Seminggu yang lalu, tepanya tanggal 15 November
2015, saya dan beberapa teman jalan-jalan ke Banten Lama. Tidak naik kendaraan
umum yah, karena kebetulan salah satu teman bisa bawa mobil. Berdasarkan hasil
browsing di internet, wisata ke daerah Banten Lama memang lebih afdol kalau
pakai kendaraan pribadi. Soalnya, daerah cakupannya cukup luas dan kendaraan
umum relatif jarang. Bisa-bisa harus mengandalkan ojek ke mana-mana kalau tidak
bawa kendaraan pribadi.
Kawasan Banten Lama terletak di provinsi Banten; lebih
tepatnya di Desa Banten Lama, di utara kota Serang. Dulunya daerah ini adalah
kota pelabuhan yang menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan Kerajaan Banten.
Menurut papan informasi di museum, sejarah perkembangan wilayah Banten dimulai bersamaan
dengan penyebaran agama Islam oleh Sunan Gunung Jati di daerah yang dulunya
merupakan bagian dari Kerajaan Sunda ini. Kerajaan Banten berdiri setelah Kerajaan
Sunda dikalahkan oleh pasukan dari Demak.
Surosowan, ibukota Kerajaan Banten yang sekarang
menjadi komplek Banten Lama, adalah kota pelabuhan yang dibangun di tahun 1526.
Kekuatan kerajaan Banten menyusut setelah diserang oleh Belanda di tahun
1800-an. Kota Surosowan inilah yang sekarang menjadi Desa Banten Lama. Sisa-sisa
kerajaan Banten masih ada hingga saat ini, antara lain berupa Masjid Agung Banten
dan reruntuhan Keraton Surosowan.
Beberapa Tempat-Tempat Wisata di Banten Lama
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
Museum
ini terletak di jantung daerah wisata Banten Lama, yaitu tepat di depan Masjid
Agung Banten dan berdekatan dengan Keraton Surosowan. Menurut saya, ada baiknya
berkunjung ke sini dulu sebelum mengunjungi tujuan wisata lainnya. Soalnya, di
sini terdapat penjelasan lengkap mengenai sejarah berdirinya Kerajaan Banten
dan juga sejarah singkat bangunan-bangunan bersejarah lainnya di sekitaran
Banten Lama. Tiket masuk Rp 2.000,- per pengunjung.
Masjid Agung Banten
Masjid
Agung Banten merupakan salah satu kawasan wisata religius yang banyak
dikunjungi di Banten. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di
Indonesia yang didirikan oleh Sultan pertama Kerajaan Banten. Ciri khas dari
masjid ini adalah atap bertumpuk seperti pagoda dan menara yang bentuknya mirip
mercusuar. Dulunya, masjid ini posisinya cukup dekat dengan garis pantai
sehingga orang bisa melihat garis pantai dari menara ini.
Di
areal masjid inilah keluarga sultan-sultan Banten dimakamkan. Sedangkan di
halaman depan masjid, terdapat Watu Singayaksa yang merupakan tempat pengumuman
titah atau peraturan dari Sultan. Di masa kejayaan kerajaan Banten, masjid
agung merupakan salah satu pusat kegiatan sosial dan politik utama. Untuk masuk
ke kawasan wisata dan parkir di areal parkir di sekitaran masjid, akan ada
biaya retribusi masing-masing Rp 5.000,-
Keraton Surosowan
Di
papan informasi, tertulis “Benteng Surosowan”. Tapi ini bukan benteng biasa, ini
adalah sisa-sisa keraton Surosowan, tempat tinggal sultan-sultan Banten. Keratonnya
sendiri sudah dihancurkan oleh Belanda di tahun 1800-an saat mereka menolak
perintah untuk memindahkan pusat kerajaan ke Serang.
Sisa-sisa
keraton ini bisa dikatakan sudah tidak ada. Yang ada hanyalah sisa-sisa tembok yang
sudah rata dengan tanah. Sayangnya, saat saya datang ke sana, gerbang masuk ke
dalam keraton ini digembok. Jadi, saya tidak bisa masuk ke dalam dan melihat
detil-detil reruntuhan yang tersisa. Untuk bisa masuk, turis harus melapor dulu
ke petugas museum dan minta ijin untuk dibukakan gerbangnya. Mungkin reruntuhan
ini sengaja dilindungi dari tangan-tangan jahil yang bisa merusak sisa-sisa
kerajaan Banten tersebut.
Benteng Speelwick
Benteng
peninggalan Belanda ini dulunya sangat dekat dengan garis pantai. Benteng ini didirikan
untuk menjamin keamanan monopoli perdagangan di area Banten. Benteng ini mulai
ditinggalkan saat hubungan kerajaan Banten dan pemerintah Hindia Belanda
memburuk akibat penolakan Sultan terhadap permintaan Gubernur Jendral Deandels.
Saat ini, benteng ini hanya tinggal reruntuhan yang bagian tengahnya sudah
menjadi lapangan rumput luas untuk sepak bola anak-anak penduduk sekitar.
Vihara Avalokitesvara
Vihara
yang berdiri sejak abad ke-16 ini merupakan salah satu vihara tertua di Banten.
Letaknya tetap di depan Benteng Speelwick. Berdirinya vihara ini tak lepas dari
pengaruh salah satu istri Sunan Gunung Jati yang berasal dari Tiongkok. Saat
ini, vihara ini menjadi simbol hubungan antar agama yang harmonis di daerah Banten.
Vihara ini masih digunakan hinga
sekarang. Di sebelah utara vihara terdapat lorong menuju asrama yang dihiasi
oleh lukisan-lukisan yang indah.
Keraton Kaibon
Keraton
Kaibon sebenarnya letaknya persis di pinggir areal Banten Lama. Letaknya di
dekat jembatan di ujung Jalan Raya Banten. Seperti Keraton Surosowan, Keraton Kaibon
juga hanya tinggal puing-puing. Dulunya tempat ini adalah tempat tinggal ibu
dari Sultan Syaifudin, yang merupakan sultan ke-21 Banten. Saat ini, yang
terlihat tinggal sisa-sisa tembok dan pintu masuk bangunan.
Wisata Kuliner di Banten
Untuk
wisata kuliner, karena keterbatasan waktu, kami hanya berhasil mencoba beberapa
jenis makanan saja. Ini dia yang berhasil menggoyang lidah kami saat
jalan-jalan di Banten.
Sop Durian – Durian Jatohan H. Arif, Jl. Mayor Syafe’i no. 26 Magarsari, Serang
Sop
durian ini dijamin menaikkan tekanan darah dan gula darah. Sop durian yang
sedap ini ditaburi keju dan susu. Rasanya mantap dan menyegarkan. Letaknya di
seberang Rumah Tahanan Kelas II-B Serang.
Nasi Bakar Sumsum – Warung tenda di alun-alun Serang, di depan SMP Mardi Yuana
Bukanya
sekitar jam 5 sore. Saya makan di sini di hari Minggu, jadi saya tidak tahu
apakah di hari kerja tenda ini juga buka atau tidak. Nasi bakar sumsum adalah
nasi berbumbu, dan diberi lauk sumsum sapi. Rasanya gurih dan sedap. Di
sekitaran sini juga ada banyak warung makan. Kebetulan, hari itu ada pawai Festival
Film Indonesia dimana artis-artis ibukota diarak keliling kota dengan mobil. Jadi,
acara pasar kaget di alun-alun hari itu memang ekstra ramai.
Pecak Bandeng dan Pepes Bandeng Tanpa Duri – Luy Resto, Jl. Sawah Luhur
Bandeng
tanpa duri? Yup, ini bukan bandeng presto, namun bandeng yang disajikan tanpa
duri. Bandeng tanpa duri adalah santapan khas Banten. Di restoran dan
pemancingan ini, kami makan pecak bandeng dan pepes bandeng. Keduanya ludes begitu
disajikan oleh kami yang kelaparan ini. Hahaha!
Pecak bandeng
yang kami makan adalah pecak bandeng tiga rasa, yaitu pecak bandeng dengan
sambal hijau, sambal merah, dan sambal kecap. Sambal hijaunya mantap,
saudara-saudara! Karena bandengnya sudah tidak ada durinya, maka makannya lebih
mudah. Es kelapa muda adalah teman makan yang cocok untuk pecak bandeng.
Selain
pecak, kami juga makan pepes bandeng tanpa duri. Pepes yang dari luar nampak
biasa ini ternyata rasanya sangat enak dan bumbunya meresap dengan merata di
dagingnya. Bumbu tidak dibalur di atas ikan, namun dimasukkan ke dalam ikan.
Saat kami membuka ikan, di dalamnya kami menemukan serai, daun kemangi, dan
potongan bawang. Karena rasanya enak sekali, teman-teman saya sampai beli untuk
dibawa pulang untuk makan malam keluarga.
Lokasi
tempat jualan bandeng tanpa duri ini lumayan jauh. Papan petunjuknya hanya
satu, yaitu di pertigaan di seberang Keraton Kaibon. Kita harus masuk ke jalan dimana
papan petunjuk itu berada, lalu menyeberang rel kereta api dan terus ...
mengikuti jalan, terus ... mengikuti jalan ... sampai tiba di rumah makan pecak
bandeng tanpa duri. Sebelum menemukan Luy Resto, kami sempat menemukan sebuah
rumah makan pecak bandeng tanpa duri, namun tutup. Untung kami tidak patah
semangat dan putar balik, jadi bisa menemukan Luy Resto yang jaraknya lumayan
jauh ini.
Oh ya,
di sini juga dijual otak-otak yang rasanya sedap. Harus dicoba!
Hai Mbak Dyah.. salam kenal.
BalasHapuskeren nih blognya tentang wisata. Potensinya besar nih topik mbak, apalagi mbak mau bikin blognya dalam bahasa inggris, seluruh dunia bisa mengunjungi blog mbak. saya bikin blog bilingual meniru blogger dari turki www.cempost.com, saya baru punya 2 artikel bahasa inggris, langsung rame dikunjungi bule loh. apalabi blog mbak ini tentang wisata yang merupakan aktifitas pavorit para bule.. hehe. kalo mau liat, silahkan berkunjung ke blog saya mbak. www.carusermagz.com
Sudah kepikiran sih untuk bikin blog bahasa Inggris, tapi sudut pandang artikelnya harus sedikit berbeda. Harus mencari ide dulu ...
HapusKalau blog ini, target marketnya adalah orang Indonesia yang tidak tinggal di Jakarta dan ingin wisata ke Jakarta atau orang Jakarta yang ingin wisata keluar Jakarta. Jadi gaya bahasanya bernuansa Jakarta walau bukan informal.
Ternyata blog 'jalan jalan' pantes komen di post aku tentang tempat wisata :)
BalasHapussalam kenal ya mbak
http://ekienglandmuse.blogspot.co.id/2016/06/wisata-alam-sindhumoyo-temanggung.html
Salam kenal juga!
Hapus