Hari 3
24 Desember 2013
Singapore Botanic Garden,
Alexandra Arch, Henderson Waves, Chinatown, Orchard Road: Tempat Wisata Gratis!
Hari
ini sebenarnya dimaksudkan untuk jalan-jalan di tengah hijau daun. Jadi,
setelah bangun sekitar jam 8, sarapan, dan mandi, saya langsung menuju ke
Singapore Botanic Garden, dengan naik bus no: 7 (naik dari depan Sultan
Mosque). Turun di seberang Botanic Garden. Tempat ini adalah tempat yang cocok
kalau berminat untuk wisata gratis – hanya beberapa bagian saja yang harus
membayar. Tentunya saya hanya muter-muter di area yang gratis – itupun sudah 3
jam jalan kaki. Total area kebun ini adalah 74 hektar dan isinya padat. Setiap
sudut dibangun areal taman khusus atau kelompok tumbuhan tertentu. Jadi kalau
mau muter-muter di sini seharian juga bisa.
Sundial Park |
Di
beberapa sudut, ada petunjuk untuk beberapa Trail tertentu, yang dapat
diikuti. Trail adalah jalur perjalanan yang sudah ditentukan sebelumnya.
(Untuk contoh Trail, boleh intip di: http://www.nparks.gov.sg/ Cari
"Visitor's Guide" lalu pilih "Guides to Walking Trails")
Beberapa website personal juga menawarkan Trail yang mereka temukan sendiri.
Cuma, karena saya memang minatnya cuma jalan-jalan bebas, ya muter-muter saja.
Ada beberapa tempat yang menarik, yaitu Marsh Garden, Swan Lake, Tembusu Tree
yang ada di tengah padang, Sundial Park, Symphony Lake dan Palm Valley (bagus
banget buat foto-foto!), dan Evolution Garden. Ada juga tempat khusus untuk
jenis anggrek hibrid pertama yang dikembangkan di Singapura, yang dinamai Vanda
Miss Joaquim.
Buat
yang mau jalan-jalan di Singapore Botanic Garden, sebaiknya mempelajari peta
dulu supaya jalurnya bisa lebih efisien. Semua tempat di sini tertata dengan
rapi dan papan petunjuk ada di mana-mana. Tapi kalau jalannya ngasal bisa
muter-muter di tempat yang sama berkali-kali. Belum selesai memutari
keseluruhan kebun, sudah capek duluan. Oh ya, kalau berminat untuk melihat
koleksi anggrek yang termasuk paling lengkap di dunia, bolehlah masuk ke
National Orchid Garden dengan membayar tiket seharga SGD 5. Berhubung saya
tidak punya banyak waktu, saya tidak masuk ke area ini.
Palm Valley |
Jam
12:30 mendadak hujan deras, dan larilah saya ke tempat perlindungan terdekat.
Kebetulan, saya sudah dekat dengan MRT Station, jadi jalanlah saya ke sana.
Untung jas hujan dan payung tersedia di dalam tas.
Tadinya
rencana awal mau ke Hort Park naik bus. Berhubung sudah terlanjut di pintu
masuk MRT Station, yah, jadinya naik MRT terus nyambung bus deh. Dari Botanical
Garden MRT Station keluar di Labrador Park MRT Station. Mampir ke mall di
pertigaan jalan untuk makan siang di McDonald, baru jalan ke halte bus. Makan
paket yang paling masuk akal di McDonald, harganya SGD 7.55. Setelah itu naik
bus jalur apa saja, turun setelah dua halte, sampai deh di Hort Park. Tapi saya
tidak masuk ke sana, saya hendak menyusuri jalur hijau Southern Ridge, dari
Alexandra Arch, melewati Henderson Waves, dan terakhir menyelesaikan Marang
Trail di Harbour Front MRT Station (dekat Vivo City). Jadi, begitu turun bus,
saya langsung naik tangga menuju jembatan penyeberangan, yang tak lain adalah
Alexandra Arch.
Alexandra Arch dari arah Hort Park. |
Secara
singkat, perjalanan saya mengikuti alur berikut: Alexandra Arch – Forest Walk –
Hiltop Walk (Telok Blangah) – Henderson Waves – Mount Faber Walk – Marang
Trail. Alur ini pun sebenarnya cuma separuh dari jalur hijau selatan Southern
Ridge, karena sebelum Alexandra Arch sebenarnya masih ada Hort Park dan Kent
Ridge. Kalau ada waktu, boleh menjajagi keseluruhan jalur hijau di daerah
selatan ini. Buat yang pengin jalan-jalan di Singapura sambil menikmati
hijaunya pepohonan dengan nyaman, bersih, dan gratis, jalur ini okeh banget
buat dicoba. (Perjalanan saya ini sebenarnya mencontoh salah satu Trail yang
ada di website yang saya sebutkan tadi, hanya saja dari arah yang berlawanan
dan hanya separuh jalan.)
Alexandra
Arch adalah jembatan penyeberangan di Alexandra Road. Warnanya putih dan
bentuknya unik. Kabarnya kalau malam lampu-lampunya menyala dan indah sekali.
Tapi karena saya tiba di sini jam setengah tiga, ya lampunya belum menyala.
Alexandra Arch langsung menyambung ke Forest Walk.
Forest Walk |
Forest
Walk adalah jembatan besi yang membelah hutan kota Singapura. Untuk orang yang
ingin merasakan suasana hutan tapi malas melewati tanah becek, humus, dan
daun-daun yang berguguran, Forest Walk adalah pilihan yang tepat. Pada dasarnya
Anda berjalan lebih tinggi atau sama tinggi dengan mahkota pohon (bagian
daun-daun) sehingga tidak menyentuh tanah. Hati-hati kalau mendung, karena
kalau mendadak hujan dan ada petir, tidak ada tempat berlindung di sini. Di
sini, suara burung dan serangga terdengar dari segala penjuru.
Hilltop Walk di Telok Blangah. |
Hiltop
Walk adalah trotoar di tepian jalan beraspal yang mendaki menuju ke Henderson
Waves. Area ini merupakan bagian dari Telok Blangah Hill Park. Jalan ini
relatif sepi dan tidak ada rumah di kiri kanan, jadi suasananya memang seperti
di pedesaan. Hal ini ditunjang dengan pohon-pohon nan rindang di kiri kanan
jalan. Tapi kalau mata memandang melewati barisan pepohonan ini ... latar
belakang berupa bangunan-bangunan apartemen dan pertokoan tidak bisa membohongi
bahwa kita berada di pusat kota! Di jalur ini, ada Terrace Garden, dimana kita
bisa melihat pemandangan kota Singapura dari ketinggian.
Setelah
beberapa lama berjalan mendaki dan khawatir nyasar, akhirnya saya tiba di
jembatan kayu yang elok. Di ujung jembatan ini ada tempat duduk-duduk untuk
istirahat. Sempat bingung juga, daerah apa ini, sampai saya menemukan petunjuk
bahwa jembatan kayu ini adalah Henderson Waves. Akhirnya, sampai juga ke tujuan
jalan-jalan saya hari ini!
Henderson Waves, yang mungkin diilhami oleh grafik sinus (atau cosinus?). |
Henderson
Waves adalah jembatan penyeberangan di atas Henderson Road, dengan ketinggian
36 meter dari jalan. Tujuan jembatan ini memang bukan untuk menyeberangkan
pejalan kaki biasa di tepian Henderson Road, melainkan untuk menghubungkan
antara dua taman kota, yaitu Telok Blangah Hill Park dan Mount Faber Park.
Sesuai dengan namanya, kedua taman ini terletak di puncak dua bukit yang
berbeda.
Karena
saya jalan di jembatan ini sekitar jam 4, duduk-duduk bermandikan sinar
matahari bukan pilihan yang tepat bagi saya. Panas banget. Mungkin harusnya
datang ke jembatan ini waktu sunset atau sunrise. Pemandangan dari atas
Henderson Waves bagus, apalagi pemandangan pantainya. Kalau pagi atau sore,
pasti bagus banget!
Patung Merlion di Mount Faber. |
Melewati
Henderson Waves, saya memasuki Mount Faber Park. Sepanjang jalan dari tepi
Henderson Waves sampai nanti di ujung Marang Trail, disebut sebagai Mount Faber
Walk. Di sini ada taman kecil yang disebut Faber Point. Di taman ini, ada
patung Merlion kecil, ada taman dimana kita bisa duduk-duduk dan foto-foto
dengan latar belakang kota Singapura, dan ada kafe kalau mau makan-makan
santai. Tempat ini menjadi tempat parkir bus dan mobil wisatawan asing dan
lokal yang mau jalan-jalan di sekitaran Southern Ridge.
Dari
sini saya lanjut berjalan kaki menuju ke Marang Trail. Saya melewati The Jewel
Box, rumah makan mewah yang juga merupakan Cable Car Station menuju Sentosa
Island. Kalau mau ke Sentosa Island naik Cable Car, mau tidak mau memang harus
parkir mobil di sini atau di Faber Point.
Mount Faber Walk |
Akhirnya,
sampailah saya di Marang Trail. Marang Trail adalah jalur selevel tanah, baik
berupa jembatan kayu maupun jalan semen yang menembus hutan kota menuju ke Harbour
Front MRT Station, Exit D. Kalau jalannya dari Harbour Front ke arah Mount
Faber Walk, akan terasa menanjak. Akan tetapi, karena saya menjalani arah
sebaliknya, jadinya lebih menyenangkan karena turun bukit menuju pantai.
Sampai
di ujung Marang Trail serasa seperti keluar dari dunia kahyalan. Dari lorong
yang dipenuhi dedaunan yang rimbun, perlahan-lahan saya tiba di ujung lorong
yang terang benderang, dan keluar lorong untuk menemukan sebuah mobil perawatan
taman dengan petugasnya yang sedang menarik-narik selang air, tempat parkir
sepeda motor, dan kemudian bertemu dengan tiang penyangga jalan tol, jalan raya
yang penuh dengan kendaraan, dan diseberang jalan sudah terlihat gedung mall.
Kembali ke dunia nyata. Rasanya ingin balik arah ke Mount Faber Park lagi.
Jalan masuk ke Marang Trail, dari arah Harbour Front. Seperti the Secret Garden, yah. |
Total
perjalanan, dari Alexandra Arch sampai ke Harbour Front MRT Station, adalah 3
jam. Jam 17:30 saya sudah menyelesaikan rute saya. Sebenarnya ini diluar
perkiraan, karena tadinya saya kira saya baru selesai jam 19:00. Untuk mengisi
waktu, saya lalu memutuskan untuk jalan di tujuan wisata lain: Chinatown dan
Orchard Road.
Pagoda Street, tepat setelah keluar dari Chinatown MRT Station, Exit A. |
Chinatown
di malam natal sungguh padat. Suasananya kontras dengan Southern Ridge yang
sepi dan hijau. Di sini, jalanan padat dipenuhi dengan pedagang di pinggir
jalan dan orang-orang (turis) yang berbelanja. Apalagi, keluar dari Chinatown
MRT Station, saya langsung masuk ke Pagoda Street, yang termasuk merupakan
pusat perbelanjaan di area tersebut. Di setiap sudut ada yang menjual dan ada
yang membeli. Ada toko khusus penjual barang-barang Tintin, dan ada juga museum
uang koin. Di Chinatown, saya menyempatkan untuk mengunjungi Budha Tooth Relic
Temple dan Sri Mariamman Temple.
Budha
Tooth Relic Temple adalah kuil yang menyimpan patung 100 perwujudan Budha. Di
ruang utamanya, seluruh temboknya dipenuhi patung budha, dari yang ukurannya
mini, sampai yang ukurannya besar. Warna merah dan emas mendominasi kuil ini.
Seratus perwujudan Sang Budha di dinding Budha Tooth Relic Temple. |
Sri
Mariamman Temple adalah kuil hindu tertua di Singapura. Saat saya datang,
sedang ada acara keagamaan, jadi tidak bisa berjalan-jalan sembarangan.
Orang-orang berbaris dan menerima dari pendetanya sejumput tepung putih (kalau
nggak salah yah, soalnya melihatnya dari jauh) dan memakannya.
Pintu masuk ke Sri Mariamman Temple. |
Saya
juga melewati Masjid Jami, masjid di area China Town yang selesai dibangun di
tahun 1835. Masjid ini didirikan oleh komunitas muslim Tamil di Singapura.
Masjid ini warnanya hijau, dan hampir seluruh interiornya berwarna hijau juga.
Saya
makan malam di area China Town, di Mosque Street, di sebuah restoran Chinese
Food yang menyediakan hidangan pedas a la Sechuan. Di Mosque Street ini ada
banyak backpackers’ hostel. Posisi jalan ini ada di dekat Masjid Jami.
Selesai
makan, masih jam 19:30, menurut saya terlalu sore untuk kembali ke hostel. Saya
memutuskan untuk ke Orchard Road naik MRT, tapi masuknya melalui pintu yang
berbeda dari pintu keluar saya tadi (Exit A). Saya berputar-putar melewati
People’s Park Complex sampai menemukan pintu masuk ke MRT Station dan langsung
ke Orchard MRT Station.
Orchard Road berhias di malam Natal. |
Orchard
MRT Station, malam Natal. Penuh. Rasanya semua orang berkumpul di sini. Tapi
itu belum seberapa. Saya keluar di pintu yang langsung menuju ke Tangs Orchard
dan Lucky Plaza. Jalan penuh sesak! Jalan kaki saja bisa berhenti kena macet
... apalagi mobil! Di tepi jalan ada hiburan seperti koor dan musik.
Orang-orang yang berhenti untuk menonton membuat jalan bertambah macet. Di
sepanjang jalan polisi berjaga, mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Saya
hanya keluar masuk mall-mall di sepanjang Orchard Road, bertemu dengan orang
(Indonesia) yang berbelanja atau sekedar jalan-jalan, dan lalu kembali ke
Orchard MRT Station melalui Wheelock Place.
Jam
21:00 kaki saya sudah minta pulang. Pas sampai di MRT, jalan saja susah. Kiri
kanan depan belakang orang semua! Eskalator yang menuju ke atas penuh sesak,
sampai tiba-tiba berhenti mendadak – mungkin ada yang tidak sengaja menginjak
tombol emergency. Rasanya seperti di pasar malam. Untung MRT segera datang dan
membawa saya keluar dari situ. Jam 21:30, saya sudah tiba di hostel dan siap
tidur.
Karena
saya datangnya cukup sore, dibandingkan hari-hari sebelumnya, saya sempat
bertemu dengan orang-orang yang tidur sekamar dengan saya dan sempat ngobrol.
Ada gunanya juga pulang cepat, bisa menambah teman.
(...bersambung...)
0 Komentar:
Posting Komentar