Sebelumnya sudah pernah mendengar nama Desa
Sawarna, tetapi akhirnya baru akhir Januari lalu saya menginjakkan kaki kemari.
Tidak terencana sih, karena tadinya cuma mau ke Pelabuhan Ratu. Siapa sangka,
ternyata malah sampai ke desa wisata (dalam arti yang sebenarnya.)
Pantai Pasir Putih, Sawarna Point, tempat paling populer di Desa Sawarna. |
Transportasi Menuju Desa Sawarna
Saya dan teman saya menuju ke Desa Sawarna
menggunakan kendaraan umum. Dari Jakarta, kami naik KRL ke Bogor, kemudian
dilanjutkan dengan naik Bus ke Pelabuhan Ratu. Dari Pelabuhan Ratu, perjalanan
akan dilanjutkan dengan angkot (mobil Elf) ke arah Desa Sawarna. Kami berangkat
hari Jumat, 01 Januari 2014, tepat di hari Imlek.
Karena kesiangan, maka kami baru bertemu di
Stasiun Bogor jam 10:25. Menurut saya, KRL
termasuk kendaraan umum yang bisa dijadikan andalan. Soal jadwal, cukup
tepat waktu, dan pilihan jadwalnya banyak. Kalau soal kebersihan, itu lebih
tergantung pada penumpang saat itu. Waktu saya naik KRL, penumpang tidak
terlalu banyak, jadi tidak berdesak-desakan dan kondisi gerbong bersih.
Dari stasiun Bogor, kami naik angkot 03 jurusan
Terminal Baranang Siang. Harga per orang Rp 2.500,- Katanya bisa juga naik
angkot 02 untuk ke Terminal Baranang Siang, tapi saya tidak melihatnya. Kalau
bingung nyari angkot, keluar stasiun kereta api langsung tanya saja dengan
orang, pasti akan ditunjukkan.
Dari Baranang Siang perjalanan dilanjutkan dengan
menggunakan bus MGI jurusan Pelabuhan Ratu. Karena kami kesiangan, bus AC sudah
berangkat duluan, jadi kami terpaksa naik bus eksekutif non-AC. Harga karcis Rp 35.000,- Untuk masih dapat
tempat duduk. Orang yang datangnya setelah kami terpaksa berdiri sepanjang
perjalanan. Kami berangkat dari Terminal Baranang Siang jam 11:00 dan sampai di
Terminal Pelabuhan Ratu jam 15:30.
Oh ya, sebagai tambahan, waktu perjalanan pulang,
dari Terminal Pelabuhan Ratu kami naik bus MGI AC jurusan Bogor, harga karcis
perorang Rp 35.000,- juga. Bingung kan?
Terminal Pelabuhan Ratu. |
Mobil elf kami berangkat jam 16:00 dan tiba di pos
ojek Sawarna di Jalan Raya Transit Bayah-Cisolok jam 17:30. Harga naik elf Rp
25.000,- (Tapi waktu perjalanan pulang harganya Rp 20.000,- per orang, hehehe!)
Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang indah. Waktu masih di
daerah Pelabuhan Ratu, kami melewati banyak pantai-pantai yang patut untuk
dikunjungi: Pantai Mutiara, Pantai Sukawayana, Pantai Cikakak, Pantai
Karanghawu, dan Pantai Cibangdan. Kapan-kapan nanti, ingin jalan ke Pelabuhan
Ratu cuma untuk mengunjungi pantai-pantai ini. Begitu masuk area Banten, kami
disuguhi pemandangan pedesaan dan sawah. Lumayan cuci mata, melihat yang
hijau-hijau!
Elf adalah angkutan antar desa yang digunakan
masyarakat berpindah dari daerah satu ke daerah lain. Karena Elf ini relatif
jarang, maka penumpangnya juga lumayan banyak. Dalam perjalanan saya, ada dua
bapak-bapak yang naik ke atap, dan ada beberapa yang bergantungan di pintu.
Nggak kebayang bagaimana kalau saya ada di posisi mereka ini.
Pos ojek Sawarna di Jalan Raya Transit Bayah-Cisolok. |
Jembatan Gantung Cikaung. |
Penginapan Desa Sawarna
Sebenarnya mencari penginapan di Desa Sawarna
bukan hal yang sulit. Hampir semua rumah di situ membuka hostel atau
penginapan. Kalau kehabisan, ada warung-warung tepi pantai yang menyediakan
kamar. Kalau masih tidak ada kamar, masih bisa buka tenda.
Waktu kami datang ke desa Sawarna, sedang long
weekeng Imlek 2014. Jadi memang banyak sekali orang yang datang. Hampir semua
kamar penuh. Untung kami masih mendapatkan sebuah kamar kecil di penginapan
Java Beach Guest House seharga Rp 200.000,-/malam. Di situ pun hanya tinggal
satu kamar! Kata mas-mas yang jaga, kala hari biasa, kebanyakan penginapan juga
kosong, tapi di akhir pekan memang ada banyak pengunjung. Lain kali, kalau mau
ke sini di sabtu-minggu, sebaiknya browsing di internet dan menelepon dulu
untuk pesan kamar.
Salah satu gang di Desa Wisata Sawarna. Rumah-rumah penduduk menyediakan penginapan. |
Untuk urusan penginapan, suasananya juga lebih
mendukung untuk rombongan backpacker daripada wisatawan koper. Banyak kamar yang
bisa dipakai buat rombongan, tidak dibatasi hanya untuk dua orang seperti di
hotel-hotel pada umumnya. Jadi patokan harga kamar umumnya adalah luasnya
kamar, bukan jumlah orang yang menginap. Kalau ramai-ramai, bisa lebih murah
jalan-jalan kemari.
Oh ya, harga kamar hostel di sini bervariasi
tergantung peak season atau tidak. Tapi kalau dari survey di long weekeng
kemarin, harga Rp 350.000,- sudah dapat cottage yang bisa buat
rame-rame sekeluarga. Kalau hari biasa, mungkin harganya lebih murah.
Sepanjang ingatan saya, kebanyakan penginapan di
Desa Sawarna hanya menyediakan kamar mandi di luar (kamar mandi terpisah dari
kamar tidur). Jadi jangan harap bisa melenggang dari tempat tidur ke kamar
mandi. Kamar mandi di hostel tempat saya menginap agak terbuka bagian atapnya,
dan lubang udara di dinding tidak terlalu tinggi. Jadi bisa mandi sambil
menikmati langit dan mengintip-itip sawah atau kebun nan hijau. (Diambil sisi
positifnya saja yah, nggak usah parno.)
Makan di Desa Sawarna
Cari makanan di Desa Sawarna bukan hal yang sulit,
tapi juga tidak segampang itu. Tapi jangan harap ketemu junk food yah, semuanya
makanan lokal. Pilihan paling banyak adalah indomie; baik warung ataupun hostel
pasti menyediakan yang satu ini. Kalau siang sampai malam hari, ada ikan bakar
di dekat pantai. Tapi saat saya di sana, cuma ada dua rumah makan yang
menawarkan menu ini. Ada juga satu warung tegal, tapi bukanya pagi sampai sore.
Ada juga beberapa warung nasi kuning dan nasi uduk, tapi bukanya hanya pagi
hari. Ada indomaret, tapi posisinya jalan raya Sawarna. Letaknya di luar Desa
Wisata Sawarna, alias harus menyeberangi jembatan gantung kalau mau ke sana.
Warung nasi kuning yang hanya buka di pagi hari. |
Tempat-Tempat Wisata di Desa Sawarna
Karena pada dasarnya kami cuma punya waktu
setengah hari untuk berwisata di Desa Sawarna, maka kami hanya mengunjungi
pantai-pantainya saja. Untuk goa-goa dan tempat wisata lain yang lumayan jauh,
kami lewatkan dulu di kesempatan ini. Jadi saat kami datang ke sana, yang kami
lakukan adalah menyusuri pantai sekitar 2 jam, lalu pulang. Inilah
pantai-pantai yang kami kunjungi:
Pantai Pasir Putih
Pantai Pasir Putih yang paling ramai dikunjungi wisatawan. |
Pantai Ciantir (Area Surfing)
Pantai Ciatir. Saat itu, sedang jarang ada surfer bermain dengan ombak. |
Pantai (Tanpa Nama) Berbatu-Batu
"Lantai" batu ini memanjang sampai ke arah tengah laut. |
Tanjung Layar
Tanjung Layar. |
Cara mencapai Tanjung Layar dari Pantai Pasir Putih
ada dua, bisa naik ojek atau jalan kaki seperti kami. Kalau jalan kaki, siapkan
waktu sekitar 30 menit. Kalau naik ojek, sepertinya 10 menit juga sampai.
Pantai Karang Beureum
Dari Tanjung Layar, kami melanjutkan perjalanan
dengan mengikuti garis pantai. Karena daerah pantainya berbatu dan terjal, maka
kami mengambil jalan “dalam” dan melewati bukit untuk mencapai pantai
selanjutnya. Dari atas bukit ini, terlihat pemandangan pantai dan hutan di
areal Sawarna. Nggak rugi menerjang rumput-rumput liar tinggi di sini. Oh ya,
di bukit ini, beberapa kali jalan setapak yang kami lalui bercabang, dan kami
harus mengira-ngira sendiri kemana kami harus melangkah. Di sini tidak ada
penduduk, tidak ada warung, dan tidak ada petunjuk jalan. Jadi kalau nyasar,
bisa muter-muter sendiri di atas bukit. Patokan arah kami saat itu hanyalah suara
deburan ombak.
Salah satu bagian dari Pantai Karang Bereum dilihat dari atas bukit. |
Menuruni bukit, kami tiba di pantai yang berbatu-batu
besar. Hampir saja saya menolak untuk lewat batu-batu itu karena nampak licin
dan susah dilalui. Ternyata ... tebakan saya itu tidak salah! Harus ekstra
hati-hati di sini. Unik juga, pantai di sini berbatu-batu sedimen yang seolah
tertata rapi seperti lantai. “Lantai batu” tadi terus menjorok ke laut dan
menciptakan semacam tembok penghalang yang memecah ombak sehingga tidak
mencapai pantai. Kadang-kadang areal batu itu cukup licin dan berair sehingga
kami harus masuk ke daratan dan melewati kebuh kelapa penduduk sebelum kembali
ke bibir pantai.
Terus melewati pantai berbatu tadi, kami tiba di
pantai dimana “lantai batu” tadi cukup tinggi sehingga membentuk semacam
panggung di tengah laut. Ombak menghantam karang “panggung” itu dan menciptakan
pemandangan air terjun yang bagus. Ombak di pantai ini sebenarnya tinggi loh,
tapi karena “panggung” tadi cukup luas, kalau dilihat dari pantai kesannya
ombak tersebut kecil.
"Panggung" batu di Pantai Karang Bereum. |
Pantai Lagon Pari
Pantai Lagon Pari. |
Jarak Pantai Lagon Pari ini, kalau dari Pantai
Karang Bereum hanya sekitar 10 menit jalan kaki. Tapi kalau dari Pantai Pasir Putih,
kabarnya naik ojek pun sekitar 30 menit. Kalau jalan kaki? Sekitar dua jam!
Desa Sawarna (Pemukiman Penduduk)
Karena sudah jam 11 siang, kami berencana untuk
segera pulang sebelum kemalaman tiba di Jakarta. Dari Pantai Lagon Pari, kami
kembali ke Desa Wisata Sawarna dengan melewati jalan darat, yang melewati ke
Desa Sawarna (yang tempat tinggal penduduk) dan Kantor Desa Sawarna. Jalannya berbukit-bukit
dan berbatu-batu. Sekitar 15 menit pertama, tidak ada satu rumahpun di pinggir
jalan. Tidak ada lampu jalanan ataupun tanda-tanda kehidupan lainnya. Untuk saat
itu siang hari terik. Kalau hujan atau di malam hari, bisa gawat.
Jalan setapak dari Lagon Pari menuju ke jalan utama. |
Jembatan gantung di Desa Sawarna. |
Setelah mengobati rasa haus, kami menuju ke pos
ojek di dekat situ. Dari situ, kami naik ojek ke pos ojek di pinggir Jalan Raya
Transit Bayah-Cisolok untuk selanjutnya naik mobil elf ke Terminal Pelabuhan
Ratu. Kemudian dengan menggunakan jalur yang sama seperti sebelumnya, kami kembali
ke Jakarta. Dari Desa Wisata Sawarna sampai ke Jakarta membutuhkan waktu total sekitar 6 jam, sudah termasuk menunggu bus ngetem berangkat dan menunggu kereta.
Nice info, Gan!
BalasHapusLiburan ini, ane ada rencana ke Sawarna, skrg lg cari penginapan.
Sekalian sharing, ada daftar lengkap penginapan sekitar 30 penginapan/homestay di Sawarna + foto + no HP pemiliknya.
Hati-hati, banyak orang nawarin penginapan di Blog/website yang trnyata kebanyakan calo.
Langung aja kontak:
[[ KLIK DI SINI ]]