Tidak seperti Hue yang masih tradisional, Hoi An merupakan salah satu kota destinasi pariwisata favorit. Di sini ada banyak
restoran dan cafe, dengan berbagai tingkatan harga: dari yang lumayan murah
sampai yang mahal banget. Berbagai jenis jajanan pasar juga dijual di
pinggir-pinggir jalan, dengan papan petunjuk bilingual sehingga turis yang
tidak berbahasa Vietnam bisa mengerti apa yang dijual. Karena saya memang lebih
banyak berputar-putar di areal turis, maka saya jadinya tidak terlalu tahu pola
kehidupan penduduk lokalnya.
Pasar sentral Hoi An. Pusat wisata kuliner murah meriah. |
Hoi An adalah salah satu kota favorit para turis
untuk wisata kuliner di Vietnam. Bukan apa-apa, posisinya yang terletak di
tengah-tengah negara Vietnam memberikan corak kuliner yang unik, perpaduan
antara budaya kuliner di utara dan budaya kuliner di selatan. Selain itu,
dengan banyaknya restoran dan cafe yang memanjakan lidah turis (baca: bule),
tidak heran restoran dan cafe di Hoi An banyak mendapatkan rekomendasi dari
travel blogger dan pengamat kuliner asing. Karena saat saya datang ke Hoi An
adalah masa liburan musim panas di belahan bumi utara, ada banyak sekali remaja
Amerika dan Eropa yang datang kemari. Di malam hari, cafe dan warung makan
dipenuhi dengan para remaja itu.
Sebagai penikmat makanan asal Indonesia (baca: benua Asia), sudah pasti saya tidak terlalu tertarik dengan makanan asing yang
disediakan di cafe. Dua hari di Hoi An, saya mencobai makanan khas Hoi An, yang
disajikan full flavour! Termasuk
sambalnya yah. Berikut beberapa hidangan yang sempat saya cicipi di Hoi An.
Makan pagi di hotel: Bánh mì dan telur ceplok
Banh mi dan telur ceplok kembar. |
Kami menginap di sebuah hostel yang sederhana
namun pelayanannya bagus. Pemiliknya ramah dan selalu siap membantu. Nama
Hostelnya The Corner Homestay (alamatnya 20 Nguyen Phuc Tan Street, An Hoi, Hoi
An, Quang Nam). Kami memesan kamar melalui Agoda.com. Hotelnya sih di tengah
perumahan penduduk, tapi cukup dekat dengan kota tuanya. Jalan kaki paling lima
menit. Hostel ini menyewakan sepeda dan
dapat membantu mencarikan mobil sewa untuk mengantar kita ke bandara/stasiun
kereta api di Da Nang.
Makan pagi kami di hotel adalah french bread (banh mi) dengan telur mata
sapi (dua butir). (Makan pagi di sini kena biaya tambahan.) Berdasarkan
pengamatan, menu makan pagi ini adalah menu standar di semua hotel dan hostel,
karena rasanya netral dan dapat diterima oleh lidah bangsa manapun juga. Biasanya
pilihan keduanya adalah mie khas vietnam. (Beda hostel bisa menyediakan jenis
mie yang berbeda.) Masalahnya, tidak semua lidah bisa makan yang seperti ini di
pagi hari.
Phở bò
Pho, dengan jeruk nipis, lalapan, cabe, dan sambal lokal. Hmm ... |
Pho adalah hidangan vietnam yang sudah dikenal
luas oleh masyarakat Indonesia, berupa mie yang lebar dan tipis, berwarna
putih. Pho bo adalah pho yang disajikan dengan daging sapi. Di Hoi An, pho
dapat dijual sebagai makan pagi. Di pagi kedua kami di Hoi An, kami makan pagi
di warung beef noodle (phở bò) di
dekat hostel. Rasa pho yang otentik di Vietnam jauh lebih segar dibandingkan
dengan pho yang dijual di Indonesia. Hal ini terutama disebabkan oleh daun-daun
segar yang disediakan untuk dimakan bersama dengan pho. Selain itu, sambal di
Vietnam agak kecut dan tidak terlalu pedas seperti sambal di Indonesia. Kalau
semua itu dikombinasikan dengan kuah kaldu yang panas, nyam ...
Hampir semua hidangan di Hoi An disajikan dengan
tambahan daun-daun segar. Lalapan khas Vietnam ini terdiri dari beberapa jenis
daun-daunan, beberapa di antaranya tidak pernah saya temui di hidangan
Indonesia. Teman seperjalanan saya yang jago memasak saja juga bingung menamai
beberapa dari daun-daun itu. Yang jelas, di lalapan khas Vietnam selalu ada
irisan timun, potongan selada, dan daun basil.
Di warung tempat kami makan, harga seporsi pho bo
dengan minum teh dingin sepuasnya, adalah 40.000 Dong.
Cao lầu
Mie khas Hoi An, cao lau. |
Cao lầu adalah mie khas Hoi An. Bahkan, mie ini
memang hanya disajikan di Hoi An, karena beberapa bahannya hanya ada di Hoi An.
Menurut ceritanya, mie yang digunakan di dalam makanan ini dibuat dari tepung
beras yang ditambahi dengan beberapa bahan lain, termasuk di antaranya abu dari
kayu yang tumbuh di Pulau Cham (di utara Hoi An) dan air yang ditimba dari
sumur tertentu di Hoi An. Jadi, mie yang dibuat di luar Hoi An pasti rasanya
beda dan tidak bisa disebut sebagai cao lầu.
Untuk ukuran mie, cao lầu tergolong besar, dan
padat. Cao lầu selalu disajikan tanpa kuah, dengan potongan daging babi, bumbu
sejenis kecap, dan sayuran segar. Menurut penulis, makan semangkuk cao lầu
lumayan mengenyangkan, karena mienya padat banget. Cao lầu dihidangkan dengan
suhu biasa, tidak panas dan tidak dingin. Untuk banyak orang lokal, makanan cao lầu pasangannya adalah minuman bir lokal yang disajikan dingin.
Penulis memakan cao lầu di rumah makan Trung Bắc,
alamatnya 87 Tran Phu St., Hoi An. Posisinya ada di dalam kompleks Ancient Town of Hoi An. Menurut
internet, tempat ini dikenal menjual cao lầu yang original. Waktu penulis
datang kemari, kami harus menunggu beberapa lama sebelum mendapatkan tempat
duduk karena antre. Di hari berikutnya, kami juga melihat orang-orang lokal
antre di sini untuk makan malam. Padahal harga makanan di sini bisa dua kali
lipat harga makanan di luaran, loh ...
Quang noodle (dalam bahasa Vietnam: Mì quảng)
Makan pagi yang mengenyangkan: quang noodle. |
Makanan khas Hoi An ini unik karena terdiri dari
mie kuning dan mie putih. Kedua mie ini terbuat dari tepung beras, dan rasanya
berbeda dengan kedua jenis mie yang sudah disebutkan di atas. Quang noodle
disajikan dengan kuah kaldu hangat, dengan lauk daging pilihan (biasanya babi),
dan disertai potongan kerupuk beras.
Waktu makan pagi di hotel, salah satu teman saya memesan makan pagi quang noodle ini. Quang noodle rasanya (menurut penulis)
hampir sama dengan pho, hanya saja mienya lebih tebal. Kuah kaldunya enak dan
daun-daun yang ditambahkan ke dalam mangkok membuatnya lebih segar.
Nasi ayam (dalam bahasa Vietnam: Cơm gà)
Nasi ayam, dengan kuah kaldu dan sambal Vietnam. Nyam! |
Nasi ayam (kalau turis bule bilang: chicken rice) adalah nasi dengan lauk
ayam. Tidak seperti orang di Indonesia yang senang makan nasi sambil ‘berjuang’
mengambil daging ayam dari tulangnya, di Vietnam, daging ayam sudah disuwir dan
tinggal ditaburkan diatas nasi. Nasinya bukan nasi putih biasa, melainkan nasi
yang dimasak dengan kaldu ayam. Rasanya enak sekali – apalagi kalau makannya sedang
dalam keadaan capek, habis jalan mengelilingi kompleks kota tua di Hoi An
panas-panas. Nasi ayam khas Hoi An disajikan dengan kuah kaldu ayam. Di atas
nasi, selain daging ayam, juga ada potongan bawang putih besar dan daun basil.
Oh ya, ayamnya ayam kampung – jadi rasanya enak. Hmmm, jadi ngiler ...
Saya makan nasi ayam di warung di pinggir jalan.
Warungnya nyempil di gang dekat WC umum di dalam kompleks kota tua. Seporsi
nasi ayam dan minum teh tawar dingin sepuasnya dihargai 40.000 Dong. Yah,
lumayan lah ...
Nasi goreng (dalam bahasa Vietnam: Cơm chiên)
Nasi goreng ala Hoi An, dan kelapa muda. |
Nasi goreng di Hoi An bentuknya lebih mirip nasi
gila di Jakarta. Warna nasinya agak kuning, soalnya nggak pakai banyak kecap
seperti nasi goreng orang Indonesia. Lauknya ditumpuk di atas nasi. Nasi goreng
bisa disajikan dengan berbagai pilihan lauk. Yang saya makan ini adalah nasi
goreng seafood. Makannya di tepi pantai Cua Dai. Tepatnya di restoran Vân Phi.
Berhubung restoran ini adalah restoran tepi pantai
yang dimaksudkan untuk mengeruk uang dari kantong turis, harganya sempat bikin
gondok. Apalagi, kami makan di sini karena “terpaksa”, soalnya tukang ojeklah
yang mengarahkan kami kemari. Nasi goreng dan kelapa segar dihargai 120.000
Dong. Padahal nasi gorengnya hambar dan nasinya agak keras. Kelapanya juga
tidak terlalu muda. Yah, nasib jadi turis di negeri asing. Padahal, di hari
terakhir saya di Hoi An, saya makan pagi nasi goreng di warung dekat hostel,
harganya hanya 35.000 Dong dan rasanya enak.
Rice paper crackers (dalam bahasa Vietnam: Bánh đập)
Kerupuk khas Hoi An, banh dap. |
Kerupuk beras khas Vietnam ini disajikan dengan bumbu
kaldu dan bawang goreng yang banyak. Kebetulan, kerupuk yang saya cobai terlalu
berminyak, jadi saya tidak terlalu suka. Mungkin di tempat lain rasanya lebih
enak. Kerupuk ini rasanya tawar, tidak seperti kerupuk di Indonesia yang
rasanya agak gurih.
Saya makan bánh đập di rumah makan quán ăn Cường, alamatnya 01
Nguyễn Hoàng, An Hội, Hội An. Harga seporsinya 20.000 Dong.
White rose (dalam bahasa Vietnam: Bánh bao vac)
White rose yang digemari di kalangan turis asing. |
Kudapan yang sangat terkenal di kalangan turis
asing ini adalah sejenis pangsit berisi udang yang disajikan dengan saus gurih.
Di beberapa tempat, isinya adalah campuran antara udang dan daging babi. White
rose rasanya gurih, dan taburan bawang putih di atasnya sungguh menambah rasa
nikmat. Baunya pun harum. Tapi kalau dibandingkan dengan pangsit biasa di
Indonesia, sebetulnya rasanya tidak jauh berbeda. White rose adalah salah satu
makanan populer di kalangan turis yang berkunjung ke Hoi An. Kalau browsing di
website asing tentang Hoi An, pasti akan menemukan ulasan tentang makanan white
rose ini.
Saya makan white rose di jajaran warung makan di pinggir sungai Hoai (bukan cafe, yah) dan satu porsi harganya 30.000 Dong. White
rose bukan makanan yang mengenyangkan, jadi memang disajikan untuk camilan
saja.
Banana pancake (dalam bahasa Vietnam: Bánh chuối)
Penjual banana pancake di tepi sungai Hoai. |
Menurut internet, bánh chuối ada beberapa versi. Versi
yang kami makan adalah pisang yang dilapisi tepung, diberi sedikit wijen, dan
digoreng. Pisang dipotong tipis dan ditata sehingga berbentuk seperti kipas. Rasanya
enak banget! Kebetulan, pisang yang dipakai saat itu adalah pisang yang manis,
jadi cocok sekali dengan rasa wijen yang agak pahit.
Kami menemukan penjual bánh chuối di tepian sungai Hoai, tepat di dekat gerbang masuk utama ke areal kota tua. Bukan toko,
melainkan hanya gerobak dorong yang hanya berjualan di sore hari. Penjual bánh chuối umumnya tidak hanya menjual satu macam makanan. Mereka juga menjual makanan lain seperti donat.
Spring rolls
Cara memakan fried spring roll: digulung dengan rice paper bersama sayuran. |
Spring rolls adalah kudapan khas Vietnam yang
banyak dijual di restoran makanan Vietnam di Jakarta. Ada dua versi spring
rolls, yaitu yang disajikan segar dan yang digoreng. Yang digoreng, fried spring
rolls, nama Vietnamnya ram cuốn.
Yang disajikan segar, fresh salad rolls, nama Vietnamnya chả giò tươi. Isinya udang, sejenis bihun, dan sayur-sayuran segar.
Disajikan dengan bumbu saus berwarna cokelat yang rasanya agak manis. Untuk
fresh spring rolls, bisa dimakan langsung. Fried spring rolls dimakan bersama dengan lalapan,
dan dibungkus dengan rice paper.
Saya makan kedua jenis spring rolls ini di Hoi An’s Central Market (Chợ Hội An), yang posisinya ada di dalam kompleks Ancient Town
of Hoi An. Pasar ini tidak hanya menjual makanan, namun juga menjual
barang-barang sehari-hari, bahan makanan mentah, bunga segar, dan juga
oleh-oleh khas Vietnam. Kalau belanja di sini, jangan lupa menawar. Hanya masakan
jadi yang harganya sudah pasti. Fresh spring rolls harganya 30.000 Dong dan
fried spring rolls harganya 40.000 Dong. Banyak turis backpacker yang makan di
sini, karena harganya jelas, pilihannya banyak, dan rasanya lumayan enak.
Sate babi khas Hoi An (dalam bahasa Vietnam: Heo nướng đũa)
Penjual grilled pork skewers khas Hoi An. |
Makanan ini hanya saya temui di penjual di pinggir
jalan. Tidak ada restoran yang menjualnya. Sate ini unik, karena daging babi
tidak ditusuk, melainkan dijepit oleh potongan bambu yang dibelah dua. Di areal
kota tua Hoi An dan sekitarnya, harganya 10.000 Dong per tusuk. Cara memakannya
unik. Daging sate ini dilepas dari bambunya, lalu dibungkus dengan rice paper
bersama dengan lalapan segar khas Vietnam. Bungkusan rice paper ini bisa
dicelupkan ke dalam bumbu kacang dan sambal sebelum dimakan. Kalau sate babinya
saja, namanya thịt nướng.
Sate ini hanya dijual di daerah Hoi An dan hanya di pedagang pinggir jalan. Biasanya penjualnya tidak bisa bahasa Inggris, jadi mereka menuliskan jualan mereka di papan atau selembar kertas sebagai: grilled pork. Kalau berkesempatan berkunjung ke Hoi An, jangan lupa
untuk mencari makanan yang satu ini.
(bersambung)
0 Komentar:
Posting Komentar