Pemandangan di perjalanan dari Hue ke Hoi An. |
Berangkat dari Hue
Setelah dua hari bersantai-santai di Hue, kami
melanjutkan petualangan kami ke Hoi An. Berdasarkan hasil browsing, kami
memutuskan untuk menyewa mobil untuk perjalanan kami. Tentu saja tujuannya
supaya kami bisa lebih santai dalam mendatangi tempat-tempat wisata di
perjalanan. Kami berangkat dari hotel di Hue jam 10:30. Karena jarak antara Hue
dan Hoi An tidak terlalu jauh (mungkin sama dengan jarak Jakarta – Bandung),
kami tidak merasa perlu berangkat pagi-pagi. Di antara Hue dan Hoi An, kami
akan melewati satu kota, yaitu Da Nang. Di sepanjang perjalanan, kami melewati
beberapa tempat yang menarik.
Lang Co Beach
Kami tidak berhenti di Lang Co Beach. Lebih
tepatnya, kami hanya berhenti di lereng bukit dimana kami dapat memfoto
keindahan Lang Co Beach.
Lang Co Beach dari kejauhan. |
Lang Co Beach terletak tepat sebelum Van Hai Pass.
Jadi, posisinya adalah tepat di batas pegunungan Truong Son. Lang Co Beach
adalah pantai dengan pasir putih, yang sebenarnya terletak di sebuah peninsula dengan
jembatan/jalan tol sebagai penghubung dengan daratan utama. Pulau resort ini
banyak dikunjungi turis asing yang berminat untuk bersantai-santai di tepi
pantai.
Hai Van Pass
Sebelum kami berangkat dari Hue, kami ditanya,
apakah kami hendak menuju ke Da Nang melewati Hai Van Pass, atau melewati Hai
Van Tunnel. Kalau lewat Hai Van Pass, kami bisa melihat-lihat pemandangan di pegunungan
Truong Son sebelum masuk ke kota Da Nang. Kalau lewat Hai Van Tunnel, kami akan
melewati terowongan terpanjang di Asia Tenggara, dan akan menghemat waktu
perjalanan 30 menit. Karena kami lebih memilih pemandangan daripada kecepatan,
maka kami memilih untuk melewati Hai Van Pass.
Di kejauhan terlihat kota Da Nang dengan pantai putihnya. |
Hai Van Pass sebenarnya seperti Puncak Pass. Dulunya
Hai Van Pass adalah satu-satunya jalan yang menghubungkan Hue dan Da Nang
melewati pegunungan Truong Son. Jalan ini berada di lereng pegunungan, dimana
di sebelah kanan ada tebing yang menjulang, dan di kiri ada jurang yang
langsung menuju ke laut – pantai yang sangat curam. Pemandangan sepanjang
perjalanan bagus banget.
Di puncak salah satu bukit, mobil bisa berhenti
dan menikmati pemandangan. Dari sini, kota Da Nang terlihat di kejauhan. Daerah
puncak ini dulunya adalah tempat strategis yang menjadi perbatasan antara
Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Dari jaman kekaisaran, sampai masa serangan
Amerika Serikat, tempat ini sering menjadi rebutan. Sebagai saksinya, di puncak
ini ada sisa-sisa bunker tentara Amerika yang sudah hancur.
Kota Da Nang
Kami hanya lewat saja di kota ini. Secara umum,
kalau menurut saya, kota Da Nang rapi, bersih, dan sepi. Jalannya luas dan
banyak gedung-gedung, tapi kendaraan yang lalu lalang di jalanan tidak terlalu
banyak. Padahal kami lewat di situ sekitar jam 13:00. Kota Solo atau Malang
saja jauh lebih ramai. Kota Da Nang terkenal sebagai kota jembatan. Karena kota
ini adalah kota pelabuhan, yang dibelah oleh sungai besar, memang di sini ada
banyak jembatan yang menghubungkan antara daerah satu dengan daerah lainnya.
Jembatan yang terkenal di sini antara lain adalah Dragon Bridge, Tran Thi Ly
Bridge, dan Han River Bridge.
Han River Bridge. |
Kebetulan, kami berkesempatan untuk melewati Han
River Bridge, dan melihat dari jauh Dragon Bridge serta Tran Thi Ly Bridge. Han
River Bridge adalah jembatan dengan model suspension, alias menggantung pada
tali besi. Di dini hari, jembatan ini akan berputar untuk memberi jalan kapal-kapal
yang akan melewati sungai. Kalau lihat di youtube, Han River Bridge di malam
hari indah dengan lampu-lampu yang berwarna-warni. Sayangnya, kami tidak
berkesempatan untuk menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.
My Khe Beach
Kota Danang terletak di tepi pantai. Pantai di
sepanjang kota Da Nang berpasir putih, dengan laut biru tua. Pokoknya
pemandangannya bagus banget seperti di kartu pos-kartu pos. Banyak bagian dari
pantai-pantai itu sedang dibangun untuk menjadi private beach untuk hotel-hotel
mewah. Dari daerah umum yang tersisa, salah satu pantai yang menjadi tempat
favorit wisatawan adalah My Khe Beach. Hari itu, kami makan siang di salah satu
seafood restaurant di situ.
Tak lupa foto-foto di My Khe Beach! |
Kalau soal seafood, tidak udah dibahas di sini
yah. Yang jelas udang dan ikannya enak dan segar. Air di sini bersih dan
sedikit polusi. Jadi hasil lautnya segar. Kami makan steamboat beramai-ramai.
Oh ya, sebenarnya kami makan ke sini karena terpaksa. Si sopir memaksa untuk berhenti
di sini; ya sudah – daripada repot-repot, makanlah kami di sini. Padahal,
harganya mahal ... kami habis sekitar 500.000 Dong berempat. Itu sudah pilihan
yang paling murah loh, yah.
My Khe Beach ini sering dijuluki oleh orang
Amerika sebagai China Beach, dan merupakan tempat hiburan tentara pada saat
masa serangan tentara Amerika di tahun 60-an. Memang, daerah ini indah karena
lautnya tenang dan pasir putihnya halus banget! Pantai ini dilindungi oleh
peninsula Son Tra sehingga ombaknya tidak terlalu tinggi, dan anginnya tidak
terlalu kencang.
Lady Buddha dari kejauhan. |
Sambil duduk-duduk di pantai, kami bisa melihat
patung Lady Buddha di peninsula Son Tra di kejauhan. Patung setinggi 67 meter
yang juga disebut sebagai Bodhisattva of Mercy atau Dewi Kwan Im ini terletak
di kompleks pagoda Linh Ung. Sayang kami tidak ada waktu untuk mengunjunginya
lebih dekat.
Di pantai My Khe sepanjang 900 meter ini, ada
banyak hotel dan tempat-tempat hiburan yang biasa dikunjungi turis. Tapi orang
Vietnam dan turis bule, sukanya jalan-jalan di sore atau pagi hari, karena
tidak tahan sinar matahari. Jadi, saat kami jalan-jalan di My Khe Beach sekitar
jam 14:00, hampir-hampir kami tidak bertemu dengan orang lain. Serasa pantai
milik sendiri!
Marble Mountains
Keluar dari Da Nang ke arah selatan, kami dibawa
ke Marble Mountains. Marble Mountains adalah tempat wisata wajib bagi turis
yang melakukan perjalanan dari Da Nang ke Hoi An ataupun sebaliknya. Nama
Marble Mountains sebenarnya merupakan istilah orang asing untuk kompleks
perbukitan kapur di daerah Ngu Hanh Son. Orang lokal kadang-kadang tidak
tahu istilah Marble Mountain.
Patung-patung hasil kerajinan industri lokal. |
Daerah Ngu Hanh Son terkenal sebagai pusat
kerajinan patung marmer. Di pinggir jalan, berderet-deret toko dan kios patung
marmer. Harganya, ya harga patung marmer, dalam rupiah bisa sampai jutaan
tergantung ukuran. Tapi kalau dibandingkan dengan harga patung marmer di
Indonesia, sebenarnya harga di sini masih lebih murah.
Titik utama wisata di Marble Mountains adalah
sebuah bukit kapur yang menjadi tempat pemujaan Buddha. Bukit ini disebut
sebagai gunung air, atau Thuy Son. Di atas bukit ini, ada beberapa kuli yang
dipahat di dinding bukit dan juga patung-patung Budha serta dewa-dewa lain yang
diukir sangat detil. (PS: Walau bahasa Inggrisnya “mountain”, saya tetap menyebutnya
bukit karena memang ukurannya masih kategori bukit. Kalau disebut gunung, ntar
dikira sebesar gunung Galunggung. Hehehe ... )
Pemandangan Marble Mountains, difoto dari bukit Thuy Son. |
Untuk naik ke atas bukit, tidak perlu capek-capek
mendaki. Cukup naik lift untuk langsung tiba di puncak bukit. Di atas bukit
Thuy Son, ada banyak pagoda dan gua-gua. Pagoda yang pertama dijumpai adalah
pagoda yang bisa terlihat dari pinggir jalan raya, yaitu Xa Loi Tower. Pagoda
lain tersebar di beberapa tempat di pucuk bukit ini. Selain pagoda, bukit
marmer ini juga memiliki banyak gua-gua kapur. Gua-gua itu diukir menjadi kuil
untuk tempat sembahyang masyarakat sekitar. Di dalam kuil-kuil ini diukir
patung-patung Budha berukuran besar. Gua yang terbesar adalah Huyen Khong Cave,
dimana disitu ada patung Budha besar yang dipahat di tembok gua.
Walau naik bukit bisa pakai lift, turunnya tidak
bisa pakai lift. Pengunjung diminta turun menggunakan tangga batu di sisi
bukit. Jalannya lumayan juga, bisa bikin betis berotot. Tapi saat kami
berkunjung ke sana, salah seorang teman yang agak sakit tidak ikut berputar-putar
mengunjungi gua-gua; dia hanya duduk-duduk menikmati pemandangan pantai dan
kota Da Nang di dekat Xa Loi Tower, lalu turun ke bawah pakai lift. Entah
gimana ceritanya dia bisa dibolehkan turun naik lift. Kalau saya dan beberapa
teman lainnya, turun tangga batu sambil foto-foto narsis. Hahaha!
Patung Budha raksasa yang diukir di dinding Huyen Khong Cave. |
Tiket untuk masuk ke bukit Thuy Son harganya 15.000
Dong. Harga tiket untuk naik lift ke puncak bukit juga 15.000 Dong.
Tiba di Hoi An
Kami tiba di Hoi An sekitar jam 16:30. Masih sore.
Jadi kami masih bisa santai-santai di kamar dan istirahat, sebelum jalan-jalan
sampai larut malam di sekitaran kota tua Hoi An. Seperti apa Hoi An? Tunggu
saja di artikel berikutnya!
(Bersambung)
0 Komentar:
Posting Komentar