Sekitar dua bulan yang lalu, saya dan beberapa teman berkesempatan untuk
jalan-jalan ke Vietnam. Tepatnya, pada tanggal 26 Juli – 3 Agustus 2014. Ada
tiga kota yang dikunjungi: Hue, Hoi An, dan Ho Chi Minh. Kota pertama yang kami
jelajahi adalah Hue.
Hue dulunya adalah ibu kota kerajaan pada masa pemerintahan Dinasti Nguyen.
Dinasti Nguyen adalah dinasti kekaisaran terakhir di Vietnam (berkuasa tahun 1802
– 1945), jadi relatif masih baru. Sisa-sisa dari kebesaran kota ini antara lain
adalah Citadel, yaitu kompleks yang dulunya adalah istana pada jaman Dinasti
Nguyen, dan Royal Tombs, yaitu beberapa kompleks makam para kaisar jaman
dahulu. Kota ini tercatat sebagai Warisan Budaya UNESCO pada tahun 1993. Hingga
saat ini keturunan dari Dinasti Nguyen masih hidup dan tinggal di pengasingan
di Perancis.
Gerbang timur dari The Citadel, kompleks istana kaisar jaman dahulu. |
Setelah Vietnam menjadi negara komunis, kejayaan Hue meredup. Posisinya
berubah menjadi kota biasa yang tidak terlalu tersentuh oleh modernisasi hingga
akhir-akhir ini. Nampaknya, baru saat kami datang, kota ini baru mulai menggeliat
untuk menggapai kembali kejayaannya. Waktu pertama kali tiba di kota Hue dan
diantar dari bandara ke hotel, kami melewati suatu area perumahan yang nampak
baru, dimana masih banyak tanah kosong. (Bayangkan daerah perumahan di Cibubur dua
belas tahun yang lalu.) Mungkin lima tahun lagi Hue sudah menjadi kota bisnis
dan pariwisata yang ramai dengan banyak perumahan baru.
Tujuan Wisata di Hue
Karena dulunya adalah kota kerajaan, maka di sini ada banyak sekali situs
historis yang bisa menjadi tempat wisata. Ada kompleks istana, kompleks makam
kaisar, gedung-gedung bersejarah, kebun atau taman bersejarah, dan juga pusat
turisme modern seperti pasar dan wisata kuliner. Berikut adalah tempat-tempat
yang kami kunjungi selama dua hari kami tinggal di sana.
Hue Imperial City (The Citadel)
Ini adalah kompleks istana kekaisaran pada jaman Dinasti Nguyen. Pada saat
Perang Vietnam di tahun 1960-an, kompleks ini hancur akibat serangan dari
pihak-pihak yang berperang, baik dari pihak Vietnam Utara maupun dari pihak
Vietnam Selatan dan tentara Amerika. Posisi Hue yang strategis, yaitu dekat
dengan perbataran Vietnam Utara dan Vietnam Selatan menyebabkan tempat ini
menjadi rebutan di antara kedua kekuatan tersebut. Di saat ini, sebagian kompleks istana ini sudah hancur dan sulit untuk
diperbaiki lagi.
Waktu masuk ke bagian dalam dari areal istana yang luasnya
sekitar 4 km2 ini, praktis hanya ada reruntuhan gedung yang sudah
sulit diduga wujud aslinya. Bagian dalam ini, juga disebut sebagai The
Forbidden Purple City, dulunya adalah wilayah terbatas yang hanya boleh
dimasuki oleh Kaisar dan orang-orang terpilih. Disebut "Purple" karena warna ungu adalah warna kekaisaran jaman dulu. Di salah satu selasar yang
tersisa, dipasang foto-foto pada jaman istana ini masih lengkap dan digunakan
sehari-hari. Sayang sekali, istana yang dulunya begitu mewah dan penuh dengan
ukir-ukiran sekarang sudah hampir-hampir tidak ada sisanya lagi. Hanya ada
beberapa bangunan dan bagian saja yang masih bisa dikunjungi.
Pada saat saya berkunjung, kompleks ini sedang direnovasi. Menurut
Wikipedia, renovasi ini sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu, dan
diharapkan selesai di tahun 2015. Untuk masuk, para pengunjung harus membayar
tiket masuk seharga 105.000 Dong. Di dalam kompleks ini juga ada beberapa
pertunjukan seni (jadwal tertentu), serta ada museum dan toko suvenir.
Thien Mu Pagoda
Thien Mu Pagoda. |
Pagoda ini berada di tepi Perfume River, yang merupakan salah satu icon
dari Kota Hue. Thien Mu Pagoda jaraknya hanya 15 menit dengan mobil dari Hue
Imperial City. Pagoda ini didirikan di tahun 1601, oleh salah satu nenek moyang
dari para kaisar Dinasti Nguyen. Di belakang pagoda ini ada kuil yang sampai
sekarang masih digunakan oleh para pengikut agama Budha di situ. Sayang sekali,
pagoda ini tidak dapat dimasuki. Jujur saja, kami tidak sampai sepuluh menit
berada di areal pagoda ini. Masuk ke area pagoda, gratis.
Tu Duc Tomb
Ini adalah kompleks makam dari salah satu kaisar Dinasti Nguyen yang
bernama Kaisar Tu Duc. Kompleks seluas 12 hektar ini dibagi menjadi dua areal,
yaitu areal kuil (Temple Area) dan areal makam (Tomb Area). Kompleks ini
dianggap sebagai kompleks makam kaisar yang paling indah, karena memiliki
beberapa taman dan kolam yang melambangkan gunung dan sungai.
Prasasti yang berisikan autobiografi Kaisar Tu Duc (di dalam bangunan). |
Pada umumnya, kompleks makam juga digunakan oleh tempat peristirahatan atau
kadang-kadang tempat tinggal kaisar di hari tua. Jadi, di kompleks makam biasanya
juga ada bangunan tempat tinggal kekaisaran, tempat para selir dan pelayan
keluarga. Di Tu Duc Tomb, ada bangunan tempat peristirahatan kaisar, ruang
teater tradisional Vietnam, kuil tempat berdoa, dan tentu saja mausoleum tempat
peristirahatan terakhir sang Kaisar. Di sini juga terdapat prasasti batu
terbesar di Vietnam, yang berisikan autobiografi Kaisar Tu Duc.
Bangunan-bangunan yang ada di dalam kompleks ini nampak tua, dan ada
beberapa bagian yang nampak kurang terawat. Akan tetapi secara keseluruhan
kompleks ini terlihat asri dan bersih. Di sekitar bangunan-bangunan utama,
terdapat hutan pinus yang menambah keindahan kompleks kuburan ini. Harga tiket 80.000 Dong.
Minh Mang Tomb
Areal makam ini adalah tempat peristirahatan terakhir Kaisar Minh Mang.
Kompleks ini sering juga disebut sebagai Hieu Tomb. Kompleks seluar 28 hektar
ini berbentuk oval, dengan batas terluarnya berupa tembok sepanjang 1700 meter.
Jaraknya dari kota Hue sekitar 1 jam dengan menggunakan mobil.
Salah satu bagian dari Minh Mang Tomb. |
Areal ini dikenal dengan bentuk area yang hampir-hampir simetris. Penataan
bangunan di sini menunjukkan adanya perencanaan yang detil. Dibandingkan dengan
kompleks makam lainnya, Minh Mang Tomb termasuk yang paling terawat dan paling
bersih. Padahal, kompleks ini termasuk yang tertua diantara kompleks pemakaman
lainnya.
Pusat dari kompleks ini adalah kuburan sang Kaisar, yang berada di balik
tembok dengan gerbang yang tidak pernah dibuka sejak upaca penguburannya. Di
sekelilingnya, ada beberapa danau dan kolam. Dari gerbang ke gerbang kuburan,
ada satu jalan batu lurus yang menjadi garis poros dari keseluruhan kompleks.
Hampir semua bangunan dibangun secara harmoni di sekitar jalan utama ini. Harga tiket 80.000 Dong.
Khai Dinh Tomb
Kaisar Khai Dinh adalah kaisar yang memiliki kedekatan politis paling
tinggi dengan Perancis dibandingkan dengan kaisar-kasiar lainnya. Oleh sebab
itu, tidak heran kompleks makamnya tidak hanya memiliki unsur arsitektur
Vietnam dan Cina, namun juga unsur arsitektur Eropa. Berbeda dengan kompleks
makam lain yang saya kunjungi, kompleks ini tidak luas, tidak dikelilingi areal
hutan atau taman yang luas. Gedungnya sudah sudah terlihat dari pinggir jalan.
Khai Dinh Tomb. |
Dari jalan, pengunjung harus menaiki tangga untuk bisa melewati gerbang
utama yang ukurannya besar. Dari situ, pengunjung yang akan ke makam harus naik
beberapa tingkatan lagi sebelum bisa mencapai bangunan peristirahatan terakhir.
Tidak ada makam yang indah dan luas, tidak ada kolam atau danau. Semuanya
adalah lantai batu. Kelebihan kompleks makam ini adalah detil hiasan di gedung
yang masih terawat dan indah. Bagian dalam bangunan makamnya dipenuhi dengan
hiasan mosaik porselin yang warnanya cerah ceria. Rasanya warna porselin ini
masih sama seperti saat pertama kali dipasang. Soal keindahan, dibandingkan
kompleks makam yang sudah ada sebelumnya, bagian dalam gedung ini memang tidak
ada duanya.
Di dekat mausoleum, ada tempat penjualan buku-buku sejarah Vietnam (dalam
bahasa Vietnam) dan juga sebuah televisi jadul yang memutar film tentang
sejarah Dinasti Nguyen. Tiket masuk harganya 80.000 Dong.
Nam Giao Esplanade
Tempat ini bukan tempat yang umum didatangi turis, karena tidak ada
bangunan yang indah atau karya seni yang menarik. Di sini hanya ada sebuah
piramid pendek tempat pemujaan para dewa dan hewan kurban di jaman Dinasti
Nguyen. Saat kami datang, masih ada penduduk lokal yang memasang meja persembahan
dan menaruh sesajen berupa buah-buahan dan makanan di kompleks ini. Setiap
tahunnya, di sini dilakukan upacara kebudayaan sebagai bagian dari Festival Hue
dua tahunan.
Foto-foto di Nam Giao Esplanade. |
Kami datang ke sini karena tempatnya masih sejalan dengan perjalanan menuju
salah satu kompleks makam. Walaupun tidak ada bangunan, tempat ini nyaman untuk
didatangi karena teduh. Kompleks ini adalah salah satu sisa peninggalan dari
pemerintahan Dinasti Nguyen yang tidak mengalami banyak perubahan hingga saat
ini. Tentu saja karena bangunannya minimal, tempat ini tidak menjadi kancah
perebutan kekuasaan saat terjadi perang. Mungkin pertikaian antar pasukan di
sini tidak terlalu banyak, sehingga tidak ada kerusakan yang berarti di masa
perang tersebut.
Yang menarik di sini adalah hutan pinus yang tertata rapi mengelilingi
piramid tempat persembahan. Karena tempatnya bersih dan rapi, tempat ini enak
untuk duduk-duduk dan foto-foto. Kalau bisa membandingkan tempat ini di musim
yang berbeda-beda, mungkin menarik juga. Untuk masuk, tidak dipungut biaya
apapun.
Dong Ba Market
Sesuai dengan namanya, ya ini adalah pasar. Dong Ba Market adalah pasar
terbesar di Hue. Di sini orang bisa mencari berbagai macam barang, mulai dari
oleh-oleh berupa pernak-pernik, pakaian jadi, tukang jahit baju, makanan
tradisional, sepatu, perhiasan, emas, barang elektronik, dan lain-lain. Kalau
dibandingkan dengan pasar di Ho Chi Minh, untuk pernak-pernik jelas pasti lebih
murah di sini. Maklum, walaupun besar, tetap saja ini pasar di kota kecil.
Salah satu penjual makanan tradisional di pasar Dong Ba. |
Pasar Dong Ba terdiri dari bagian yang berupa gedung bertingkat dan pasar
“becek” dengan warung-warung dan lapak pinggiran. Saat kami tiba di sini, hujan
deras. Jadi kurang asyik untuk berjalan-jalan di bagian “becek”. Tapi kalau ke
bagian gedung, kurang afdol juga – ngapain jauh-jauh ke Vietnam kalau ketemunya
mall sejenis ITC. Jadi kami memutuskan untuk bertengger di sebuah warung
jajanan tradisional. Lumayan juga, sekali nongkrong, kami sudah mencobai banyak
makanan tradisional Vietnam. Harganya pun lumayan. Per orang membayar 70.000
Dong dan itu sudah makan kenyang plus minum teh tawar sepuasnya!
Perfume River
Perfume River adalah salah satu landmark kota Hue. Atraksi yang paling
ditonjolkan di sini adalah naik Dragon Boat di Perfume River, melewati bagian
depan Citadel. Naik kapal di malam hari sama bagus pemandangannya dengan di siang hari.
Menjelang sunset di tepi Perfume River. |
Untuk catatan, di sepanjang sungai ini banyak terjadi turis mengalami
penipuan ataupun “dipaksa” untuk menaiki kapal dengan harga mahal. Kamipun juga
sempat “dihadang” oleh seorang ibu-ibu yang memaksa kami untuk menaiki sebuah
kapal dengan biaya 100.000 Dong per orang. Padahal kapal itu biasa saja.
Untungnya, salah satu orang teman sudah browsing di internet dan memaksa agar kami
mendapatkan harga 20.000 Dong per orang. Akhirnya si ibu itu mengalah dan kami berempat
naik ke kapal. Selain kami, ada dua orang remaja yang juga ikut naik menjadi
penumpang di kapal. Karena itu bukan tempat naik kapal yang resmi, kami jadinya
harus melewati ilalang dan melompati pinggiran sungai yang sepertinya mau
runtuh (!) untuk bisa nak ke kapal.
Untung saja pemandangan di Perfume River malam hari boleh juga. Jadi,
perjalanan selama 30 menit ini tidak membosankan. Untuk harga yang kami bayar,
sudah pasti tidak ada makan malam maupun pertunjukan seni. Kapal kami tadi
adalah kapal yang sedang mengantre untuk membawa pengunjung yang membeli tiket
di booth resmi Dragon Boat. Saya baru tahu ada tempat pembelian tiket resminya
saat jalan kaki pulang ke hotel. Kalau Anda nantinya berkesempatan ke Hue,
mendingan jalan-jalan dulu di sepanjang sungai jadi bisa melihat-lihat dan
membanding-bandingkan penawaran Dragon Boat itu. Percayalah, tidak rugi untuk
melihat-lihat dulu, karena di sepanjang sungai, ada banyak sekali Dragon Boat
berjajar. Kalau beli di tempat resminya, bisa membeli paket makan malam
sekaligus menonton pertunjukan musik tradisional di atas kapal.
Truong Tien Bridge yang warna-warninya dipantulkan oleh Perfume River. |
Menurut browsing di internet, kalau mau menyewa kapal seharian atau
setengah hari, bisa juga langsung ke pemilik kapal (atau lewat makelar kalau
pas ketemu seperti kami), tapi hati-hati karena harganya sangat bervariasi.
Kalau berminat untuk pergi ke banyak tempat dalam satu hari, mendingan sekalian
sewa mobil yang bisa kemana-mana daripada kena harga mahal naik kapal.
Truong Tien Bridge
Ini adalah salah satu jembatan yang menyeberangi Perfume River. Jembatan
besi ini dirancang oleh Pak Eiffel (yang merancang menara Eiffel di Paris) dan
sudah beroperasi sejak tahun 1899. Jembatan ini terlihat menarik di waktu malam
karena cahaya lampu yang berwarna-warni. Di pinggiran jembatan ada tempat
khusus pejalan kaki sehingga orang bisa menyeberang sungai tanpa terganggu oleh
sepeda motor yang seringkali jalan seenaknya.
Pasar Malam di sepanjang Perfume River
Pasar malam di sepanjang Perfume River. Yang di atas gambar itu bagian dari Truong Tien Bridge. |
Karena kami datang di hari Sabtu, maka kami masih sempat menikmati pasar
kaget akhir pekan di sepanjang Perfume River. Ada banyak pedagang, antara lain
pedagang baju, makanan tradisional, buah-buahan, kerajinan tangan, jam tangan, bahkan
juga lampu duduk. Pasar kaget ini ramai sekali dan kami harus berdesak-desakan
dengan penduduk lokal untuk melewatinya. Di sini kami masih menyempatkan diri
untuk mencicipi kue dadar tradisional yang dibakar di atas arang.
(bersambung)
0 Komentar:
Posting Komentar