Asahikawa adalah kota terakhir yang saya kunjungi
pada perjalanan di Hokkaido, Jepang ini. Asahikawa adalah kota terbesar kedua
di Hokkaido, setelah Sapporo. Kota modern khas Jepang ini juga masih menyimpan artefak-artefak
kuno peninggalan suku Ainu, penghuni asli pulau Hokkaido.
Saya menginap di Asahikawa selama dua malam.
Tujuan utama saya mengunjungi kota Asahikawa sebenarnya adalah untuk
mempermudah saya mengakses Asahidake Ropeway, yang dapat membawa kita mendekati
puncak Asahidake. Asahidake (atau nama Inggrisnya adalah Mount Asahi) adalah puncak tertinggi pulau Hokkaido dengan tinggi 2.291
meter. (Jangan dibandingkan dengan gunung-gunung di Indonesia yang tingginya
bisa lebih dari 3000 meter, yah!)
Puncak Asahidake. |
Waktu saya masih di Furano, perkiraan cuaca di
sekitaran Asahikawa di waktu kedatangan saya adalah hujan badai. Waduh, jadinya
saya sempat membuat skenario jalan-jalan indoor, termasuk ke museum dan mall.
Untungnya, di pagi hari pas mau berangkat, saya lihat perkiraan cuaca
menunjukkan langit yang bersih. Selama saya di Hokkaido, saya tidak pernah
mengalami hujan – meskipun awal bulan Juli adalah puncaknya musim hujan di
Jepang.
Berikut jadwal acara saya selama di Asahikawa:
Tanggal 7 Juli 201610:53 Tiba di Biei Station, makan siang dulu, baru cari tiket ke Asahikawa12:23 Kereta berangkat menuju Asahikawa13:01 Tiba di Asahikawa Station13:20 Check in di hotel, terus balik ke stasiun14:10 Naik bus ke Asahiyama Zoo14:43 Tiba di Asahiyama Zoo, keliling-keliling16:20 Naik bus kembali ke Asahikawa Station17:00 Sampai di Asahikawa Station, bersantaiSore itu, saya masih sempet mampir ke Ainu Cultural Information Center yang letaknya ada di dalam stasiun, terus makan malam di Aeon Mall yang letaknya persis di dekat stasiun, dan jalan-jalan santai.Tanggal 8 Juli 201608:00 Eksplore suasana daerah di sekitar hotel, makan pagi09:30 Naik bus ke Asahidake Ropeway10:56 Sampai di pemberhentian Asahidake Hot Spring, langsung ke Asahidake Ropeway14:15 Naik bus dari Asahidake, kembali ke Asahikawa15:41 Sampai di Asahikawa Station, pulang ke hotel sebentar16:30 Jalan kaki ke Tokiwa Park18:00 Makan malamTanggal 9 Juli 201608:30 Jalan kaki ke Kawamura Kaneto Aynu Memorial Museum09:10 Tiba di Kawamura Kaneto Aynu Memorial Museum09:31 Jalan kaki ke hotel, beres-beres, check out11:30 Naik bus ke bandara (Asahikawa Airport)13:25 Naik pesawat ke Tokyo
Asahikawa Station. |
Waktu saya menyusun itinerary sebelum berangkat, perkiraan cuaca di
Asahikawa berubah-ubah terus, dari gerimis, cerah, sampai hujan badai. Oleh
sebab itu, saya memang sudah mempersiapkan beberapa alternatif tujuan jikalau
cuaca tidak menguntungkan. Kalau hujan, Tokiwa Park dan Asahidake Ropeway sudah
pasti tidak akan saya kunjungi, dan yang saya datangi mungkin malah beberapa
museum yang tidak ada di daftar di atas. Namanya solo travelling yah,
persiapannya harus matang. Nah, ini dia tempat-tempat yang akhirnya saya
kunjungi selama menginap di Asahikawa.
Asahiyama Zoo
Asahiyama Zoo adalah kebun binatang kebanggaan
warga Asahikawa. Walau saya datangnya sudah sore, kebun binatang ini tetap
ramai, lho. Tidak hanya keluarga yang membawa anak kecil, saya juga bertemu
dengan beberapa grup study tour dari sekolah.
Pinguin ngerumpi di ruangan terbuka. |
Uniknya kebun binatang ini, bagi saya, adalah
hewan-hewan yang khas negara empat musim yang bebas berkeliaran. Contohnya,
pinguin yang berjalan-jalan di bawah sinar matahari dan beruang kutub di tempat
terbuka, dan monyet salju khas Hokkaido yang duduk-duduk di bukit buatan.
Selain itu, museum ini sendiri memang didesain secara menarik sehingga
pengunjung bisa melihat hewan-hewan tersebut dengan lebih baik. Penjelasan
tentang masing-masing hewan juga lengkap, termasuk makanan kesukaan dan
kebiasaannya. Tentunya, semua penjelasan ini dalam bahasa Jepang. Buat yang
suka beli oleh-oleh, di Asahiyama Zoo ada toko oleh-oleh yang menjual berbagai
pernak-pernik, dan juga ada kios kartu pos dan perangko dengan gambar khusus
Asahiyama Zoo.
Oh ya, Asahiyama Zoo adalah salah satu tempat
wisata favorit para penghuni pulau Honshu (mis. Tokyo, Kyoto, Nara) yang
berwisata ke Hokkaido lho. Terutama sekali yang jalan-jalan dengan anak-anak.
Sampai-sampai ada satu kereta wisata dari Sapporo ke Asahikawa yang dihiasi
dengan gambar-gambar binatang yang dimaksudkan untuk mengantar orang-orang yang
menginap di Sapporo untuk mengunjungi kebun binatang ini.
Beruang kutub yang bernama Iwan. |
Ainu Cultural Information Center
Ini adalah sebuah kios tanpa penjaga yang letaknya
di ujung Asahikawa Station. Tujuan kios ini adalah memberikan informasi kepada
turis asing mengenai obyek-obyek wisata yang terkait dengan budaya suku Ainu. Waktu
saya lihat-lihat di sini, yang ada saya malah dilihati oleh orang-orang
kantoran yang lewat yang mau naik kereta. Mungkin jarang yah, ada turis
mengunjungi tempat ini. Kios ini kecil, dan isinya hanya satu layar LCD yang
memutar film tentang suku Ainu, sebuah poster, peta museum-museum yang ada di
Asahikawa, dan brosur-brosur. Oh ya, untuk yang belum tahu, suku Ainu adalah
penghuni asli pulau Hokkaido. Mereka punya budaya dan bahasa yang berbeda
dengan orang-orang Jepang lainnya. Jumlah mereka sekarang semakin sedikit, dan
kebanyakan sudah tidak bisa dibedakan lagi dengan orang Jepang dari pulau lain.
Heiwa-dori Shopping Park
Heiwa-dori Shopping Park adalah nama kompleks
pertokoan yang letaknya persis di seberang Asahikawa Station. Heiwa-dori (jalan
Heiwa) adalah jalan utamanya, yang dikhususkan untuk pejalan kaki. Jadi, hanya
pejalan kaki dan pengguna sepeda yang bisa melewati Heiwa-dori ini. Di sepanjang
jalan ini ada banyak bangku dan patung-patung. Cocok untuk jalan-jalan santai. Jalan
ini pula yang menghubungkan stasiun dengan hotel saya, jadi saya sudah puas jalan
bolak-balik di sini.
Heiwa-dori. Di ujung depan jauh adalah Asahikawa JR Station. |
Asahikawa adalah surga belanja untuk turis.
Apalagi waktu musim panas. Selama saya di sini, sepanjang Heiwa-dori yang saya
lihat adalah tulisan “Sale”. Mall paling mewah tetap Aeon Mall yang posisinya
menempel dengan Asahikawa Station. Kalau jalan kaki di Shopping Park ini, kita
bisa melihat toko-toko besar macam Seibu dan Lotte. Ada juga toserba
barang-barang sehari-hari yang sepertinya sudah tua tapi laris banget (memang
harganya murah). Di sini juga ada kafe, salon, butik, karaoke (banyak!), tempat
makan, dan juga tempat minum-minum.
Waktu saya jalan-jalan sekitar jam 8 malam, saya
menemukan ada satu jalan yang isinya bar dan izakaya (tempat minum-minum khas
Jepang), dan melihat mas-mas serta mbak-mbak yang masih pakai baju kantoran
rapi antre untuk masuk ke tempat-tempat ini! Izakaya lebih banyak antreannya
daripada bar, mungkin karena sekalian makan malam untuk para pekerja kantoran.
Berhubung saya cuma luntang-lantung sendirian, saya nggak berani nyobain masuk
ke izakaya di sekitaran ini. Sayang yah! Oh ya, jam 8 malam begini, saya masih
menemui anak-anak sekolah berseragam SMA naik sepeda bersliweran loh.
Sepertinya mereka baru pulang sekolah, mungkin habis ada kegiatan.
Salah satu sudut di Heiwa-dori. |
Asahidake Ropeway
Asahidake Ropeway adalah kereta gantung yang
mengantar wisatawan ke tempat pemberhentian pertama bagi orang-orang yang akan
mendaki puncak Asahidake (Gunung Asahi). Tempat pemberhentian pertama ini
sering disebut juga dengan Asahidaira. Asahidaira juga menjadi titik awal bagi
orang-orang yang mau main ski di musim dingin. Asahidake sendiri adalah bagian
dari Taman Nasional Daisetsuzan, yang menyimpan berbagai satwa dan tanaman khas
Hokkaido. Nah, kejutan buat saya selama di sana adalah ... saya berada di bulan
Juli, musim panas untuk belahan utara, namun saya masih bisa melihat dan
memegang salju! Betul-betul kejutan yang membahagiakan diri saya yang seumur
hidup nggak pernah melihat langsung salju. (Norak yah?)
Asahidake dengan Sugatami Pond yang masih bersalju. |
Di Asahidaira, terdapat rute jalan kaki (trekking)
yang membawa wisatawan untuk dapat melihat fumarol, yaitu retakan yang
mengeluarkan asap (gas beracun). Di sini, juga terdapat danau yang terkenal,
yaitu Sugatami Pond (Sugatami Ike). Sayangnya pas saya di sana, Sugatami Ike
masih sebagian tertutup salju. Jadi, saya tidak bisa membuat foto pantulan
Asahidake di permukaan Sugatami Ike macam di brosur-brosur wisata itu. Nah,
rute Asahidaira ini adalah rute yang pas untuk wisatawan pemalas macam saya
yang tidak punya perlengkapan mendaki gunung. Rute trekking Asahidaira bisa
ditempuh dalam waktu sekitar satu jam dengan jalan kaki santai. Buat yang
memang minat mendaki gunung, bisa melewati Asahidaira menuju ke Susoaidaira
(tempat pemberhentian yang lebih tinggi) terus lanjut ke Kaldera Hachidaira, atau
menuju ke puncak Asahidake di ketinggian 2.291 meter. Ada juga jalur trekking
lain menuju ke pemandian air panas. Semua tujuan itu mensyaratkan perlengkapan
mendaki gunung yang okeh, yah. Berhubung saya tidak punya, ya muter-muter di
Asahidaira saja sudah cukup.
Hutam konifer di sepanjang perjalanan dengan ropeway. |
Waktu saya berkunjung di sini, matahari bersinar
terang dan hampir-hampir tidak ada awan. Tidak panas sih, namun terik. Kulit
saya menghitam dan pecah-pecah – padahal sudah pakai tabir surya. Apa boleh
buat, resiko naik gunung. Yang membuat saya kagum, di sini saya banyak bertemu
turis lokal yang sudah berusia lanjut. Nenek-nenek dan kakek-kakek yang bawa
tongkat hiking dan tas ransel, walau jalannya tidak cepat, namun masih sigap
... dan mereka tidak hanya muter-muter di Asahidaira, melainkan lanjut ke jalur
trekking yang lain! Kalau turis Indonesia (ada banyak) dan turis Cina (lebih
banyak lagi) biasanya cuma muterin Asahidaira dalam waktu satu jam dan balik ke
Ropeway Station untuk turun ke tempat parkir/halte bus.
Kalau dalam perjalanan menuju/dari Asahidake
Ropeway, jangan lupa menengok keluar jendela untuk melihat Danau Chubetsu (Lake
Chibetsu) yang pemandangannya okeh banget!
Tokiwa Park
Tokiwa Park letaknya masih di tengah kota, dan
bisa ditempuh dari Asahikawa Station dalam waktu sekitar 20 menit jalan kaki.
Tokiwa Park adalah taman kota yang didesain cantik untuk menjadi pusat kegiatan
warga kota Asahikawa. Di sini ada beberapa museum dan perpustakaan, yang
sayangnya tutup di jam 17:00. Jadi pas saya sampai di sana, pas tutup.
Salah satu sudut di Tokiwa Park. |
Di tengah Tokiwa Park ada danau yang menyegarkan
pemandangan, namanya Chidorigaike. Danau kecil ini dikelilingi oleh pepohonan
dan bunga-bungaan yang cantik. Berjalan-jalan di taman kota di Jepang di musim
panas memang menyenangkan!
Kawamura Kaneto Aynu Memorial Museum
Museum ini baru saya ketahui keberadaannya saat
melihat-lihat brosur yang tersebar di atas meja makan hotel. Museum ini
istimewa karena didirikan oleh seorang kepala suku Ainu yang bernama Kawamura
Kaneto. Museum milik keluarga ini, menyimpan barang-barang pribadi keluarga Kawamura
Kaneto, termasuk baju dan perkakas rumah tangga. Museum ini adalah museum kebudayaan
Ainu tertua di Jepang, yang didirikan pada tahun 1916.
Beberapa koleksi museum: Perlengkapan suku Ainu. |
Dari luar, museum ini seperti tidak ada kehidupan
sama sekali. Tidak ada orang, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Setelah bengong
sekian lama di depan pintu museum, akhirnya saya memutuskan untuk melihat-lihat
bangunan lain sekaligus mencari tahu bagaimana caranya beli tiket masuk. Di
sebuah rumah, saya menemukan seorang yang agak berumur, dengan jenggot yang
lebat dan panjang sampai sedada. Saya langsung tanya tentang tiket.
Orang itu lalu mengantar saya ke loket, mengambil
uang 500 yen saya, dan menukarnya dengan selembar karcis. Terus dia menunjuk ke
arah sandal-sandal di depan pintu, memastikan saya membuka sepatu dan
mengenakan sandal saat masuk museum, terus meninggalkan saya. Orang itu tidak
mengeluarkan sepatah katapun. Mungkin karena saya turis asing, dia juga bingung
mau ngomong apa. Hahaha! Jujur saja, orang Jepang umumnya tidak berjenggot,
apalagi panjang dan lebat begitu. Mungkin dia masih anggota keluarga pemilik
museum ini.
Di kompleks museum ini terdapat rumah asli suku
Ainu, toko suvenir (yang harganya lumayan mahal) dan teater mini tempat diadakannya
kegiatan kultural. Karena hampir-hampir tidak ada petunjuk dalam bahasa
Inggris, saya agak susah memahami beberapa penjelasan tentang budaya Ainu di
situ. Tapi dari foto-foto dan pajangan di sana, paling tidak saya mendapatkan gambaran umum tentang
kehidupan suku Ainu di jamannya.
Rumah Suku Ainu. |
Oh ya, saya ke sini jalan kaki dari hotel sekitar
45 menit lho. Itu pulangnya pakai acara nyasar segala. Jalan kaki keluar masuk
kompleks rumah dan kampung Asahikawa membuat saya melihat dengan lebih jelas kehidupan
penduduk di Asahikawa. Di tempat dimana jalannya sedang digali untuk perbaikan
infrastruktur, ada petugas khusus yang membungkuk hormat setiap kali ada mobil
lewat. Di daerah padat perumahan, ada ibu-ibu bersih-bersih rumah. Di bantaran
sungai Ishikari, orang-orang tua jalan-jalan menghabiskan waktu. Kalau naik
bus, apalagi taksi, yang beginian tidak akan saya sadari – tahu-tahu sampai saja
di tujuan.
Asahikawa Guesthouse – Tempat saya menginap
Guesthouse yang menyediakan kamar untuk 6 atau 8 orang
per kamar ini, punya kamar khusus wanita dan kamar campuran. Ada dapur dan
ruang makan. Kamar mandi satu untuk ramai-ramai. WC juga hanya satu. Tempatnya
memang cukup strategis, karena hanya 10 menit jalan kaki dari stasiun kereta.
Guesthouse ini tidak menyediakan makan pagi sehingga penginap harus lihai
mencari cara untuk bisa makan pagi. Di hari terakhir, saya baru lihat ternyata
di sebelah hotel ini ada warung ramen yang seporsi harganya tidak sampai 500
yen. Ramen tanpa isi apa-apa yah. Tapi itu sudah cukup murah, cocok untuk
kantong backpacker. Sayang saya sudah terlanjur makan di tempat lain.
Asahikawa adalah kota terakhir yang saya kunjungi
selama jalan-jalan seminggu di Hokkaido. Di artikel selanjutnya, saya akan
berbagi tentang makanan, biaya yang dikeluarkan, transportasi, dan lain-lain
yang saya gunakan untuk membantu kenyamanan saya selama jalan-jalan di
Hokkaido.
(Bersambung.)
Kerja dimana mbak, enak ya bisa travelling terus😊😊
BalasHapusDi kantor biasa, kok. Rajin mengatur cuti dan browsing tiket murah saja ... Hahaha!
Hapuswah lengkap sekali catatan perjalanan nya. mantap
BalasHapuswww.travellingaddict.com
Terima kasih sudah berkunjung!
HapusSuka banget membaca catatan perjalanannya ke asahikawa ini mbak. Lengkap. Serasa ikut jalan-jalan. Dari membaca ini jadi ingat kembali tentang Suku Ainu. Dulu waktu SMP SD ya sering menghafal dalam pelajaran IPS soalnya :)
BalasHapusHahaha! Saya malah nggak inget ada suku Ainu di pelajaran SMP.
HapusAsyik nih buat panduan ngetrip disana ,... infonya awesome lah...
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung!
HapusSama-sama mbak... jadi pengen lihat postingan sebelumnya... mantep nih cerita2nya...seru abis..
Hapus