walau yang ini biasanya harus berani modal, namun kalau beruntung bisa
mendapatkan undangan untuk acara gratisan. (Tapi ini sangat jarang, ya.)
Menonton acara kebudayaan di Gedung Kesenian Jakarta. |
Cara lain untuk menemukan alasan jalan-jalan
adalah ikut komunitas. Komunitas adalah kumpulan orang-orang dengan visi yang
sama. Biasanya, komunitas punya acara kumpul-kumpul yang bisa membuat kita
mendatangi tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi. Komunitas yang
tujuannya membawa orang-orang untuk berwisata sudah pasti akan membuat kita
mendatangi tempat-tempat baru. Dulu banget ... saya pernah ikut kegiatannya
Komunitas Historia Indonesia, Komunitas Jelajah Budaya, Sahabat Museum, dan
beberapa komunitas lain yang saya sudah lupa namanya. Lumayan, mereka semua
membawa saya mengunjungi masjid-masjid kuno, gereja-gereja tua, dan tempat-tempat
bersejarah lain, sambil menjelaskan sejaran yang ada di balik tempat-tempat
itu. Lumayan kan, jalan-jalan sambil menambah ilmu pengetahuan.
Komunitas yang tujuannya bukan jalan-jalan juga
bisa membuat kita berkunjung ke tempat-tempat yang mungkin kita tidak pernah
tahu sebelumnya. Saya dulu pernah ikut Toastmasters International, dan jadinya
bisa masuk-masuk ke beberapa gedung kantor di Jakarta yang tidak akan saya
masuki kalau tidak ada alasannya. Kursus bahasa di pusat kebudayaan juga
membuat saya bolak-balik masuk ke pusat kebudayaan. Kegiatan lain seperti Gathering
Backpackers Indonesia atau Polyglot Indonesia Meetups juga bisa membawa kita ke
tempat-tempat baru. Atau, paling tidak membuat kita menemukan hal yang berbeda
dari tempat yang mungkin sudah kita kenal sebelumnya.
Dulu pernah ada acara keliling Kota Tua naik sepeda ontel. Nggak tahu sekarang masih ada atau nggak. |
Hal lain yang membuat saya jalan-jalan adalah ...
untuk mengisi blog. Nah, ini adalah alasan khusus. Jujur saja, dalam rangka
mengisi blog secara rutin, saya berusaha untuk menyempatkan pergi ke
tempat-tempat tertentu – hanya supaya ada bahan tulisan di blog. Sebagai orang
yang di akhir pekan juga ada banyak acara (termasuk cuci baju, menggosok lantai
kamar mandi, reunian dengan teman-teman, dan lain-lain), kadang-kadang saya
merasa tidak punya bahan isian blog. Sementara, saya tidak ingin blog saya
isinya cuma copy-and-paste dari blog
lain atau Wikipedia. Kalau bisa, setiap tempat yang diulas ya merupakan tempat
yang memang sudah pernah dikunjungi. Kan lebih afdol, gitu. Jadinya, sering
kali saya bela-belain mter-muter untuk mencari tempat yang bisa dituliskan di
dalam blog.
Nah, jadi jangan heran, kalau saya cepat paham
kalau ada yang membahas letak dan posisi bangunan atau jalan-jalan utama menuju
ke suatu tujuan. Jalan-jalan sebagai hobi memang didampingi dengan minat untuk
eksplorasi tempat. (Untungnya, pembawaan saya yang kelihatan galak dan berbaju kucel membuat sejauh ini saya aman-aman saja
jalan kaki di mana-mana.) Dan bukan berarti semua tempat di sekitaran Jakarta
pernah saya jelajahi lho. Selalu ada tempat baru, termasuk mall baru, kafe
baru, tempat wisata baru, dan aktivitas menarik yang bisa membuat saya bergerak
meninggalkan rumah.
Bagaimana? Masih mencari-cari alasan untuk
keliling Jakarta?
0 Komentar:
Posting Komentar