Saya bukan tipe traveller yang hobi belanja. Dan
pada dasarnya saya juga nggak punya duit buat belanja. Tapi pas di Tokyo
kemarin, rencana saya memang mengunjungi area di Tokyo yang namanya banyak
dikenal orang di Indonesia – dan tempat-tempat yang banyak dikenal orang itu,
kalau bukan landmark ya tempat belanja.
Tempat-tempat bertema khusus biasanya hanya dikenal oleh orang-orang tertentu
yang memang suka, misalnya Gundam Cafe untuk penggenar Gundam dan Ghibli Museum
untuk penggemar film-film besutan Hayao Miyazaki. Kalau tempat belanja,
biasanya sudah menjadi tujuan wisata umum. Jadi, jangan heran saya muter-muter
di sekitaran tempat belanja hanya karena tempat itu terkenal.
Oh ya, karena saya datang di tengah-tengah musim
panas dan ada yang pas akhir pekan, jadi saya datang tepat di mana pusat-pusat
belanja ini padat dipenuhi lautan manusia. Apalagi, saya datang di sekitaran
libur lebaran di Indonesia – sering banget ketemu turis dari Indonesia.
Sepertinya, di setiap langkah saya selalu mendengar orang berbicara dalam bahasa
Indonesia. Nah, ini dia tempat-tempat belanja yang saya kunjungi di bulan Juli
2016 ini.
Harajuku
Tempat yang dikenal sebagai tempat kumpul-kumpul
remaja ini memang selalu ramai di akhir pekan. Waktu saya datang, selain
dilewati orang-orang yang mau menonton konsernya Ayumi Hamasaki di Yoyogi
Stadium, Harajuku juga dipenuhi oleh remaja Jepang yang mau ngopi-ngopi cantik
dan turis mancanegara. Saya datang ke sini karena letaknya sangat dekat dengan
Meiji Jingu yang memang menjadi tujuan wisata saya.
Takeshita Street pas weekend. |
Tempat paling ramai di Harajuku adalah Takeshita
Street (Takeshita Dori). Jalan yang lebih cocok disebut gang senggol ini
letaknya cukup dekat dengan Harajuku JR Station, jadi cukup strategis. Buat
yang mau cari cemilan lucu-lucu dan baju-baju ngetren, boleh coba belanja di
Takeshita Street ini. Di sepanjang jalan, penjual pernak-pernik dan kaos-kaos
warna-warni berjajar menjajakan dagangan mereka. Yang beli? Jangan tanya – banyak
orang Indonesia yang terdengar sedang memilih-milih baju. Buat yang mau cari
oleh-oleh murah meriah, bisa mampir ke Daiso di Takeshita Street ini untuk
memborong barang-barang unik seharga seratusan yen per buah. Oh ya, untuk yang
suka barang-barang boyband asal Johnny’s Enternainment, di salah satu gang
dekat Takeshita Street ini ada outlet barang-barang resminya.
Buat yang pengin nongkrong dan merasakan kehidupan
remaja Tokyo, bisa memilih duduk manis di salah satu dari kafe-kafe di
sekitaran Takeshita Street ini. Selain kafe yang menjual makanan standar
seperti crepes atau takoyaki, di
sekitaran sini juga ada kafe yang menjual makanan manca negara, misalnya kafe
yang menjual makanan khas Brazil. Karena target marketnya adalah remaja, maka
harga-harga di sini cukup masuk akal dibandingkan dengan tempat perbelanjaan
lain.
Jalan kaki di Omotesando Avenue. |
Dekat dengan Takeshita Street, ada Omotesando Avenue.
Omotesando Avenue adalah jalan yang berada persis di seberangnya Yoyogi Park. Nah,
kalau Takeshita Street bentuknya macam gang senggol, Omotesando Avenue
bentuknya adalah jalan raya yang dimana gedung-gedung bertingkat berjajar. Dan
kalau Takeshita Street dipenuhi barang-barang lucu murah meriah, Omotesando
Avenue dipenuhi etasale elit yang menjual barang-barang kelas atas.
Kalau minatnya adalah belanja barang-barang merek
ternama dan berkualitas, maka silakan jalan-jalan di Omotesando Avenue dan di
Omotesando Hills, sambil lihat-lihat, siapa tahu ada barang keren yang bisa
dibawa pulang.
Shibuya
Kalau kita jalan kaki dari Yoyogi Park menelusuri
Omotesando Avenue, kita akan tiba di perempatan Omotesando, persis sebelum
Omotesando Hills yang merupakan daerah pertokoan elit. Nah, kalau di perempatan
ini kita belok kanan dan jalan lurus sekitar 15 menit, maka kita akan tiba di
daerah pertokoan Shibuya. Habis lihat McDonald, tinggal belok ke kanan dan
jalan sedikit, dan kita akan tiba di Shibuya Crossing yang terkenal itu.
Shibuya Crossing. |
Di salah satu sudut Shibuya Crossing ini ada
patung anjing Hachiko yang merupakan lambang kesetiaan. Kalau jalan-jalan ke
Tokyo, sangat disarankan untuk menyeberang di Shibuya Crossing ini, karena
tempat ini sangat sering muncul di film-film Hollywood yang berlatar belakang
Tokyo modern. Daerah di sekitaran Shibuya Crossing ini dipenuhi dengan
toko-toko yang menjual berbagai barang, mulai dari DVD, buku, manga (komik), kosmestik,
sampai pakaian dengan harga yang bervariasi. Tempat paling beken bagi turis di
sini adalah Starbucks di Tsutaya Building dimana orang bisa minum kopi sambil
melihat keramaian di Shibuya Crossing.
Oh ya, buat yang ingin berbelanja barang-barang
kelas menengah di Tokyo, bolehlah mampir di Shibuya dan membeli barang-barang
yang menarik hati. Tempat perbelanjaan seperti Loft, Seibu, dan Tokyu siap
menerima pengunjung yang berminat berbelanja.
Shibuya Crossing ini sangat dekat dengan Shibuya
Station, yang merupakan stasiun kereta JR sekaligus Metro.
Roppongi
Nah ... buat yang mau tahu mall di Jepang itu
seperti apa, cobalah mampir ke Roppongi Hills. Letaknya di Roppongi, salah satu
daerah elit di Tokyo dimana banyak ekspat dan artis berkeliaran. Daerah
Roppongi sendiri terkenal dengan kehidupan malam yang suasananya lebih “bule”
dibandingkan klub malam di daerah lain. Harga-harga rumah makan dan kafe di
sana juga lebih “elit”, jadi kalau minatnya backpackeran, cukup jalan-jalan
sambil foto-foto saja.
Mori Tower di Roppongi Hills. |
Saya datang ke Roppongi ini buat melihat dari
dekat Mori Tower, yang merupakan salah satu gedung tertinggi di Tokyo. Iseng
sih, ini hanya gara-gara Mori Tower bisa kelihatan jelas dari Tokyo Tower, dan
dari peta jaraknya tidak terlalu jauh. (Waktu itu saya sebenarnya hanya
berminat ke Tokyo Tower saja.) Jalan kaki dari Tokyo Tower ke Roppongi Hills
sekitar setengah jam. Nggak pakai nyasar, karena saya pakai GoogleMaps.
Berhubung saya sampai di Roppongi Hills jam makan
siang, saya sempat browsing-browsing mencari tempat makan murah ... dan itu
susah banget. Sepanjang jalan di sekitaran Roppongi juga yang terlihat kafe
mahal. Untung di Roppongi Hills ada McDonald segede gaban. Jadi saya memilih
makan siang di McDonald, bersama dengan pegawai kantoran sekitar dan keluarga
ekspat yang mungkin apartemennya di sekitaran situ. Lumayan, makan siang di
Roppongi Hills cuma mengeluarkan 790 yen. Mungkin kalau suatu hari saya jalan
ke Tokyo bukan sebagai backpacker tapi sebagai turis mewah ala Shahrini, saya
bakalan makan siang di salah satu restoran di dalam Roppongi Hills dan
mengeluarkan sekitar 7000 yen sekali makan.
Oh ya, di sekitaran Roppongi Hills terdapat studio
Mori Art Museum, studio TV Asahi, dan juga Mori Garden yang sebetulnya adalah
“halaman”-nya TV Asahi.
Yanaka Ginza
Yanaka Ginza adalah tempat belanja yang suasananya
mirip dengan Tokyo jaman dulu. Kontras dengan Roppongi Hills yang berupa gedung
pencakar langit nan modern, Yanaka Ginza adalah jalan tempat pedagang berjualan
makanan dan pernak-pernik lucu dengan tatanan tradisional. Jalan di sini serasa
jalan di tengah pasar di film Samurai X.
Yanaka Ginza. |
Yanaka Ginza letaknya dekat dengan Nippori Station
ataupun Sendagi Station. Jalan kaki cukup sekitar 10 menit. Yanaka Ginza
bentuknya juga mirip gang senggol, seperti Takeshita Dori, Harajuku. Bedanya,
kalau Takeshita Dori nuansanya kekinian, kalau Yanaka Ginza suasananya tempo
doeloe.
Buat yang ingin makan makanan murah, boleh berpuas
diri di Yanaka Ginza. Di sini banyak pedagang makanan tradisional dengan harga
yang masuk akal. Ada penjual sate khas Jepang (yakitori) bermacam-macam bentuk
yang terkenal banget seantero Tokyo karena ... harganya murah! Satu tusuk
yakitori harganya 50 yen atau 75 yen. Adik saya sampai beli dibawa pulang untuk
lauk di rumah (tinggal masak nasi). Selain itu, di sini juga dijual banyak
pernak-pernik berbentuk kucing – termasuk kue yang bentuknya kucing. Ada juga
penjual barang-barang khas Jepang, es krim, dan makanan tradisional. Oh ya, di
sini ada penjual nasi bungkus yang laris karena harganya lumayan murah –
letaknya di ujung jalan. Tempat ini adalah surganya backpacker, dan sayang
kalau nggak mampir ke sini.
Penjual yakitori murah yang enak banget! |
Daerah di sekitar Yanaka Ginza suasananya old town
banget. Jadi, nggak rugi untuk mondar-mandir di perkampungan di sekitaran sini.
Di beberapa tempat jalannya kecil banget dan belok-belok khas kampung. Kalau
mata jeli, bisa melihat rumah-rumah yang bentuknya jaman dulu banget. Tapi
hati-hati kalau mau foto-foto di sini ya, karena banyak penduduk yang tidak
suka dengan turisme yang dianggap bisa mengganggu privasi dan ketenangan hidup.
Jadi, kalau mau foto, mendingan foto jalannya saja. Oh ya, di sekitaran sini
ada banyak banget kafe yang lucu-lucu. Mungkin karena letaknya relatif dekat
dengan kampus, jadi pas banget untuk tempat nongkrong mahasiswa. Dari Yanaka
Ginza, saya jalan kaki 30 menit ke kampus Hongo – University of Tokyo, dan di
sepanjang jalan saya menemukan beberapa mahasiswa yang nongkrong di kafe-kafe
ini.
Oh ya, di tahun 2013, saya sempat jalan ke
beberapa tempat belanja yang cukup populer juga. Ini dia catatan singkatnya:
Asakusa
Asakusa sebenarnya adalah kompleks kuil Buddha
yang dikenal dengan nama Sensou-Ji atau Asakusa Kannon Temple. Kuil ini adalah
kuil tertua di Tokyo yang masih berdiri. Nah, di kompleks Asakusa ini, terdapat
satu jalan yang memang dibuat untuk menjadi pusat perbelanjaan oleh-oleh turis,
namanya Nakamise Dori. Daerah ini memang sudah menjadi pusat perbelanjaan sejak
abad ke 17, dan banyak toko yang sudah ada di sini dan dikeluarga keluarga
secara turun-temurun. Kalau minatnya mencari barang-barang khas Jepang, seperti
kipas bergambar, yukata, selop kayu, sumpit cantik, dan lain-lain, memang
mendingan datang ke sini.
Nakamise Dori di pagi hari. Kalau sudah agak siang, langsung penuh manusia. |
Oh ya, di sekitaran Asakusa ada banyak hotel untuk
backpackers, jadi buat yang pengin backpackeran ke Tokyo sebaiknya mampir ke
Asakusa. Oh ya, di sini ada beberapa warung ramen yang harganya masuk akal
(sekitaran 500 – 700 yen). Kalau makan di warung ini di pagi hari, akan
barengan dengan bapak-bapak berjas yang makan sambil buru-buru karena mau
berangkat ke kantor.
Akihabara
Saya dulu datang ke sini karena pas lagi makan
onigiri di halte bus depan Akamon (Red Gate) University of Tokyo saya beberapa
kali dilewati oleh bus jurusan Akihabara. Dasar traveller iseng, saya terus
naik ke salah satu bus dan turun di Akihabara.
Persis di depan stasiun dan terminal. |
Akihabara terkenal sebagai pusat elektronik. Di
sini ada banyak toko-toko kecil yang menjual barang-barang elektronik. Tapi
karena saya cuma pengin jalan-jalan saja, maka waktu itu saya langsung masuk ke
Yodobashi-Akiba yang letaknya persis di depan stasiun kereta Akihabara.
Yodobashi-Akiba ini mirip ITC, ada sekian lantai dan masing-masing lantai
menjual barang yang berbeda-beda. Dari TV, radio, kamera, vacuum cleaner, semua
ada di sini. Saya akhirnya beli barang-barang anime di lantai paling atas.
Lumayan, ada puzzle dan kartu bergambar karakter dari Ghibli Studio.
Ginza
Saya ke sini cuma buat jalan-jalan menghabiskan
waktu sebelum kembali ke hotel. Ini bukan Yanaka Ginza yah. Ginza Street adalah
tempat pertokoan mewah dimana orang-orang membeli perhiasan seperti emas
dan berlian. Di sini ada tempat terkenal yaitu Kabukiza Theater yang menjadi
tempat pertunjukan Kabuki. Di sini saya bener-bener cuma jalan dari satu pintu stasiun
Metro ke pintu stasiun Metro lain karena nggak mungkin banget belanja di sini.
Ginza Wako yang menjadi ciri khas daerah pertokoan Ginza. |
Yah, itulah sekilas pengalaman saya mampir ke Tokyo. Siapa tahu ada rejeki bisa mampir lagi ...
(Selesai.)
Asyik banget ya Mba, Jepang itu... Enggak akan pernah bosan :)
BalasHapusBener banget!
Hapus