Ayo, ditunggu di Museum Batik Danar Hadi. |
Berkunjung ke Solo? Tidak afdol jika membahas
tentang kota Solo tanpa membicarakan tentang batik. Sebagai kota yang pernah
menjadi ibukota kerajaan Mataram dan merupakan salah satu pusat kebudayaan
Jawa, batik menjadi bagian yang menyatu erat dengan kehidupan di warga Solo.
Sering disebut dengan Surakarta, kota ini tidak hanya menyimpan sejarah budaya
yang panjang, namun juga koleksi saksi budaya yang tak kalah banyak.
Salah satu saksi kekayaan budaya kota Solo adalah Museum
Batik Danar Hadi. Museum yang didirikan oleh pemilik perusahaan batik Danar Hadi
ini terletak persis di pusat kota, yaitu di Jl. Slamet Riyadi no. 261 Solo.
Museum yang berada satu kompleks dengan rumah makan dan toko batik Danar Hadi ini
memamerkan koleksi pribadi batik keluarga pemilik Danar Hadi. Oh ya, karena
jumlah koleksi keluarga ini sangat banyak, maka secara rutin sebagian koleksi museum
ini dirotasi dengan koleksi yang tersimpan di gudang penyimpanannya.
Gedung Museum Batik Danar Hadi terdiri dari 11
ruangan yang masing-masing menyimpan jenis batik dengan tema tertentu. Konon
kabarnya, museum ini mampu memamerkan 5.000 lembar kain batik, yang mana
kain-kain itu merupakan bagian dari total sekitar 11.000-an lembar batik koleksi
keluarga tersebut. Jadi kalau kita berkunjung di waktu yang berbeda, mungkin kita
akan menemukan pola-pola batik yang berbeda-beda di setiap kunjungan.
Untuk masuk ke museum, kita harus membeli tiket
masuk yang harganya Rp 35.000,- per orang. Dan masuknya juga tidak bisa
sembarangan. Masuk ke dalam museum harus ikut in-house tour yang disediakan
oleh pihak pengelola museum. Pada dasarnya, untuk keamanan koleksi, pengunjung
tidak diperkenankan untuk jalan-jalan sendiri tanpa pengawasan petugas. Berhubung
waktu saya datang hanya ada dua grup yang masuk, yaitu saya sekeluarga berempat
dan sepasang muda-mudi, maka kami diantar bersamaan.
Ada peraturan yang harus dipatuhi saat mengunjungi
museum, yaitu: tidak makan/minum, tidak memotret apapun, dan tidak menyentuh
koleksi. Oh ya, dilarang membawa kamera. Bawa handphone boleh, tapi tidak boleh
memotret. Tidak salah juga sih, soalnya beberapa koleksi pribadi ini adalah hasil
ide kreasi para pendiri perusahaan yang mungkin masih menjadi acuan produksi batik
di perusahaan Danar Hadi hingga saat ini. Kan bisa dicontek kalau foto-fotonya
beredar luas di internet.
Jujur saja, saya sangat kagum dengan koleksi
museum ini. Lengkap banget. Koleksinya lengkap, penjelasannya juga tidak kalah
lengkap. Tidak hanya melihat batik “standar” yang biasa dipakai bangsawan
keraton, saya juga melihat perbedaan batik untuk warga Belanda di jaman
penjajahan, batik untuk warga keturunan Cina, batik untuk orang-orang kaya
tempo dulu, dan batik rakyat jelata. Dari corak kain (kaku atau kontemporer),
pilihan warna, dan jenis kain betul-betul menunjukkan perbedaan budaya, status,
dan kekuatan ekonomi masing-masing golongan.
Oh ya, ada juga ruangan untuk batik adikarya.
Maksudnya, di ruangan ini disimpan batik-batik yang dirancang oleh perancang
kenamaan – terutama di jaman Belanda. Batik-batik di sini cenderung berpola kontemporer
dengan corak batik pagi-sore (dua corak dalam satu kain). Tentunya, ada juga
yang coraknya agak konvensional namun rumit. Oh ya, batik ternyata menyimpan
makna di setiap coraknya lho. Cuma saya sudah tidak ingat lagi penjelasan tour
guide kami yang penjelasannya detil banget itu.
Buat yang jadi ingin beli batik setelah
muter-muter museum, bisa mampir ke toko batik Danar Hadi di dekatnya. Di sini
ada berbagai macam kain batik dan pakaian jadi yang mungkin cocok dengan
selera. Soal harga, tergantung selera. Kain yang harganya hampir sama dengan
harga sepeda motor sampai baju jadi yang harganya ... lumayan lah, ada.
Jadi penasaran dengan Museum Batik Danar Hadi?
Yuk, kunjungi langsung museumnya. Jalan-jalan sekaligus mempelajari sejarah dan
budaya Indonesia.
0 Komentar:
Posting Komentar