Selama 4 hari jalan-jalan di Filipina, tepatnya di
Manila dan di Boracay, tidak cuma pemandangan indah yang kami dapatkan namun
juga kuliner lokal yang unik. Selain makanan tradisional, kami juga mencobai fastfood. Walau sama-sama ayam goreng fastfood, tetap saja ada bedanya antara
negara satu dan negara lainnya.
Oh ya, karena wisata kuliner bukan tujuan utama
kami, maka kami memang tidak dengan sengaja mencari makanan khas Filipina. Jadi,
kalau mengharapkan ulasan tentang makanan eksotis khas Filipina (misalnya balut),
mohon maaf sebelumnya. Nah ... buat yang mau backpackeran ke Filipina, mungkin
pengalaman saya makan makanan di Filipina bisa jadi panduan untuk memilih
makanan pas beneran jalan di sana.
Kuliner Tradisional Filipina
Ada beberapa makanan lokal yang sempat kami coba.
Untuk lidah saya, makanan lokal Filipina cenderung terlalu asin. Nasinya juga
tidak segurih dan sepulen nasi yang biasa saya makan di Indonesia. Tapi bukan
berarti rasanya tidak enak loh ya. Buat saya, makanan Filipina unik dan tetap
cocok untuk lidah orang Indonesia. Berikut beberapa makanan yang sempat kami
coba:
Sinangag (garlic rice)
Ini adalah salah satu menu makan pagi kesukaan
saya. Kalau warung makan di Jakarta punya pilihan nasi putih atau nasi uduk,
nah warung makan di Filipina punya pilihan plain
rice atau garlic rice. Garlic rice adalah nama yang ditulis di
daftar menu untuk orang asing, sedangkan nama lokalnya adalah sinangag. Sinangag
adalah nasi goreng dengan bawang putih yang dipotong kecil-kecil. Sinangag memang
biasa dijadikan makan pagi oleh penduduk Filipina.
Sinangag, dengan lauk telur, dan tocino (kiri) atau beef tapa (kanan). |
Tocino
Tocino sebenarnya adalah semacam bacon, yaitu daging babi yang dibumbui
secara khusus. Untuk membuat tocino, daging babi dibumbui dan disimpan selama
tiga hari di lemari es. Setelah itu, barulah tocino dimasak sesuai selera.
Tocino (yang digoreng) adalah salah satu lauk favorit saya makan pagi selama di
Filipina.
Longganisa
Ini adalah sosis khas Filipina. Rasanya gurih,
agak manis. Biasanya terbuat dari daging babi. Longganisa biasanya dijadikan
lauk, dan bisa disajikan dengan sinangag.
Beef Tapa
Beef tapa adalah daging sapi yang diasinkan dan
kemudian digoreng. Kalau dimakan begitu saja, rasanya asin (ya iya, lah!), tapi
kalau dijadikan lauk untuk nasi, rasanya pas banget! Beef tapa adalah lauk yang
umum dipakai untuk makan pagi dengan sinangag.
Pancit
Pancit adalah istilah orang Filipina untuk mie secara umum, tapi kadang-kadang dapat langsung diartikan sebagai bihun.
Pancit bisa disajikan dengan seafood atau dengan irisan daging, sesuai selera.
Pancit (kiri atas), sisig (kiri bawah), dan bulalo (di dalam panci, kanan). |
Bulalo
Bulalo adalah sup tulang sumsum khas Filipina. Tulang
sumsum yang dipakai adalah tulang sumsum sapi. Ini rasanya enak banget, wajib
dicoba! Kuahnya segar dan gurih. Penyebab gurihnya sudah pasti sumsum yang ada di
dalamnya. Selain daging sapi dan sumsum tulang, di dalam mangkok sajian bulalo,
saya juga menemukan beberapa macam sayuran hijau, sepotong jagung manis, dan
satu pisang utuh. Bulalo termasuk makanan paling mahal yang kami beli selama
wisata di Filipina. Tapi mengingat isinya sepotong tulang besar (dengan sumsum di dalamnya) dan potongan daging sapi yang
besar banget, wajarlah harganya mahal.
Sisig
Ini adalah salah satu makanan khas Filipina yang
tidak ditemukan di negara lain. Sisig adalah hasil olahan daging yang ada di
kepala babi ditambah dengan potongan hati babi, yang disajikan dengan telur
mentah di atas hot plate. Begitu
sisig disajikan, kita harus langsung mencampur telur mentah dengan potongan
daging/hati yang ada; dicampur secara merata sehingga matang di atas hot plate. Rasanya? Asin banget!! Kabarnya sisig adalah camilan favorit orang
Filipina untuk teman ngobrol sambil minum bir. Tapi untuk saya, sisig adalah
lauk nasi yang selevel dengan ikan asin. (Maksudnya, untuk nasi sepiring,
lauknya nggak usah banyak-banyak.)
Ikan bakar
Ikan bakar adalah makanan yang wajib dimakan kalau
liburan ke pantai. Karena Boracay adalah tempat wisata pulau, sudah pasti kami
juga makan ikan bakar di sana. Karena penjualnya tidak tahu nama ikannya dalam
bahasa Inggris, jadi kami hanya bisa menebak-nebak ikan apa yang kami makan.
Ikan bakar di Boracay tidak terlalu banyak bumbu. Namun karena ikannya segar,
rasanya tetap enak.
Turon
Turon adalah pisang yang digoreng dengan kulit
lumpia. Biasanya turon dilapisi sirup gula karamel. Rasanya sudah pasti manis.
Turon banyak dijual di pinggir jalan.
Penjual turon di Pantai Bulabog, Boracay. |
Champorado
Yang ini, saya tidak sempat mencoba yang aslinya.
Saya cuma sempat beli champorado instan dan mencobanya pas sudah balik ke
Jakarta. Champorado adalah bubur ketan campur coklat.
Catatan untuk Makan di Boracay
Mayoritas makanan di Boracay adalah makanan selera internasional (baca:
turis bule). Tidak salah juga sih, karena berdasarkan kedekatan sejarah, turis
Amerika termasuk turis yang banyak datang kemari. Tentunya sekarang turis Cina,
Korea, dan Timur Tengah juga banyak. Di sini mudah untuk mencari ikan bakar,
pizza, dan pasta. Tapi, tidak mudah untuk mencari makanan lokal. Rumah makan di
sini harganya relatif mahal. Tapi tenang, untuk yang mau makan di local
fastfood chain masih bisa menikmati makanan dengan harga wajar di Jollibee dan
Mang Inasal.
Oh ya, khusus untuk yang mau jalan ke Boracay,
jangan lupa untuk mampir ke Jonah’s Fruitshake. Tempat ini menyediakan berbagai
macam jus. Jus favorit saya adalah jus mangga dicampur dengan rum (ini alkohol
beneran, bukan hanya perasa makanan). Selain mangga, ada juga pilihan jus
pisang, jus kelapa, dan buah-buahan lainnya. Jonah’s Fruitshake ada di Station
1 dan di Station 2.
Jus mangga campur rum. Segar! |
Fast Food di Manila (dan beberapa tempat lain di Filipina)
Buat yang ingin untuk makan dengan harga wajar dan
rasa terjamin, mau tidak mau harus mencoba makan di rumah makan jaringan
fastfood. Soal rasa memang sudah pasti ada sentuhan lokal. Tapi soal harga,
tidak bisa dipungkiri lagi kalau fastfood bisa menyediakan makanan dengan harga
yang “tidak membuat sakit hati”. Buat yang berminat backpacking di Filipina
namun takut mencoba sembarang makanan, mungkin informasi tentang fastfood
berikut ini cukup berguna.
Jollibee
Jolibee adalah jaringan fastfood lokal Filipina.
Seperti kebanyakan fastfood lokal di Indonesia, menu utama Jolibee adalah ayam
goreng krispi. Ayam goreng bisa disajikan manis, (sedikit) pedas, atau
original. Ada juga menu spageti atau burger. Untuk sajian ayam goreng, biasanya
disajikan dengan bumbu kaldu kental. Oh ya, di sini tidak ada saos cabe, jadi
jangan dicari.
Soal harga, dijamin masuk ukuran kantong wisatawan
kelas kambing macam saya. Cukup dengan modal 90 Peso,
saya sudah dapat ayam goreng krispi bumbu bawang putih dengan nasi dan coca-cola ukuran small. Kalau minat makan di sini, siap-siap
antre, karena selalu penuh.
Ayam bumbu bawang putih yang saya makan di Jolibee di bandara Ninoy Aquino, Manila. |
Mang Inasal
Anak perusahaan dari Jolibee ini adalah spesialis
ayam bakar. Jujur saja, saya malah nggak makan di sini, soalnya teman-teman
jalan saya nggak ada yang mau nyobain makan di sini. Mereka malahan memilih
makan di footcourt di Robinsons Place Manila. Padahal, kalau melihat daftar
menu dan daftar harganya, sepertinya jaringan rumah makan ini layak dicoba. Sama seperti di Jollibee, dengan uang 90 Peso kita sudah bisa makan kenyang.
Bagnet Boy
Bagnet Boy adalah franchise rumah makan di Manila
yang spesialiasinya adalah daging babi goreng. Selain daging babi goreng, di
sini juga tersedia berbagai olahan daging babi, termasuk olahan sancam (daging
dengan lapisan gajih dari bagian perut babi). Bagnet Boy inilah yang saya temui
di dalam foodcourt Robinsons Place gara-gara nggak jadi makan di Mang Inasal.
Saya makan satu paket murah (nasi + 1 lauk +
1 sayur) harganya 79 Peso.
McDonald
Yah ... ini adalah pilihan terakhir kalau
bener-bener nggak bisa makan makanan lokal. Karena kemarin salah satu anggota tim
jalan-jalan kami nggak bisa makan makanan lokal sama sekali, akhirnya kami
mampir ke McDonald di SM Mall of Asia di Manila. Saya makan cheeseburger dengan
paket french fries dan segelas coca-cola, harganya 124 Peso. Kalau dihitung dalam
rupiah, harganya sama saja dengan makan McDonald di Jakarta. Rasanya juga sama
saja. Mungkin karena cheeseburger adalah makanan internasional, jadi tidak ada
perbedaan rasa antar negara. Oh ya, di sini tidak ada sambal yah.
Kentucky Fried Chicken
Sepulang dari jalan-jalan di Intramuros, kami
makan di KFC di dalam kompleks Intramuros. Saya membeli paket ayam goreng
krispi: pakai nasi, mashed potatoes,
dan segelas coca-cola ukuran large. Harganya
164 Peso sudah termasuk pajak. Kalau mau minum air putih, gratis, karena
disediakan dispenser di pojokan ruangan. Di sini tidak ada saus sambal, tapi
ada dispenser khusus untuk bumbu kaldu kental. Berhubung saya suka rasa bumbu
kaldunya, jadi saya berpuas-puas hati menyiram ayam goreng saya dengan bumbu
kaldu.
Jadi, jangan khawatir soal makanan kalau pergi ke Filipina. Dari makanan tradisional sampai international fast food chain, dari yang harganya masuk akal sampai yang harganya bikin sakit hati, semuanya ada di Filipina. Yang penting, mau mencoba!
Iya jalan-jalan harus di lengkapi dgn wisata kuliner krn itu kegiaatan yg menyatu ..pasti enjoy...cuman harus hati - hati juga,,,jangan salah makan...hehehehe
BalasHapusbtw salam kenal mbak Dyah....silakan mampir jalan jalan ke blog mini saya. thanks
Nyesel bgt sya ngk coba semuanya. Pengen ke sana lagi
BalasHapusItu aja masih belum semua makanan khas Filipina, lho. Gue juga masih pengin nyobain yang lain.
Hapus