Jujur saja, jalan-jalan di Hokkaido, terutama
sekitar Furano, lebih mahal dibandingkan jalan-jalan di Tokyo, Kyoto, dan
Osaka. Apalagi di waktu khusus seperti saat saya berkunjung ke sana. Penyebab
mahalnya: penginapan dan transportasi.
Daerah Furano dan Biei adalah daerah wisata
sepanjang musim. Dari wisata bunga sakura di musim semi, wisata bunga lavender
di musim panas, hingga wisata olah raga musim dingin, bisa dikatakan daerah
Furano dan Biei selalu ramai di kunjungi orang. Sudah pasti harga penginapan di
sini relatif mahal. Buat yang penasaran dengan kisaran harga penginapan di
sekitar Furano, boleh coba cek harga penginapan (hostel ataupun hotel) di
Tokyo, Sapporo, dan Furano di tanggal yang sama. Semakin besar kotanya, semakin
banyak pilihan harganya.
Maket kota Biei: banyakan hijaunya! |
Terus, karena mayoritas wisatanya wisata alam,
tempat tujuan wisatanya saling berjauhan. Umumnya turis ikut tour, naik bus
umum, sewa mobil, atau sewa sepeda. Itu semua ada biayanya. Khusus untuk yang
sewa sepeda, harus sehat jasmani rohani dan punya perbekalan cukup yah.
Medannya berbukit-bukit dan tidak ada warung ataupun convenient store di sepanjang jalan. Semuanya harus dibeli di
tengah kota, atau di cafe yang ada di tempat-tempat wisata.
Makanan di Hokkaido, untuk ukuran orang Jakarta,
harganya masih wajar – karena hampir sama dengan harga makanan di kafe.
Alternatif makanan paling murah adalah beli paket di Lawson atau Seven-Eleven,
atau masak mie instan.
Oh ya, biaya yang juga harus saya keluarkan adalah
untuk masuk ke tempat wisata. Tempat wisata di sekitar Furano sih, gratis. Tapi
kebun binatang, museum, dan ropeway di sekitaran Asahikawa, semuanya harus
bayar. Kalau mau hemat, datangi saja tempat-tempat yang gratisan – tapi jangan
nyesel kalau ada hal-hal spektakuler yang terlewatkan.
Penginapan
Selama jalan-jalan di Furano, saya cukup beruntung
bisa dapat penginapan murah (model asrama) di Goryo Guesthouse, yang harganya
sekitar Rp 250.000,- per tempat tidur per malam. Satu kamar isinya delapan
tempat tidur. Tidak pakai makan pagi. Konsekuensinya, ya tempatnya di desa
terpencil. Kalau cari kamar hotel di kota Furano atau Biei, siap-siap dengan
harga sekitar satu juta rupiah per malam.
Pagi hari di Goryo Guesthouse. |
Alternatif buat yang mau jalan-jalan ke sekitar
Furano atau Biei, menginap di Sapporo adalah pilihan yang lebih murah. Bisa
berangkat pagi dan pulang malam naik kereta ke Furano. Karena Sapporo adalah
kota besar, pilihan hostel backpacker dengan harga yang cukup murah lebih
banyak. Tapi jeleknya, cuma bisa datang ke sedikit tempat wisata karena
waktunya lebih terbatas.
Untuk mencari penginapan, tidak perlu
terburu-buru. Yang penting rajin mencari. Beberapa tempat seperti Goryo
Guesthouse hanya mau menerima pesanan tiga bulan sebelum check in, jadi orang
tidak bisa booking jauh-jauh hari. Waktu saya mencari penginapan, saya
bolak-balik memeriksa booking.com, agoda.com, airbnb.com dan expedia.com untuk
menemukan harga yang pas.
Oh ya, faktor transportasi juga harus
diperhitungkan waktu memilih tempat menginap. Jangan sampai biaya transportasi
ke tempat lain (ke luar kota atau bandara, atau ke tempat wisata) membuat
pengeluaran membengkak. Waktu menginap di Goryo Guesthouse, saya harus
mengeluarkan tambahan biaya 300 yen (sekitar Rp 38.000,-) untuk naik bus dari penginapan
ke Furano Station. Furano Station adalah tempat keberangkatan Kururu Bus dan
seluruh kereta yang menuju ke luar kota; jadi sebenarnya kegiatan saya di
Furano tidak bisa dilepaskan dari Furano Station. Sayangnya hotel di dekat
Furano Station harganya mencapai jutaan, jadi memang Goryo Guesthouse adalah
alternatif termurah saya.
Ruang sosial di Guest House Asahikawa. Sangat informatif! |
Di Sapporo, saya menginap di International Hostel
Khaosan Sapporo. Harga penginapan saya di Sapporo sekitar Rp 300.000,- per
malam. Tidak ada makan pagi. Itu bunk bed, satu kamar isinya empat tempat
tidur, khusus wanita. Sebetulnya ada hostel lain yang lebih murah, tapi
letaknya lebih jauh dari stasiun kereta. International Hostel Khaosan Sapporo saya
rekomendasikan untuk solo traveler, karena resepsionis yang jaga adalah sesama
backpacker dan bahasa Inggrisnya bagus-bagus. Selain itu, tempatnya tidak
terlalu jauh dari Odori Park sehingga cukup strategis. Stasiun terdekat dengan
hostel ini adalah stasiun metro (subway) Susukino. Dari Susukino Subway Station
ke Sapporo Subway Station, harga tiketnya 200 yen. Kalau mau keluar kota, masih
harus jalan kaki sekitar 5 menit dari Sapporo Subway Station ke Sapporo JR
Station.
Kalau hotel di Asahikawa, memang lebih mahal dari
Sapporo. Saya menginap di Guest House Asahikawa yang letaknya memang di
sekitaran Heiwa-dori Shopping Park. Kamar khusus cewek, satu kamar ada empat
tempat tidur. Harganya sih lumayan mahal, Rp 400.000,- per malam. Tidak ada
makan pagi. Tapi, dengan posisinya yang cuma 10 menit jalan kaki dari Asahikawa
Station, saya menghemat pengeluaran transportasi kecil-kecil seperti yang di
Sapporo dan Furano. Buat yang suka nongkrong di kafe, belanja di mall, atau
minum sake di izakaya, hotel ini sangat direkomendasikan karena faktor lokasi.
Transportasi
Secara umum biaya transportasi di Jepang lebih
mahal dibandingkan dengan Indonesia. Selain harga bensin mahal, harga tenaga
kerja (sopir, tour guide, masinis, penjaga stasiun) juga mahal. Jadi, siap-siap
dengan biaya transportasi yang mahal walau sepertinya cuma pergi ke beberapa
tempat wisata saja.
Tiket kereta di Jepang itu mahal. Padahal, selama
orang backpacking di Jepang, kereta pasti akan jadi andalan. Dengan jadwal
kereta yang tepat waktu sampai hitungan menit dan jaringannya yang luas serta
menyeluruh, kita pasti akan tetap memilih untuk menggunakan kereta. Tiket
kereta Sapporo – Furano yang paling murah saja sekitar 3600 yen, atau sekitar
Rp 470.000,-. Tiket kereta Furano – Asahikawa yang paling murah sekitar 1000
yen atau sekitar Rp 130.000,-. Jangan lupa dari bandara Chitose ke Sapporo saya
juga harus naik kereta. Karena saya ganti-ganti hotel – menginap di Sapporo,
Furano, dan Asahikawa – pengeluaran saya untuk kereta tidak terlalu besar.
Kereta: moda transportasi yang terpercaya. |
Harga tiket bus juga relatif mahal untuk ukuran
orang Indonesia. Tiket Kururu Bus untuk sehari adalah 1200 yen per orang
dewasa, tapi tiket pass 2 hari harganya 1500 yen. Harga tiket bus dari Biei
Station ke Aoi Ike (Blue Pond) sebesar 540 yen sekali jalan. Harga bus dari
Asahikawa Station ke Asahiyama Zoo adalah 440 yen sekali jalan. Bus dari
Asahikawa Station ke Asahidake Ropeway 1430 yen sekali jalan. (Ini bus antar
kota yang lumayan jauh, yah.) Bus ke bandara dari Asahikawa Station harganya
620 yen sekali jalan. Sewa sepeda biasa di Biei 200 yen per jam, dan sewa
sepeda elektrik 600 yen per jam.
Jadi kebayang, kan. Kalau transportasi di Jepang
itu mahal. Total biaya saya untuk transport selama di Hokkaido saja bisa sampai
sekitar Rp 1.600.000,-. Tentunya, kalau saya cuma muter-muter di Furano selama
seminggu, biayanya akan jauh lebih murah. Atau, kalau saya tidak ke Asahidake
Ropeway, pengeluaran transportasi saya akan menyusut drastis. Tapi, kalau itu
yang saya lakukan, pengalaman saya di Hokkaido mungkin juga tidak akan
bervariasi seperti yang saya tuliskan di blog ini.
Untuk menghitung perkiraan pengeluaran
transportasi, saya menyarankan agar cek harga tiket kereta di hyperdia.com.
Pastikan kita sudah tahu pilihan tempat tujuan wisata yang mau didatangi dan
pilihan hotel/hostel, supaya bisa menentukan stasiun kereta terdekat. Nah,
jangan malas untuk cek alternatif harga kereta dari masing-masing pilihan
hotel/hostel dan tempat-tempat wisata. Jadi kita tidak kaget dengan biaya
transportasinya. Untuk harga bus, sebaiknya browsing-browsing di website
asosiasi wisata masing-masing daerah. Soalnya, harga bus (dan jadwalnya) bisa
berbeda-beda tergantung musimnya.
Bus lokal di Furano. |
Oh ya, ada pilihan pembelian tiket khusus turis
seperti JR Pass. Tapi kalau mau beli, sebaiknya hitung dulu semua kemungkinan
pengeluaran seperti kereta JR, bus, metro (kereta metro/subway tidak bisa
menggunakan JR Pass), dan sewa sepeda atau transportasi lain – lalu bandingkan
dengan harga JR Pass. Kalau di kasus saya waktu jalan-jalan, JR Pass (dan juga
JR Hokkaido Pass) justru merugikan karena total pengeluaran saya untuk kereta
selama tujuh hari hanya separuh dari harga JR Hokkaido Pass untuk tiga hari.
Oh ya, karena Hokkaido itu luas, perhitungkan juga
kedatangan dan keberangkatan. Silakan hitung harga transportasi dari Indonesia
ke Jepangnya: apakah mau transit di Tokyo terus nyambung Shinkansen? Apakah mau
langsung naik pesawat ke Hokkaido? Apakah kota kedatangan dan kota
keberangkatan sama atau berbeda? Saya memilih untuk naik pesawat dari Tokyo ke
Sapporo, dan pulangnya dari Asahikawa ke Tokyo, karena saya memang ingin mengunjungi
beberapa kota yang berbeda.
Buat yang memang mau jalan-jalan di beberapa kota
di Jepang, ada wejangan khusus. ANA Air kadang-kadang punya diskon khusus
turis, dimana harga tiket pesawat domestik ke mana saja sekali jalan hanya
10000 yen. Artinya, kalau pesawat dari Indonesia tibanya di Tokyo, terus mau
lanjut ke Okinawa atau Fukuoka atau Sapporo, bisa menggunakan tiket diskon
khusus turis ini. Harga ini lebih murah dibandingkan tiket Shinkansen, baik
dari Tokyo ke Fukuoka maupun ke Sapporo. Tentunya kalau cuma ke Nara atau
Osaka, ya nggak perlu memanfaatkan promo ini.
(bersambung)
Hi, Mbak Dyah!
BalasHapussalam kenal...
Untuk info tiket diskon turis pesawat ANA bisa cek dimana ya?
Thanks..
Langsung masuk ke website resminya ANA, terus cari tiket seperti biasa saja. Kalau dapat yang "ANA Experience Japan", itu harga khusus turis. Kalau tidak percaya, bandingkan dengan harga kalau masuk ke website ANA yang bahasa Jepang. Buat kita sih, memang serasa bukan diskon karena harga itu selalu tersedia untuk orang yang bookingnya dari luar negeri.
Hapusmau nanya, nih, mbak.
BalasHapusrencananya saya akhir bulan september 2019 mau ke hokkaido dan itinerary-nya ada yang ke asahidake. nah, untuk tiket bisnya, itu 1.430 yen untuk itungan sekali jalan atau pp? dan apakah tiketnya harus beli dulu di loket atau langsung bayar di atas bus?
makasih.
Itu harga sekali jalan ya, Kak. Dan harga tahun 2016. Kalau PP berarti dikali dua. Beli tiketnya di loket sendiri, kalau nggak salah di tourist information center di stasiun kereta. Saran saya, begitu sampai Asahikawa, langsung muter² Asahikawa Station buat nyari pusat informasi turis ini. Di situ bisa dapat jadwal bus kemanapun, dan informasi harga. Kalau gak salah, juga bisa beli tiket bus di sini. Ada satu ibu² yang bisa bahasa Inggris, jadi nggak susah komunikasinya.
HapusOh ya, jangan lupa, kereta gantung yang di Asahidake juga nggak gratis lho. Harus diperhitungkan juga di anggaran.
Siap! Makasih infonya, mbak.
Hapus