Catatan: Jakarta Walking Trail adalah jalur wisata
di Jakarta untuk jarak pendek dengan jalan kaki atau naik sepeda. Jalur ini
adalah jalur saya untuk jalan-jalan di sekitaran Jakarta jika sudah bosan
mengunjungi tempat-tempat yang mainstream.
Kali ini saya akan mengajak para pembaca untuk berjalan kaki mengenang detik-detik proklamasi. Tidak perlu jauh-jauh ke luar kota.
Hampir seluruh peristiwa yang terkait dengan kemerdekaan bangsa Indonesia
berada di Jakarta, bahkan lebih tepatnya di sekitaran Menteng dan Salemba,
Jakarta Pusat. Untuk memperingati ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia
yang ke-70, kali ini saya akan mengajak pembaca untuk mengunjungi museum dan
monumen yang menjadi saksi bisu rajutan peristiwa yang menjadi titik tolak
kebebasan bangsa Indonesia dari cengkraman penjajah.
Jakarta Walking
Trail: Commemorating Our Independence adalah alur jalan kaki (atau naik sepeda) yang melewati tiga titik penting
dalam sejarah proklamasi, yaitu Gedung Joang 45, Museum Perumusan Naskah
Proklamasi, dan Tugu Proklamasi/Taman Proklamator. Berikut perjalanan saya
menyusuri jalur ini pada hari Minggu, 2 Agustus 2015.
08:15 Tiba di Stasiun Gondangdia (1)
Yup, titik tolak perjalanan saya adalah Stasiun
Gondangdia. Untuk yang bawa mobil, bisa parkir di halaman Masjid Cut Meutia,
sedangkan yang naik kereta ya tinggal turun di stasiun ini. Sayang sekali jalur
jalan (walking trail) kali ini tidak
dilewati jalur busway sama sekali.
Stasiun Gondangdia. Titik awal perjalanan saya. |
Dari Stasiun Gondangdia, saya menyusuri jalan di
bawah rel kereta api ke arah selatan, lalu di Jl. Taman Cut Mutiah, saya
berbelok ke arah timur. Di sini saya bertemu dengan Masjid Cut Meutia. Masjid ini
termasuk cagar budaya bangsa dan patut dikunjungi. Namun perjalanan ini adalah
untuk mengenang detik-detik proklamasi, maka saya tidak berhenti di sini.
Saya mengikuti Jl. Cut Meutia dan tiba di
Jl.Menteng Raya. Dari sini saya menyeberangi Jl. Menteng Raya, dan saya tiba di
Gedung Joang 45.
08:29 Tiba di Gedung Joang 45 (2)
Saya datang kepagian. Alamak! Museum-museum di
Jakarta baru buka jam 9. Untungnya penjaganya baik hati mengijinkan saya untuk
memutari gedung dan melihat-lihat patung-patung, papan-papan penjelasan, serta
mobil dinas resmi presiden yang pertama di masa pemerintahan Bung Karno dan
Bung Hatta.
Gedung Joang 45 sebelum buka. Ini datangnya kepagian. |
Jam 9 saya dipersilahkan untuk masuk dan
melihat-lihat isi museum. Museum ini pada dasarnya adalah bentuk penghargaan
kepada kelompok Menteng 31, yang merupakan golongan pemuda yang sangat
bersemangat untuk merdeka dan juga tempat pendidikan beberapa tokoh utama
politik Indonesia di awal kemerdekaan. Sekelompok pemuda dari Menteng 31 jugalah
yang berinisiatif untuk menculik Bung Karno dan Bung Hatta dan membawa mereka
ke Rengasdengklok. Penjelasan yang ada di Gedung Joang 31 membuat saya lebih
paham dinamika politik dan pemuda yang nantinya akan melakukan aksi untuk “memaksa”
Bung Karno dan Bung Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
09:27 Berangkat dari Gedung Joang 45
Saya kembali menyusuri Jl. Cut Meutia menuju ke
arah Masjid Cut Meutia. Akan tetapi, sesampainya saya di persimpangan di dekat
masjid, saya berbelok masuk ke Jl. Teuku Umar. Jl. Teuku Umar adalah tempat
domisili beberapa pejabat penting kedutaan manca negara dan juga tempat kantor
kedutaan beberapa negara. Saya melewati tempat kediaman Duta Besar Australia
dan kantor Kedutaan Irak serta Kedutaan Vietnam. Di sini juga ada Museum A.H. Nasution,
salah satu pahlawan Revolusi. Saya mampir ke sini selama sekitar 20 menit,
tetapi sebenarnya museum ini tidak ada kaitannya dengan detik-detik proklamasi.
10:18 Tiba di Taman Suropati (3)
Setelah capek berjalan kaki dari Gedung Joang 45,
bolehlah kita beristirahat di taman yang sejuk ini. Taman Suropati adalah taman
dengan berbagai aktivitas di setiap akhir pekan. Dari orang-orang yang
duduk-duduk, lari pagi, memotret-motret, dan sampai keluarga muda yang membawa
anak-anaknya untuk melihat burung merpati yang berterbangan. Saya menyempatkan
diri untuk makan zuppa soup yang dijual di pinggir jalan. Setelah istirahat sekitar 10 menit, saya melanjutkan perjalanan.
10:44 Tiba di Museum Perumusan Naskah Proklamasi (4)
Yang menjemput Bung Karno dan Bung Hatta dari Rengasdengklok
adalah Mr. Achmad Soebardjo, yang nantinya menjadi Menteri Luar Negeri Republik
Indonesia yang pertama. Hanya saja dia tidak mengantar Bung Karno dan Bung
Hatta ke rumah masing-masing, melainkan ke rumah kediaman Laksamana Muda Maeda. Tentu saja
alasan pemilihan rumah ini adalah faktor keamanan.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi. |
Rumah Laksamana Muda Maeda inilah yang sekarang
menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Di sini kita dapat melihat ruangan
yang digunakan untuk membahas dan merumuskan naskah proklamasi dan tempat
dimana Bung Karno dan Bung Hatta menandatangani naskah tersebut.
11:30 Berangkat dari Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Saya kembali berjalan kaki, menyusuri Jl. Pangeran
Diponegoro ke arah timur. Tujuannya ke Tugu
Proklamasi/Taman Proklamator. Saya berjalan kaki sampai tiba di bawah rel
kereta api. Di sini saya belok ke kanan, memasuki Jl. Penataran. Di pertigaan
setelah Graha 9, saya belok kiri sebentar dan tiba di Tugu Proklamasi/Taman Proklamator
12:15 Tiba di Tugu Proklamasi/Taman Proklamator (5)
Dulunya, di tempat dimana sekarang menjadi Taman
Proklamator ini, berdiri rumah kediaman Bung Karno, yang terkenal dengan alamat
Jl. Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta Pusat. Saat ini rumah kediaman tersebut
sudah tidak ada lagi, dan tepat di tempat dimana Bung Karno berdiri membacakan
naskah proklamasi, didirikan Tugu Petir (karena di atasnya ada bentuk seperti
petir) yang nama resminya adalah Tugu Proklamasi. Di taman ini juga ada patung
Bung Karno dan Bung Hatta berukuran raksasa.
Taman Proklamator, dengan Tugu Proklamasi dan Patung Soekarno-Hatta. |
Memandang seluruh monumen dan tugu di sini, saya
bersyukur bahwa para pemuda Menteng 31 nekat menculik Bung Karno dan Bung
Hatta, bahwa mereka masih bisa dibawa kembali ke Jakarta oleh Pak Achmad
Soebardjo, dan bahwa kedua orang Proklamator itu akhirnya mau ikut menyusun
naskah dan membacakan proklamasi kemerdekaan. Betapa hal-hal yang nampaknya kebetulan
itu bisa mengantar saya hingga saat ini bisa mengetik di blog ini dan para
pembaca (yang warga negara Indonesia) membaca blog ini sebagai orang merdeka.
12:28 Meninggalkan Tugu Proklamasi/Taman Proklamator menuju Stasiun Cikini (6)
Menuju Stasiun Cikini. Jaraknya tidak jauh, cukup dengan mengikuti
Jl. Proklamasi ke arah barat selama 10 menit, melewati Metropole XXI.
Demikian kisah saya menapaki Jakarta Walking Trail
edisi Kemerdekaan. Untuk penjelasan lebih lengkap tentang masing-masing museum
dan monumen yang saya kunjungi, dapat dilihat di postingan saya yang akan
datang. Merdeka!
Tambahan:
- Total perjalanan sekitar 4,5 jam, sudah termasuk membaca hampir semua keterangan di dalam museum, istirahat makan snack, dan mampir ke Museum A.H. Nasution yang kebetulan dilewati.
- Jalur yang saya lewati relatif rindang, tapi cukup ramai oleh kendaraan, jadi harus hati-hati terutama saat menyeberang jalan.
- Penjualan makanan ada di sekitar stasiun dan di Jl. Cikini Raya, Taman Suropati, serta Taman Proklamator.
- Jalur jalan kaki/walking trail ini adalah jalur yang sering digunakan oleh komunitas pecinta sejarah dan komunitas pecinta budaya untuk nampak tilas detik-detik kemerdekaan. Biasanya, ada kelompok-kelompok yang mengadakan tur jalan kaki di jalur ini di bulan Agustus untuk memperingati kemerdekaan Indonesia.
0 Komentar:
Posting Komentar